Langsung ke konten utama

PEMBELAJARAN ABAD 21


A.   GLOBALISASI DAN KESADARAN GLOBAL
Mungkin kita sudah sering mendengar istilah global ini, terutama saat ini kita memasuki era yang sering disebut dengan era globalisasi. Dari istilahnya saja kita sebenarnya dapat memahami bahwa globalisasi mengandung pengertian proses. Istilah globalisasi saat ini menjadi sangat populer karena berkaitan dengan gerak pembangunan Indonesia, terutama berkaitan dengan sistem ekonomi terbuka, dan perdagangan bebas. Era globalisasi ditandai dengan adanya persaingan yang semakin tajam, padatnya informasi, kuatnya komunikasi, dan keterbukaan. Tanpa memiliki kemampuan ini maka Indonesia akan tertinggal jauh dan terseret oleh arus globalisasi yang demikian dahsyat.
Sejak kapankah globalisasi muncul? Tidak ada kepastian tentang hal ini, akan tetapi isu globalisasi menerpa di segala aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek kehidupan yang mendapat terpaan globalisasi yang paling kuat adalah aspek ekonomi (Dollar, David 2007). Menjelang tahun 1980-an hingga 1990-an, dunia tercengang saat negara-negara berkembang (China dan India) yang sebelumnya menutup diri dari dunia luar, justru membuka pintu ekonomi ke dunia luar, yang ditunjukkan dengan aktivitas ekspor. Globalisasi ekonomi ini terus meluas dan meningkat drastis dalam kurun 20-30 tahun terakhir, dan terus berkembang berkat kerjasama ekonomi di antara negara-negara sekawasan seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang menerapkan sistem pasar tunggal untuk Eropa; North American Free Trade Area (NAFTA) di kawasan Amerika Utara; ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan Asia Tenggara; dan Closer Economic Relations (CER) yang merupakan kerja sama ekonomi antara Australia dan Selandia Baru dan yang lainnya.
Hamijoyo (Mimbar, 1990), menjelaskan ciri-ciri yang berkaitan dengan globalisasi ini seperti berikut:
1.    Globalisasi perlu didukung oleh kecepatan informasi, kecanggihan teknologi, transportasi dan komunikasi yang diperkuat oleh tatanan organisasi dan manajemen yang tangguh.
2.    Globalisasi telah melampaui batas tradisional geopolitik. Batas tersebut saat ini harus tunduk pada kekuatan teknologi, ekonomi, sosial politik dan sekaligus mempertemukan tatanan yang sebelumnya sulit dipertemukan.
3.    Adanya saling ketergantungan antarnegara.
4.    Pendidikan merupakan bagian dari globalisasi. Penyebaran dalam hal gagasan, pembaruan dan inovasi dalam struktur, isi dan metode pendidikan dan pengajaran sudah lama terjadi yang menunjukkan globalisasi. Ini telah lama terjadi melalui literatur, atau kontak antar pakar dan mahasiswa.
Globalisasi mempunyai dampak baik positif maupun negatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Tilaar (1998) bahwa dampak positifnya akan menyebabkan munculnya masyarakat megakompetisi, di mana setiap orang berlomba untuk berbuat yang terbaik untuk mencapai yang terbaik pula. Untuk berkompetisi ini diperlukan kualitas yang tinggi. Dalam era globalisasi adalah era mengejar keunggulan dan kualitas, sehingga masyarakat menjadi dinamis, aktif dan kreatif. Dampak negatifnya , globalisasi juga bisa menjadi ancaman terhadap budaya bangsa. Globalisasi akan melahirkan budaya global dan akan menjadi ancaman bagi budaya lokal, atau budaya bangsa.
Rendahnya tingkat pendidikan akan menjadi salah satu penyebab cepatnya masyarakat terseret oleh arus globalisasi dengan menghilangkan identitas diri atau bangsa. Sebagai contoh, ”anak remaja” kita dengan cepat meniru potongan rambut, model pakaian atau perilaku yang tidak cocok dengan jati diri bangsa kita. Globalisasi ini dapat melanda berbagai bidang kehidupan, Emil Salim (Mimbar, 1989) mengemukakan ada empat bidang kekuatan yang membuat dunia menjadi semakin transparan yaitu perkembangan IPTEK yang semakin tinggi, perkembangan bidang ekonomi yang mengarah pada perdagangan bebas, lingkungan hidup, dan politik.
Pendapat lain dikemukakan oleh Tilaar (1998) Era globalisasi adalah suatu tatanan kehidupan manusia yang secara global telah melibatkan seluruh umat manusia. Menurutnya Globalisasi secara khusus memasuki tiga arena penting dalam kehidupan manusia yaitu ekonomi, politik dan budaya. Hal ini didukung dua kekuatan yaitu bisnis dan teknologi sebagai tulang punggung globalisasi, maka ketiga arena bidang kehidupan tersebut menempatkan manusia dan lembaga-lembaganya dengan berbagai tantangan, kesempatan dan peluang. Gelombang globalisasi dalam bidang tersebut akan berdampak terhadap bidang lainnya, yaitu bidang sosial terutama karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi transportasi dan komunikasi modern.
Globalisasi ditandai dengan cepatnya perubahan, oleh karena itu, kita harus menguasai IPTEK. Dalam hal ini Tilaar mengisyaratkan konsep inovasi  sebagai kesadaran global yang dituntut yaitu:
1.    Dalam era globalisasi kita berada pada suatu masyarakat yang terbuka, dan penuh kompetisi. Ini berarti bahwa masyarakat berada dalam kondisi yang menghasilkan yang terbaik.
2.    Masyarakat di dalam era globalisasi menuntut kualitas yang tinggi baik dalam jasa, barang, maupun investasi modal. Kualitas berada di atas kuantitas.
3.    Era globalisasi merupakan suatu era informasi dengan sarana-sarananya yang dikenal sebagai information superhighway. Oleh sebab itu, pemanfaatan informasi superhighway merupakan suatu kebutuhan masyarakat modern dan dengan demikian perlu dikuasai masyarakat.
4.    Era globalisasi merupakan era komunikasi yang sangat cepat dan canggih. Oleh sebab itu, penguasaan terhadap sarana-sarana komunikasi seperti bahasa, merupakan syarat mutlak.
5.    Era globalisasi ditandai dengan maraknya kehidupan bisnis. Oleh sebab itu, kemampuan bisnis, manajer, merupakan tuntutan masyarakat masa depan.
6.    Era globalisasi merupakan era teknologi dan oleh sebab itu, anggota-anggotanya harus melek digital. Hal tersebut di atas merupakan karakteristik masyarakat kita masa depan. Kalau karakteristik tersebut tidak kita miliki, dan kita tidak mempersiapkannya maka globalisasi akan berubah menjadi hantu yang menakutkan.

B.   KESADARAN GLOBAL GURU ABAD -21
Sekarang kita telah mengetahui suatu proses yang amat cepat, yang perlu diantisipasi oleh kita sebagai pendidik yaitu proses globalisasi. Sebagai warga dunia kita mau tidak mau harus mempersiapkan diri dengan cara membekali diri melalui pendidikan. Penguasaan matematika dan bahasa asing merupakan tuntutan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kita tidak dapat mengatakan biarlah mereka ikut arus globalisasi, tetapi ”saya” tetap seperti ini. Tidak mungkin ini dapat dilakukan. Bagaimanapun kita akan terseret oleh arus globalisasi. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri.
Pendidikan merupakan salah satu modal untuk terjun ke era globalisasi. Kesadaran global merupakan salah satu yang akan membekali kita dalam memasuki era globalisasi. Kita sudah mengetahui tentang globalisasi sehingga diharapkan dapat mengubah sikap dan pandangan yang semula berpandangan ke-Indonesiaan menjadi pandangan yang lebih luas yaitu keduniaan. Apabila kita sudah memiliki wawasan dan pandangan yang demikian luas, maka kita sudah memiliki perspektif global. Guru harus mampu menangkap trend (kecenderungan) globalisasi yang demikian hebat.  Kesadaran global membuat kita menjadi guru yang berupaya  mempersiapkan diri sebagai guru global.
Untuk menjadi guru global kita harus mengetahui istilah lain yaitu pendidikan global. Pendidikan global merupakan upaya sistematis untuk membentuk kesadaran, wawasan, dan perspektif peserta didik, karena melalui Pendidikan Global siswa dibekali materi yang bersifat utuh dan menyeluruh yang berkaitan dengan masalah global. Pendidikan global menawarkan suatu makna bahwa kita hidup di dalam masyarakat manusia, suatu perkampungan global tempat manusia dihubungkan; baik suku, maupun bangsa, dan batas negara tidak menjadi penghalang, merupakan komunalitas dari perbedaan di antara orang-orang yang berbeda bangsa. Hoopes (Garcia 1977), mengatakan bahwa pendidikan global mempersiapkan siswa untuk memahami dan mengatasi adanya ketergantungan global dan keragaman budaya, yang mencakup hubungan, kejadian dan kekuatan yang tidak dapat diisikan ke dalam batas-batas negara dan budaya. Selanjutnya Hoopes (1997) menjelaskan bahwa Pendidikan Global memiliki 3 tujuan yaitu:
1.    Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mengurangi rasa kedaerahan dan kesukuan. Tujuan ini dapat dicapai melalui mengajarkan bahan dan menggunakan metode keragaman budaya.
2.    Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mempersiapkan siswa untuk mendekatkan diri dengan keragaman global. Kegunaan dari tujuan ini adalah untuk mendiskusikan tentang perbedaan budaya dan keutamaan etika,  agama, dan budaya bangsa. Pendidikan global memberikan pengalaman tentang mengajar siswa untuk berpikir tentang mereka sendiri sebagai individu, sebagai warga suatu negara, dan sebagai anggota masyarakat dunia (global citizen).
3.    Pendidikan global mempersiapkan masa depan siswa dengan memberikan keterampilan analisis dan evaluasi yang luas. Keterampilan ini akan membekali siswa untuk memahami dan memberi reaksi terhadap isu internasional dan antarbudaya. Pendidikan global juga mengenalkan siswa dengan berbagai strategi untuk berperan serta secara lokal, nasional dan internasional. Mata pelajaran harus menyajikan informasi yang relevan untuk meningkatkan kemampuan terlibat dalam pencaturan kebijakan publik. Oleh karena itu, Pendidikan Global mengaitkan isu global dengan kepentingan lokal.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Global adalah suatu pendidikan yang berusaha untuk meningkatkan kesadaran siswa, bahwa mereka hidup dan berada pada satu area global yang saling berkaitan. Oleh karena itu, siswa perlu diberikan informasi tentang keadaan dan sistem global. Disinilah peran Pendidikan agama dan karakter bangsa menjadi penting. Karena tanpa bekal Pendidikan agama yang cukup dan penanaman karakter bangsa, maka siswa bisa jadi akan kehilangan karakter dan kepribadian baik sebagai muslim atau sebagai warga negara yang baik (good citizen).

C.   KETERAMPILAN GLOBAL GURU ABAD -21
Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat pada era globalisasi ini, maka individu perlu belajar berkarya. guru memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga. Guru harus memiliki ketrampilan yang mencakup:

1.    Keterampilan Berpikir Kritis;
Dalam rangka mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir kritis pada diri seseorang, Ennis dan Norris mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis dikelompokan ke dalam 5 langkah yaitu:
a.    Memberikan penjelasan secara sederhana (meliputi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan),
b.    Membangun keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi),
c.    Menyimpulkan (meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan nilai pertimbangan),
d.    Memberikan penjelasan lanjut (meliputi: mendefinisikan istilah dan pertimbangan definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi),
e.    Mengatur strategi dan taktik (meliputi: menentukan tindakan, berinteraksi dengan orang lain).


2.    Kemampuan Menyelesaikan Masalah;
Kemampuan menyelesaikan masalah didasarkan kepada metode pemecahan masalah (problem solving).  Menurut Wina Sajaya (2006), metode pemecahan masalah terdiri dari beberapa langkah yaitu:
a.    Merumuskan masalah, yakni kemampuan dalam menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b.    Menganalisis masalah, yakni langkah meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c.    Merumuskan hipotesis, yakni langkah dalam merumuskan pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
d.    Mengumpulkan data, yakni langkah untuk mencari informasi dalam upaya pemecahan masalah.
e.    Pengujian hipotesis, yakni langkah untuk merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f.     Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yakni langkah menggambarkan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan

3.    Komunikasi dan Kolaborasi;
Penguasaan keterampilan Bahasa internasional terutama Bahasa Inggris menjadi sangat penting bagi guru dalam pembelajaran abad 21. Terampil berbahasa asing bisa disebut sebagai keterampilan komunikasi global (global skills communicating).  Rosyada (2017), mengemukakan bahwa salah satu kompetensi yang harus dicapai melalui pendidikan adalah memiliki kompetensi dalam komunikasi global, bisa menggunakan bahasa yang bisa difahami oleh masyarakat dunia, baik komunikasi verbal, maupun tulisan, baik dalam aspek reading, maupun writing, sehingga  bisa menjadi bagian penting dalam sebuah perusahaan industri, jasa atau lainnya.

4.    Kreativitas dan Inovasi;
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari orang kreatif antara lain:
a.    Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
b.    Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
c.    Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
d.    Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli

5.    Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi.
Kemampuan literasi ICT mencakup kemampuan mengakses, mengatur, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi komunikasi digital. Literasi ICT berpusat pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mempertimbangkan informasi, media, dan teknologi di lingkungan sekitar. Setiap negara hendaknya menumbuhkan secara luas keterampilan ICT pada masyarakatnya karena jika tidak, negara tersebut dapat tertinggal dari perkembangan dan kemajuan pengetahuan ekonomi berbasis teknologi. Terdapat beberapa keterkaitan antara tiga bentuk literasi yang meliputi literasi komunikasi informasi, media dan teknologi. Penguasaan terhadap keterampilan tersebut memungkinkan penguasaan terhadap keterampilan dan kompetensi lain yang diperlukan untuk keberhasilan kehidupan di abad ke-21 (Trilling & Fadel, 2009).

PEMBELAJARAN HOLISTIK
1.    Konsep Pembelajaran Holistik
Kata “holistik‟ (holistic) berasal dari kata “holisme‟ (holism). Kata “holisme‟ pertama kali digunakan oleh J.C. Smuts pada tahun 1926 dalam tulisannya yang berjudul Holism and Evolution, bahwa asal kata “holisme” diambil dari bahasa Yunani, holos, yang berarti semua atau keseluruhan. Smuts mendefinisikan holisme sebagai sebuah kecenderungan alam untuk membentuk sesuatu yang utuh sehingga sesuatu tersebut lebih besar daripada sekedar gabungan-gabungan bagian hasil evolusi (Nobira: 2012).  Pembelajaran holistic adalah turunan dari konsep pembelajaran holistik (holistic learning) yang merupakan suatu filsafat Pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual.
Paradigma pembelajaran holistik menurut Anhar (2015:27) menekankan proses pendidikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Tujuan pembelajaran holisti kadalah terbentuknya manusia seutuhnya dan masyarakat seutuhnya.
b.    Materi pembelajaran holistik mengandung kesatuan pendidikan jasmani-ruhani, mengasah kecerdasan intelektual-spritual-emosional, kesatuan materi pendidikan teoritis –praktis, kesatuan materi pendidikan pribadi-sosialketuhanan.
c.    Proses pendidikan holistik mengutamakan kesatuan kepentingan anak didik dan masyarakat.
d.    Evaluasi Pendidikan holistik mementingkan tercapainya perkembangan anak didik dalam bidang penguasaan ilmu, sikap, dan keterampilan. 
Paradigma holistik di atas sesuai dengan amanat Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 3, yakni konsep pendidikan yang harus dijalankan adalah bersifat holistik, karena bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mendiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Para penganut Pendidikan holistik mulai memperkenalkan tentang dasar Pendidikan holistik dengan sebutan 3R’s, singkatan dari relationship, responsibility, dan reverence (Rubiyanto dan Dany Haryanto, 2010). Tujuan Pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Jika merujuk pada pemikiran Abraham Maslow, maka pendidikan harus dapat mengantarkan peserta didik untuk memperoleh aktualisasi diri (self- actualization) yang ditandai dengan adanya:
1.    Kesadaran;
2.    kejujuran;
3.    kebebasan atau kemandirian; dan
4.    kepercayaan (Anhar, 2015:28).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spiritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, di antaranya:
1.    menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif;
2.    prosedur pembelajaran yang fleksibel;
3.    pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu;
4.    pembelajaran yang bermakna,; dan
5.    pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.

2.   Ciri-Ciri Pembelajaran Holistik
Menurut Rubiyanto (2010:42-43) terdapat sembilan ciri pembelajaran holistikyaitu:
a.    Pembelajaran diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya dengan segala potensinya. Mereka harus diajak untuk berhubungan dengan dirinya yang paling dalam (innerself), sehingga memahami eksistensi, otoritas, tapi sekaligus bergantung sepenuhnya kepada pencipta-Nya.
b.    Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier tapi juga intuitif.
c.    Pembelajaran berkewajiban menumbuh-kembangkan potensi kecerdasan jamak (multiple intelligences).
d.    Pembelajaran berkewajiban menyadarkan siswa tentang keterkaitannya dengan komunitasnya, sehingga mereka tak boleh mengabaikan tradisi, budaya, kerjasama, hubungan manusiawi, serta pemenuhan kebutuhan yang tepat guna.
e.    Pembelajaran berkewajiban mengajak siswa untuk menyadari hubungannya dengan bumi dan "masyarakat" non manusia seperti hewan, tumbuhan, dan benda benda tak bernyawa (air, udara, tanah) sehingga mereka emiliki kesadaran ekologis.
f.     Kurikulum berkewajiban memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam tingkatan trans-disipliner, sehingga hal itu akan lebih memberi makna kepada siswa.
g.    Pembelajaran berkewajiban menghantarkan siswa untuk menyeimbangkan antara belajar individual dengan kelompok (kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi, antara rasional dengan intuisi, antara kuantitatif dengan kualitatif.
h.    Pembelajaran adalah sesuatu yang tumbuh, menemukan, dan memperluas cakrawala.
i.      Pembelajaran adalah sebuah proses kreatif dan artistik.

Sedangkan Miller (1991:3) mengungkapkan karakteristik pembelajaran holistik adalah sebagai berikut:
a.    Pendidikan holistik memelihara perkembangan peserta didik yang terfokus pada intelektual, emosional, sosial, fisik, kreatifitas atau intuitif, estetika dan spiritual emosi
b.    Menciptakan hubungan yang terbuka dan kolaboratif antara pendidik dan peserta didik
c.    Mendorong keinginan untuk memperoleh makna dan pemahaman agar dapat menjadi bagian dari dunia dengan melakukan penekanan pada belajar melalui pengalaman hidup dan belajar di luar batas-batas kelas dan lingkungan pendidikan formal sehingga dapat memperluas wawasan.
d.    Pendekatan ini memberdayakan peserta didik untuk berpikir secara kritis dalam konteks kehidupan mereka . Pendidikan holistik memiliki kapasitas untuk membimbing peserta didik untuk memperluas kepribadian individu serta memiliki kapasitas menciptakan individu untuk berpikir secara berbeda, kreatif dan mencerminkan nilai-nilai yang sudah  tertanam dalam dirinya. Guru diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk berkembang menjadi lebih terdidik dan berpartisipasi sebagai anggota masyarakat.

3. Strategi Pembelajaran Holistik
Mengutip pendapat Ginnis (2008), rencana pembelajaran sedapat mungkin bertujuan agar peserta didik mengasah:
a.    Berpikir: peserta didik memproses data secara aktif, logis, lateral, imajinatif, deduktif, dsb.
b.    Kecerdasan emosional: belajar menagani emosi dan menghubungkan dengan lainnya secara terampil, mengembangkan cirri personal positif seperti kendali diri dan nilai-nilai seperti keadilan.
c.    Kemandirian: peserta didik menguasai sikap dan kecakapan yang membuat mereka mampu memulai mempertahankan belajar tanpa guru.
d.    Saling ketergantungan: peserta didik terlibat dalam mutualitas yang merupakan inti dari kerja sama dan basis dari demokrasi.
e.    Sensasi ganda: peserta didik mendapat pengalaman melalui sejumlah indera bersama-sama dari efek melihat, mendengar dan melakukan.
f.      Fun: peserta didik memerlukan pengalaman belajar yang bervariasi seperti suasana serius dan ringan, aktif dan pasif, individual dan kelompok, terkontrol dan lepas, bising dan tenang sehingga menimbulkan kesenangan yang nyata.
g.    Artikulasi: peserta didik membicarakan atau menulis pikiran, seringkali dalam bentuk draft sebagai suatu bagian penting dari proses penciptaan pemahaman personal. Pembelajaran holistik tidak seperti teknik brainstorming atau mind map. Secara fundamental pendidikan holistik akan mengubah cara belajar dan cara menyerap informasi.


B. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
1. Konsep Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar.Sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan komponen utama pembelajaran yakni : konstruktivisme (constructivism), menyelidiki (inquiry), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik (authentic assessment).
Makna dari kontruktivisme adalah siswa mengkonstruksi/membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal melalui proses interaksi sosial dan asimilasi-akomodasi. Implikasinya adalah pembelajaran harus dikemas menjadi proses“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
Sedangkan Inti dari inquiry atau menyelidiki adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Oleh karena itu dalam kegiatan ini siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis Bertanya dalam pembelajaran kontekstual dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Guru bertanya dimaksudkan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Sedangkan untuk siswa bertanya meupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukurdan membuat keputusan tentang pengetahuan dan keterampilan siswa yangn autentik (senyatanya). Agar dapat menilai senyatanya, penilaian autentik dilakukan dengan berbagai cara misalnya penilaian penilaian produk, penilaian kinerja (performance), portofolio, tugas yang relevan dan kontekstual, penilaian diri, penilaian sejawat dan sebagainya.

2. Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dikatakan mengunakan pendekatan kontekstual jika materi pembelajaran tidak hanya tekstual melainkan dikaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, dan dunia kerja, dengan melibatkan ketujuh komponen utama seagaimana yang disebutkan di atas  sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Seperti yang dikemukakan di muka, dalam pembelajaran kontekstual tes hanya merupakan sebagian dari teknik/ instrumen penelitian yang bermacam-macam seperti wawancara, observasi, inventory, skala sikap, penilaian kinerja, portofolio, jurnal siswa, dan sebagainya yang semuanya disinergikan untuk menilai kemampuan siswa yang sebenarnya (autentik). Penilainya bukan hanya guru saja tetapi juga diri sendiri, teman siswa, pihak lain (teknisi, bengkel, tukang dsb). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebenarnya lebih bersifat sebagai rencana pribadi dari pada sebagai laporan untuk kepala sekolah atau pengawas seperti yang dilakukan saat ini. Jadi RPP lebih cenderung berfungsi mengingatkan guru sendiri dalam menyiapkan alat-alat/media dan mengendalikan langkah-langkah(skenario) pembelajaran sehingga bentuknya lebih sederhana.
Beberapa model pembelajaran yang merupakan aplikasi pembelajaran kontekstual antara lain:
a.    model pembelajaran langsung (direct instruction),
b.    pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan
c.    pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).


C. PEMBELAJARAN FUTURISTIK
1. Konsep Pembelajaran Futuristik
Masa depan ditentukan oleh pengetahuan sehingga dunia bergabung dan berpijak kepada pengetahuan. Pengetahuan menjadi modal paling berharga dan paling dibutuhkan. Tanpa modal pengetahuan orang (bahkan bangsa dan negara) akan dipinggirkan dan ditinggalkan, sebaliknya dengan modal pengetahuan yang baik orang, bangsa dan negara dapat menjadi pemenang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dan modal pengetahuan yang dibutuhkan dan yang cocok pada masa depan dapat diketahui dengan melihat kecenderungan-kecenderungan perubahan pengetahuan yang mengarah ke masa depan.
Sementara dalam aspek siswa, banyak perubahan yang terjadi pada mereka karena perubahan teknologi yang selalu disuguhkan pada mereka setiap hari, dan bahkan setiap saat. Perubahan-perubahan tersebut menurut John Seely Brown (2005), antara lain adalah sebagai berikut:
a.    Mereka menyukai ada kontrol.
Para siswa generasi abad ke-21 tidak menyukai terikat oleh jadwal-jadwal tradisional, dan juga tidak menyukai duduk di dalam kelas untuk belajar, atau duduk di dalam kantor untuk bekerja. Sebaliknya mereka lebih menyukai untuk belajar sendiri dengan menggunakan alat komunikasi yang bisa menjangkau dunia yang tak terbatas. Dengan caranya sendiri, mereka akan memperoleh informasi dari berbagai sumber di dunia. Dengan demikian, mereka harus dikontrol target pencapaian pengetahuannya, proses belajarnya dan hasil yang mereka dapatkan.
b.    Mereka juga menyukai banyak pilihan.
Untuk mata pelajaran project, yakni tugas melakukan mini riset, mereka akan menggunakan teknologi untuk memperoleh banyak informasi. Mereka harus diberi kebebasan untuk memilih metode dan teknik-tekniknya, untuk mereka jalani dan pada akhirnya akan mampu menyiapkan laporan, sebagaimana para siswa atau mahasiswa yang melakukannya secara tradisional.
c.    Mereka adalah orang-orang yang menyukai ikatan kelompok dan ikatan sosial, hanya saja mereka membangun group melalui media sosial mereka, dan oleh karenanya kelompok mereka lintas bangsa, negara, budaya dan bahkan agama. Mereka memiliki jejaring internasional yang dinamis, dan jika mereka manfaatkan untuk menjadikan jejaringnya sebagai peer group-nya, maka mereka akan memiliki pengelaman keilmuan yang jauh lebih baik, daripada tutorial atau mentoring dalam satu kelas di sekolah tradisional.
d.    Mereka adalah orang-orang terbuka, melalui tradisi jejaringnya mereka terbelajarkan untuk menjadi terbuka, karena dalam jaringannya semua penganut agama ada dan terkelompokkan, ada yang Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan juga Kong Hu Chu, atau bahkan mungkin ada yang atheis, tapi komunikasi mereka tetap berjalan dan tidak terganggu oleh perbedaan-perbedaan tersebut.

Oleh karena itu, trend pembelajaran dimungkinkan  dengan siswa yang sudah membawa banyak informasi yang dakses dari luar kelas termasuk dunia maya. Bisa jadi pembelajaran di kelas menjadi arena untuk mengejar informasi sains dan teknologi untuk mereka pelajari, bukan sebagai arena untuk memaparkan informasi sains dan teknologi. Kelas menjadi arena bagi para siswa mencari ilmunya sendiri sesuai dengan apa yang mereka butuhkan untuk mereka pelajari. Guru hanya memfasilitasi dengan perpustkaan kelas, modul, buku teks, serta buku-buku pendukung, dan yang terpenting akses internet, serta menyediakan beberapa PC untuk para siswa yang tidak membawa laptop atau ipad.

2. Trend E-Learning dalam Pembelajaran Futuristi
Seiring dengan kepemilikan komputer yang tumbuh pesat di dunia, e-learning menjadi semakin berkembang dan mudah diakses. Kecepatan koneksi internet semakin meningkat, dan dengan itu, peluang metode pelatihan multimedia yang lebih banyak bermunculan. Dengan peningkatan jaringan seluler yang sangat pesat beberapa tahun terakhir juga peningkatkan dalam telekomunikasi, kini membawa semua fitur mengagumkan dari e- learning ke smartphones (hand phone cerdas) dan peralatan portabel lainnya. Teknologi seperti media sosial juga senantiasa mengubah pendidikan.
a.    Pembelajaran Berbasis Android
Pembelajaran berbasis android pada dasarnya bisa disebut sebagai microlearning.  Micro-learning berfokus pada desain aktivitas pembelajaran mikro melalui tahapan mikro dalam lingkungan media digital, yang sudah menjadi realitas keseharian pekerja pengetahuan dewasa ini. Kegiatan ini dapat dimasukkan ke dalam rutinitas seharihari pelajar. Tidak seperti pendekatan e-learning "tradisional", pembelajaran mikro seringkali cenderung mendorong teknologi melalui media pendukung, yang mengurangi beban kognitif pada peserta didik. Oleh karena itu, pemilihan objek pembelajaran mikro juga kecepatan dan waktu kegiatan pembelajaran mikro sangat penting untuk desain didaktik.
b.    Pembelajaran Otomatis (Automatic Learning)
Jenis pembelajaran otomatis ini mungkin terdengar seperti masa depan distopia bagi banyak orang, tapi ke sanalah kita mengarah. Dan terlepas dari pertanyaan etis yang mungkin timbul, manfaatnya bisa menjadi substansial pada banyak tingkatan jika digunakan dengan benar. Begini cara kerjanya: Anda memilih tugas yang membutuhkan kinerja tinggi korteks visual Anda,seperti menangkap bola. Kemudian temukan seseorang yang pro dalam menangkap bola, tempatkan dia di mesin fMRI dan rekam apa yang terjadi didalam otaknya saat dia memvisualisasikan menangkap bola. Kemudian Anda mendapatkan program tangkap-bola Anda, dan siap untuk belajar. Langkah selanjutnya: posisikan diri Anda ke mesin fMRI, dan kencangkan untuk menginduksi citra menangkap-bola profesional yang sudah Anda rekam sebelumnya ke otak Anda dengan menggunakan neuro feedback.
c.    Blended Learning
Istilah Blended Learning dalam pendidikan tinggi didefinisikan untuk pertama kalinya dalam arti sebenarnya sebagai sistem pembelajaran dalam Handbook of Blended Learning (Bonk & Graham, 2006: 5-6) sebagai yang “yang menggabungkan pengajaran tatap muka dengan instruksi yang dimediasi komputer ”Dalam bab pertama buku ini, Graham mencatat bahwa definisi ini “… mencerminkan gagasan bahwa blended learning adalah kombinasi instruksi dari dua model pengajaran dan pembelajaran yang terpisah secara historis: sistem pembelajaran F2F tradisional dan sistem pembelajaran terdistribusi”.



A. PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21
Dalam sesi ini akan menjelaskan beberapa materi pokok tentang peran teknologi dan media dalam belajar pada abad 21. Apa dan bagaimana peran teknologi dan media dalam pembelajaran pada era abad 21 yang ditandai  oleh digitalisasi dan berjejaring dalam proses pembelajaran. Penjelasan teoretik akan diuraikan secara ringkas, dan kemudian akan diberikan beberapa contoh praktis yang relevan dengan profesi guru era digital untuk memudahkan pemahaman. Pada bagian akhir akan dibahas juga di mana posisi guru di tengah semakin pesatnya perkembangan teknologi dan media baru dalam era pedagogi digital. Apakah harus ditentukan oleh teknologi dan media baru, atau berposisi sebagai subjek aktif yang menyikapi secara kritis terhadap teknologi dan media baru, atau juga hubungan di antara keduanya bersifat saling melengkapi.

1. Pendahuluan
Sejak era pencerahan pada dekade 1560-an peradaban manusia mengalami perkembangan pesat berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai inovasi teknologi terus terjadi secara susul-menyusul berkat manusia mulai memproklamirkan diri sebagai pusat peradaban dengan mengandalkan akal budi. Rahasia alam pun terus berusaha diungkap dengan kekuatan pikiran manusia melalui ilmu pengetahuan atau sain, seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi yang keempatnya kemudian dikenal sebagai ilmu murni. Melalui penguasaan sain itulah kemudian manusia secara spektakuler mampu menemukan berbagai formula yang menjadi dasar pengembangan teknologi.
Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei, dan Leonardo da Vinci adalah tokoh-tokoh perintis era pencerahan yang menjadi tonggak sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun mendapat tantangan hebat oleh institusi agama, akan tetapi para perintis itu terus berupaya mengembangkan logika sain dalam mengungkap rahasia alam, dengan tidak lagi mendasarkan diri pada cara berpikir teologis dan metafisika. Meskipun terus mendapat ancaman oleh golongan konservatif agamawan, akan tetapi para perintis tersebut mampu mengungkap rahasia alam dengan logika sain. Bahkan ada yang kemudian mempertaruhkan nyawa demi tegaknya kebenaran berdasarkan ilmu pengetahuan, yaitu Galileo yang merelakan kematiannya kepada institusi agama karena demi mempertahankan  teorinya bahwa bumi adalah berputar.
Berkat penemuan mesin cetak itulah kemudian media juga mengalami perkembangan secara cukup signifikan. Bukan hanya media pembelajaran buku, gambar cetakan, dan selebaran yang berkembang berkat penemuan mesin cetak, tetapi juga media massa. Dalam waktu tidak terlalu lama sejak penemuan mesin cetak itu, kemudian muncul surat kabar dan buletin yang bersifat barang cetakan. Kemampuan mesin cetak dalam melipatgandakan surat kabar dan buletin dalam waktu singkat, menjadikan media massa ini berkembang pesat dan menjadi bagian dari pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Media massa pun kemudian juga berperan penting dalam membelajarkan masyarakat. Guru pun terbantu oleh media sebagai sumber belajar, bukan saja untuk menjalankan tugasnya dalam mengajar siswa, tetapi sekaligus juga untuk pengembangan dirinya secara profesional.
Perkembangan media cetak pun dalam dunia pembelajaran juga terus berkembang pesat berkat inovasi dan temuan-temuan baru yang lebih canggih, yaitu bersifat elektronik. Jika sebelumnya media bersifat cetakan, dan kemudian juga penemuan kamera foto, maka media pun berkembang menjadi elektronik, yaitu media audio dan kemudian visual-gerak, serta kemudian audiovisual. Secara institusional pun kemudian media elektronik berkembang menjadi media massa, sehingga muncul media siaran seperti radio dan televisi. Dalam dunia pembelajaran pun juga mengikuti perkembangan ini, sehingga peran teknologi dan media semakin besar dalam proses pendidikan.
Memasuki abad 21 masyarakat pun kemudian mengalami perubahan baru secara revolusioner, sebagai implikasi perubahan dari cetak ke elektronik, dan kemudian dari sistem analog menjadi digital. Perubahan sistem itu kemudian menjadi penyebab fundamental perubahan masyarakat ke arah apa yang dikenal sebagai masyarakat digital.
Beberapa karakteristik atau ciri-ciri teori diterminisme teknologi dan efek media ini antara lain:
1.    Komunikasi pembelajaran bersifat searah atau dalam hubungan asimetris.
2.    Media sangat berpengaruh, sehingga mendominasi dalam proses pembelajaran.
3.    Media dipandang efektif dalam memindahkan pesan pembelajaran secara searah.
4.    Khalayak atau siswa bersifat pasif dan senantiasa menerima secara apa adanya pesan yang disampaikan oleh media.
5.    Peran guru dapat digantikan oleh media dalam suatu proses pembelajaran.
Dalam kaitan dengan peran teknologi dan media untuk pembelajaran pada era 21, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang hadirnya TIK melalui e-learning ini, yaitu apa yang dikenal dengan technological determinism dan social determinism (Flew, 2005). Pendekatan determinisme teknologi memposisikan teknologi sebagai faktor dominan dan berpengaruh dalam mengubah perilaku komunikasi warga masyarakat. Hadirnya pembelajaran hibrida yang sebagian memanfaatkan e-learning sebagai pola pembelajaran online dianggap sebagai penentu bagaimanakah perilaku belajar peserta didik. Hal ini akan mengakibatkan ’pemaksaan’ pada peserta didik, sehingga mereka harus mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh teknologi yang digunakan dalam proses belajarnya. Model web-based learningyang dikendalikan oleh platform yang dipilih oleh sebuah mata kuliah, termasuk dalam pendekatan deterministik teknologi ini (Salma dkk, 2016: 72).
2. TIK dalam Pembelajaran
Penetrasi TIK dalam pembelajaran semakin mendorong lembaga sekolah memanfaatkan teknologi canggih ini. Bukan saja sumber daya TIK memang begitu besar untuk memberikan kontribusi terhadap kualitas pembelajaran, tetapi sebagai bagian dari revolusi industri 4.0 siapa pun tidak bisa menghindar terhadap hadirnya gelombang baru ini. Dari sudut pandang teknologi pendidikan, TIK memang terbukti memiliki sumber daya besar untuk membantu peningkatan kualitas pembelajaran.
Menurut Dewi Salma dkk. (2016), TIK sebagai media pembelajaran misalnya, memiliki keunggulan sebagai berikut. Sebagai media komputer yang memiliki fungsi multimedia (suara, visual, warna, tulisan, simbol atau  lambang-lambang informal lain), mampu:
a.    Memperbesar obyek jutaan kali dengan menggunakan mikroskop kamera, sehingga hasilnya dapat dilihat dengan jelas.
b.    Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh ke hadapan peserta melalui ilustrasiilustrasi atau program video.
c.    Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan seherhana.
d.    Memnampung sejumlah besar peserta untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama.
e.    Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke hadapan siswa tanpa risiko.
f.     Meningkatkan daya tarik terhadap pelajaran dan perhatian peserta melalui penyajian pesan atau peristiwa tertentu.
g.    Memberikan pengamatan langsung kepada siswa tentang suatu kejadian atau peristiwa.  - Meningkatkan sistematika pengajaran, karena semua program sudah tersusun sesuai rancangan.
h.    Memberikan sajian yang bersifat interaktif, sehingga siswa merasa seperti berinteraksi dengan guru atau temannya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Salma (2016). kehadiran TIK sebagai media pembelajaran banyak membantu guru dalam berbagai hal, antara lain:
a.    Meningkat interaksi. Dalam hal ini keberadaan media merupakan medium antara pesan dengan siswa, antara guru dangan siswanya. Dengan demikian kehadiran media akan meningkatkan kualitas interaksi antarsiswa guru dan siswa, siswa dan pesan.
b.    Pembelajaran menjadi lebih menarik. Dengan media pembelajaran dapat membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang siswa untuk berekasi terhadap penjelasan guru. Siswa bisa menjadi lebih aktif.
c.    Pengelolaan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Dengan adanya media pembelajaran, guru dapat terbantu untuk tidak perlu banyak menulis atau mengilustrasikan di papan tulis. Ilustrasi dan tulisan dengan cepat diambil alih oleh peran komputer.
d.    Meningkatkan kualitas pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran secara benar, tidak hanya membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien tetapi juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara menyeluruh.
e.    Proses pembelajaran dapat dilaksanakan di mana pun dan kapan pun. Program audio, video, komputer (offline dan online) adalah media pembelajaran  yang dapat digunakan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan kondisi dan situasi guru dan siswa.
f.     Menimbulkan sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran. Pengenggunaan media yang dirancang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dapat menimbulkan sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran. Hal ini terjadi, karena media dapat menyajikan pesan dengan konkret disertai dengan contohcontoh yang dapat meyakinkan siswa akan kebenaran suatu ilmu peengetahuan yang dipelajari (Salma, 2016: 19-20).
Sebagai media yang terkoneksi dengan internet (jaringan) TIK berperan memberikan kontribusi pada pembelajaran, antara lain:
a.    Mampu memberikan layanan informasi pembelajararan berbasis internet.
b.    Menjadi media dalam model pembelajaran berbasis web (online)
c.    Menjadi media dalam penyelenggaraan e-learning.
d.    Menjadi media dalam sistem pendidikan dan pembelajaran jarak jauh (Salma dkk., 2016: 20-21).
3. Contoh Pembelajaran Berbasis Web
Argumen kaum cyber optimists yang memandang TIK adalah  sumber daya penting,  sedikit banyak memang tercermin pada aktivitas belajar dalam setiap lembaga sekolah. Sebagai contoh proses belajar berbasis web tampak di SMA Minggiran Kabupaten Sleman DIY yang terlihat antusias (Wahyono, dkk. 2017). Manifestasi antusiasme itu tercermin pada:
1.    Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternative;
2.    Bagi siswa dapat memperjelas materi yang telah disampaikan oleh guru, karena disamping disertai gambar juga ada animasi menarik;
3.    Cara belajar lebih efisien;
4.    Wawasan bertambah;
5.    Mengetahui dan mengikuti perkembangan materi dan info-info lain yang berhubungan dengan bidang studi; dan
6.    Membantu siswa melek ICT.
Dengan tersedianya informasi dalam jaringan internet, guru dan murid merasakan manfaatnya untuk selalu memutakhirkan pengetahuanya. Bagi guru yang kreatif dan mau meningkatkan profesionalismenya, akan sangat terbantu dengan adanya internet. Salah seorang guru yang masih muda mengaku selalu mencari informasi pengetahuan yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dengan memanfaatkan internet. “Saya selalu berusaha mencari informasi pengetahuan baru terkait dengan kompetensi saya melalui google”, kata seorang guru muda ini berterus terang.
4. Media Pembelajaran
Melihat perkembangan media baru yang begitu pesat dan merambah pada aspek pembelajaran, terutama setelah kehadiran mesin pencari google, maka terjadi pelunakan sikap institusi sekolah terhadap kehadiran HP. Terutama HP berbasis android dan IOS ini menjelma menjadi media konvergensi, dalam arti satu perangkat HP bisa memiliki fungsi mencakup berbagai media komunikasi. Dengan HP berbasis android ini pengguna bisa mengakses berbagai informasi melalui jenis media beragam sekaligus, seperti radio, televisi, majalah dan Koran digital, serta berbagai media lainnya. Bahkan dalam media instruksional pembelajaran, hampir semua jenis media bisa diakses sekaligus dalam HP berbasis android ini.
Kehadiran media baru sebagai konsekuensi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mewujud pada media pembelajaran berbasis ICT telah  menjadi fenomenal dan faktual. Situasi ini tentu memiliki implikasi terhadap keberadaan media lama dan sumber-sumber belajar konvensional seperti poster, speciment, power point, dan media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, dan bahan ajar modul; juga sumber belajar seperti perpustakaan, laboratorium, dan ruang kelas.
Kehadiran media online, sebagaimana temuan penelitian ini tidak otomatis mengganti secara total terhadap media lama dan sumber belajar lama. Akan tetapi fungsi komplementer media online mulai ada kecenderungan mendominasi, dan lambat tapi pasti mulai mengganti peran media dan sumber belajar lama. Salah satu faktor penyebabnya adalah tawaran sumber daya yang dimiliki media baru ini memang semakin menarik pengguna, seperti lebih praktis, murah, mudah, dan cepat akses.
Kehadidran media baru, dilihat dari sisi guru, memang belum mampu menggeser peran guru sebagai sosok sentral dalam proses pembelajaran di sekolah. Akan tetapi sudah muncul kekhawatiran di kalangan guru itu sendiri seiring semakin menyebar dan masifnya media baru yang menawarkan sumber daya lebih kuat daripada peran guru. Dari sisi pandangan murid, ke depan peran guru semakin kurang penting, bahkan itu untuk fungsi ranah afeksi, seperti pembelajaran budi pekerti, karena media baru menawarkan paket-paket pembelajaran  yang lebih menarik dan mudah diakses.


B. INTERAKSI TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21
Dijelaskan oleh Smaldino, S. E., dkk (2015: 7-11) bahwa kegiatan pembelajaran di era digital dilakukan di dalam atau di luar kelas dimana teknologi berbasis komputer merupakan komponen pembelajaran yang mudah diakses dan dapat dipakai untuk menemukan sumber belajar.Perangkat dan koneksi digital memperluas kemampuan siswa yang datang dari berbagai arah. Ada dua bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media digital berbasis komputer diantaranya interactive tools dan interacting with others.
Interactive tools atau media peralatan interaktif. Peserta didik di era digital menggunakan perangkat nirkabel bergerak (internet) dengan berbagai cara di dalam dan di luar aturan sekolah yaitu dengan memanfaatkan teknologi dan media informasi internet kapanpun dan dimanapun saat diperlukan. Misalnya, siswa membaca menemukan sumber belajar melalui sambungan internet di perpustakaan yang menyediakan jaringan nirkabel wifi untuk membuat catatan dari artikel Koran atau sumber belajarlain yang diarsipkan. Perangkat nirkabel ini memperluas dan memberikan pengalaman belajar lebih kepada siswa di luar metode nondigital.  
Interacting with others (berinteraksi dengan orang lain).Penggunaan media komputer berbasis internet memudahkan siswa untuk mencari sumber belajar dengan mudah dan cepat dimanapun dan kapanpun.  Ponsel pintar (android), tablet, dan laptop yang terhubung dengan saluran internet dapat digunakan untuk mengirim pesan berupa video, pesan suara, dan animasi. Selain itu juga dapat dimanfaatkan siswa untuk mendengarkan dan melihat video terkait pelajaran, mendengarkan musik, mencari informasi berita dan olahraga, serta untuk menonton video dan film musik terbaru yang diminati siswa.
Contoh pemanfaatan media dan informasi digital dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik adalah pembuatan blog tentang pemanasan global dimana mereka secara teratur bertukar komentar dan tautan terkait materi pemanasan global dengan peserta didik lain yang berada di seluruh  penjuru dunia.Siswa tingkat sekolah menengah menggunakan wiki untuk berinteraksi dengan mahasiswa yang menanggapi kegiatan menulis mereka. Sementara peserta didiksekolah menengah kelas sastra di Amerika mengunggah podcast wawancara dengan penulis terkemuka ke situs web kelas (Smaldino, S. E., dkk, 2015: 11).

C. PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN MEDIA INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21
Smaldino, S. E., dkk (2012:7-9) mengemukakan beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan potensinya terkait tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut:
1.    Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif)
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digital berisi presentasi yang kaya akanmedia interaktif. Sebagai contohkegiatan konferensi video digital secara langsung yangmendatangkan narasumber seorang sejarawan, novelis, dan pakar di dalam pembelajaran kelas. Catatan dan peta konsep dari sesi brainstorming terekam dalam media digital berupa laptop atau notebook dan secara instantlangsung dapat dikirim melalui email kepada peserta didik. Presentasi aturan pembelajaran terintegrasi secara baik melalui streaming video dan audio digital dari file berbasis internet. Tampilan media iniberkisar dari klip video pendek yang mendemonstrasikan konsep spesifik hingga video documenter berdurasi panjang. Penyajian media bentuk ini biasa berupa PowerPoint atau Prezi Presentation yang mengintegrasikan animasi, suara, dan hyperlinks dengan informasi digital.
2.    Personal Response System (PRS)
Flyn & Russell mengemukakan bahwa guru dalam pembelajaran berbasisdigital menggunakan perangkat digital handlehand, seperti personal response system (PRS) atau biasa disebut sebagai “Clicker.” PRS merupakan sebuah keypad wireless(tanpa kabel) seperti remot TV yang mentransmisikan respon dari siswa. Karena setiap PRS diperuntukkan pada siswa yang ditunjuk, maka sistem PRS dapat digunakan untuk mengecek kehadiran/presensi siswa. Manfaat utama PRS adalah untuk mengetahuisetiap respon dari siswa dalam berbagai macam keadaan.Penggunaan PRS selama pembelajaran mampu meningkatkan interaksi antara peserta didik dan guru di kelas guna menghasilkan hasil pembelajaran yang lebih baik. Penggunaan PRS pada dunia pendidikan diantaranyauntuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep, membandingkan sikap siswa terhadap ide-ide yang berbeda,memprediksi situasi dengan perumpamaan kondisi “Bagaimana jika…”(“What if”), dan memfasilitasi drill dan praktik skill(keterampilan) dasar. PRS juga dapat digunakan sebagai media umpan balik bagi guru dan siswa. Guru dapat menggunakan informasi ini untuk membimbing jalannya diskusiguna membuat keputusan pembelajaran yang dibutuhkan siswa.
3.    Mobile Assessment Tools
Perangkat seluler tidak hanya menghemat waktu guru tetapi juga menyediakan pengaturan waktu dan penilaian otomatis hasil belajar siswa. Guru dapat terus melakukan instruksi secara individual karena ketersediaan hasil belajar langsungdapat diketahui. Data penilaian mudah diunduh ke situs web yang aman dan dilindungi kata sandi yang menawarkan berbagai opsi laporan dari seluruh siswa di kelas hingga siswa secara perorangan.
4.    Community of Practice (Komunitas Praktik)
Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice(COP), dimana kelompok guru ataupendidik yang mempunyai tujuan sama dari seluruh penjuru dunia saling berbagi ide dan sumber daya.Interaksi berbasis internet ini memungkinkan guru untuk berkolaborasi maupun bertukar gagasan dan materi. Komunitas guru dapat mencakup pendidik yang mengajar dengan subjekpelajaransama, atau guru yang mengajar pada tingkat kelas yang sama. Guru yang tertarik dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam instruksi dapat memanfaatkan sumber daya dan jaringan ahli, mentor, dan rekan-rekan baru yang didukung oleh berbagai komunitas web. Penggunaan teknologi dan media yang efektif menuntut agar para guru lebih terorganisir di dalam menjalankan tugas pembelajarannya.Diawali memikirkan tujuan pembelajaran, kemudian mengubah rutinitas kelas sehari-hari sesuai kebutuhan, dan akhirnya mengevaluasi untuk menentukan dampak dari instruksi yang digunakan pada kemampuan mental, perasaan, nilai, interpersonal skill, dan keterampilan motoric siswa. Terdapat Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Guru (National Educational Technology Standards for Teacher/NETS-T) yang memberikan lima pedoman dasar untuk menjadi guru digital. Seperti yang terlihat


A.   PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN EFEKTIF ABAD 21
Berdasarkan hasil praktik penelitian tindakan kelas dalam periode waktu tertentu Smaldino, S. E., dkk (2015: 23-24) menjelaskan bahwa ada 8 prinsip pembelajaran yang efektif yaitu:
1.    Mengkaji pengetahuan sebelumnya
2.    Mempertimbangkan perbedaan individual
3.    Sesuai dengan tujuan negara (state objectives)
4.    Mengembangkan ketrampilan metakognisi
5.    Memberikan interaksi sosial
6.    Menggabungkan konteks yang realistik
7.    Melibatkan siswa dalam konteks yang relevan
8.    Pemberian umpan balik yang sering, tepat waktu, dan konstruktif.
Pembelajaran akan bisa efektif jika guru sebelum memulai pembelajaran dengan mengingatkan kembali kepada siswa pada pengetahuan (materi ajar)  yang didapat sebelum inti materi yang akan disajikan. Keberhasilan pembelajaran dikatakan berhasil apabila materi ajar dapat dipahami dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keaktifan siswa dapat dicapai  apabila guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator.
Pembelajaran efektif adalah proses pembelajaran dengan memanfaatkan tenologi digital dan media online sebagai sumber pembelajaran dalam upaya mengaktifkan siswa. Artinya pembelajaran harus ramah teknologi, mendorong kesadaran global, dan yang terpenting tidak menjadikan agama sebagai barrier (penghalang) kemajuan global.


B.   STRATEGI PEMBELAJARAN ABAD 21
1.    Strategi pembelajaran abad ke 2
Pada abad 21 terjadi perubahan strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru dari cara yang tradisional kini mengarah pada pendekatan digital yang dirasa lebih relevan dalam memenuhi kebutuhan siswa. Akan tetapi proses transisi dari lingkungan kelas yang menerapkan cara tradisional ke cara digital sangat bervariasi tergantung pada cara guru dan sekolah yang bersangkutan dalam merespon dan menyikapinya. Prensky mendeskripsikan guru sebagai variabel proses hasil adopsi dan adaptasi teknologi yang bergerak, baik secara cepat atau lambat. Ada empat fase proses adopsi dan adaptasi guru dalam pemebelajaran abad 21 diantaranya:
a.    berkecimpung (dabbling),
b.    melakukan hal-hal lama dengan cara lama (old things in old ways),
c.    melakukan hal-hal lama dengan cara-cara baru (old things in new ways) dan
d.    melakukan hal-hal baru dengan cara-cara baru (doing new things in new ways) (Smaldino, S. E., dkk, 2015: 12).
Haryono (2017: 431-432) mengemukakan bahwa guna mewujudkan model pembelajaran yang relevan dan kondusif untuk menyiapkan siswa menjadi warga negara masyarakat gobal yang melek informasi dan pengetahuan abad 21, maka diperlukan strategi pembelajaran sebagai berikut.
a.    Fokus pembelajaran pada praktik belajar lebih dalam (deeper learning) dan belajar kemitraan baru.
b.    Strategi pembelajaran mengaplikasikan strategi pedagogi yang mendukung praktik deeper learning dan kemitraan baru.
c.    Pembelajaran langsung ke arah model pembelajaran penemuan (inquiry based model).
d.    Pemanfaatan teknologi diarahkan pada upaya membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan teknologis sebagai bagian dari kompetensi abad 21.
e.    Pendidikan informal dan belajar pengalaman berperan penting dalam mengembangkan kompetensi peserta didik.
f.     Assesmen dilakukan dengan pendekatan pedagogik transformatif.  Assesmen yang dikembangkan dimaksudkan untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian kompetensi abad 21 yaitu mampu menjangkau seluruh aspek capaian pembelajaran.
g.    Dukungan infrastruktur pembelajaran berperan penting dalam pencapaian kompetensi abad 21.
Smaldino, S. E., dkk (2015: 64-76) mengemukakan bahwa ada 10 tipe dari strategi instruksional pembelajaran yang biasa digunakan di kelas diantaranya:
a.    Presentation (Presentasi)
b.    Demontrastion (Demonstrasi)
c.    Drill and Practice (Latihan terus menerus dan Praktik)
d.    Tutorial
e.    Discussion (Diskusi)
f.     Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
g.    Problem-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
h.    Games (Permainan)
i.      Simulations (Simulasi)
j.      Discovery (Penemuan)
Sementara, menurut Saripudin (2015: 4-6) desain pembelajaran yang bisa dikembangkan pada pembelajaran abad 21 diantaranya:
a.    Project Based Learning
Buck Institute for Education mendefinisikan bahwa karakteristik pembelajaran project base learning sebagai berikut:
1.    Pembelajar membuat keputusan, dan membuat kerangka kerja
2.    Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3.    Pembelajar merancang proses untuk mencapai hasil
4.    Pembelajar bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan
5.    Melakukan evaluasi secara kontinyu
6.    Pembelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan
7.    Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya
8.    Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
b.    Project Oriented Learnin
c.    Problem Based Learning
d.    Cooperative Learning
Adapun Tipe-tipe Cooperative Learning antara lain sebagai berikut:
1)    Jigsaw
2)    NHT (Number Heads Together)
3)    STAD (Student Teams Achievement Divisions)
4)    TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
5)    Think-Pair-Share
6)    Picture and Picture
7)    Problem Posing
8)    Problem Solving
9)    Team Games Tournament(TGT)
10) Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC)
11) Learning Cycle(Daur Belajar)
12) Cooperative Script(CS)



2.    Menyusun rancangan pembelajaran Abad ke 21.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan dapat berkembang secara optimal tanpa bantuan dari seorang guru. Guru diharapkan memperhatikan peserta didik secara optimal. Itulah sebabnya, guru selain memperhatikan peserta didik secara kelompok juga diharapkan pula memperhatikan peserta didik secara individual. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa dan memungkinkan para peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami, kreatif dalam suasana kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Selain itu, pendidikan harus dapat menghasilkan lulusan yang bisa memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung kehidupan mereka di masyarakat (Mudiono, 2017: 2).  
Para guru dalam melaksanakan pembelajaran memerlukan kesiapan secara profesional agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Salah satu bentuk kesiapan guru sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas adalah menyusun rancangan pembelajaran yang relevan dnegan perkembangan zaman dan kebutuhan peserta didik. Rancangan pembelajaran yang harus disiapkan mencakup tiga hal pokok yaitu meliputi tujuan pembelajaran, inti materi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Rancangan pembelajaran di abad ke 21 ini diharapkan dapat disusun oleh guru untuk mengembangkan potensi siswa melalui pemanfaatan teknologi berbasis komputer dan media online. Guru dapat mengembangkan potensi siswa melalui tugas-tugas yang dapat dikerjakan menggunakan teknologi berbasis komputer dan dapat memanfaatkan media online sebagai alat untuk menemukan sumber belajar. Kreativitas dan inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan memungkinkan pemanfaatan secara optimal teknologi berbasis komputer dan media berbasis online guna tercapainya tujuan pembelajaran.


C.   PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN EFEKTIF PADA PEMBELAJARAN ABAD 21
Evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pembelajaran ada bermacam-macam. Hasil belajar siswa akan dapat diketahui secara tepat apabila guru dapat memilih metode penilaian yang tepat pula. Smaldino (2015: 29-35) mengemukaka bahwa penilaian yang digunakan pada pembelajaran abad 21 hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penilaian efektif seperti pada jenis penilaian berikut.
1.    Penilaian Autentik
Penilaian autentik meminta siswa untuk menggunakan proses yang sesuai dengan isi materi dan keterampilan yang sedang dipelajari dan digunakan siswa pada dunia nyata. Penilaian autentik dapat diterapkan pada sebagian besar kinerja atau produk yang dikembangkan siswa untuk didemonstrasikan. Bentuk penilaian autentik yang paling sering digunakan adalah penilain autentik dengan menggunakan daftar ceklist, skala sikap, daftar periksa peringkat produk, dan rubrik.
2.    Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio digunakan untuk menilai produk yang berwujud seperti prestasi dalam hal analisis, sintaksis, dan evaluasi. Kunci utama dari penilaian portofolio adalah permintaan untuk siswa merefleksi diri sendiri pada pembelajaran demonstrasi yang sudah dilakukan pada produk portofolio. Untuk menggunakan penilaian portofolio, kita harus menentukan apakah akan menggunakan portofolio tradisional atau portofolio elektronik. Portofolio tradisional berwujud koleksi fisik dari hasil karya siswa, sedangkan portofolio elektronik berisi pekerjaan menggunakan karya digital.
3.    Penilaian Tradisional

Ketika guru membutuhkan informasi terkait pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki siswa, maka penilaian tradisional digunakan untuk mendemonstrasikan tingkat pengetahuan siswa tersebut. Penilaian tradisional meliputi soal pilihan ganda, mengisi bagian yang kosong, isian singkat, benar salah, dan isian singkat. Penilaian tradisional menggunakan standar tes yang sudah ditentukan sebelumnya untuk mengetahui progres belajar siswa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Tata Ibadah Singkat Ulang Tahun Marga

PARTORDING NI ACARA PESTA NO ACARA WAKTU PELAKSANA KET 1 IBADAH 09.00 -11.00 SEKSI IBADAH 2 HATA HUHUASI 1.KETUA PANITIA 2.KETUA TOGA SIPOHOLON 3.PENASEHAT 11.00 -11.30 PANITIA 3 MAMBUAT TUA NI GONDANG 11.30 -12.00 SUDE 4 4.1.LELANG 4.2.MARSIPANGANON 4.3.LELANG 4.4.PILO-PILO SIAN BORU, BERE,  IBEBERE NI TOGA SIPOHOLON 4.5.LELANG 4.6.PILO-PILO:SITUMEANG 4.7.LELANG 4.8.PILO-PILO:SIMANUNGKALIT 4.9.LELANG 4.10.PILO-PILO:            SIBAGARIANG/HUTAURUK 4.11.LELANG 12.00 -17.30 PANITIA 5 PENGUMUMAN JUARA LELANG GOTONG ROYONG SEKALIGUS PASAHATHON HADIAH 17.30-17.45 PANITIA 6 PENGUMUMAN HASIL...

Contoh Liturgi Natal Pelajar

I.                     PENDAHULUAN 1.        PROSESI 2.        PENYALAAN LILIN 2.1.              Pengkhotbah 2.2.              Liturgis 2.3.              Mewakili Guru 2.4.              Pengurus Yayasan Panti Asuhan 2.5.              Ketua Perayaan Natal 3.        KATA SAMBUTAN 3.1.              Ketua Perayaan Natal 3.2.              Mewakili Guru 3.3.    ...

TECHNOLOGICAL, PEDAGOGICAL AND CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) DALAM PEMBELAJARAN PAK

A.    Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) adalah sebuah konsep integrasi dari tiga unsur yang berbeda; teknologi, pedagogi, dan konten pengetahuan. Pengetahuan tentang ketiganya disatukan menjadi sebuah kemampuan pendidik yang komprehensif dalam dunia pendidikan bernama TPACK. Tiga unsur yang disatukan dalam perencanaan, proses dan evaluasi pendidikan itu menjadi trio yang hebat dalam pengembangan ekosistem pendidikan masa depan yang dikenal sebagai era teknologi digital. Pengetahuan pendidik tentang teknologi, pedagogi dan konten yang integratif dapat menjadi salah satu kemampuan dahsyat dalam implementasi pendidikan (kurikulum) masa kini (era digital). Ketika abai terhadap penggunaan teknologi, maka akan dipastikan pengembangan pendidikan akan stagnan dan tidak dapat menyesuaikan dengan pengembangan jaman. Jadi, TPACK adalah sebuah konsep yang tepat sebagi sebuah instrument implementasi kurik...

K-13 SILABUS PAK KELAS X SEMESTER GENAP

Silabus Mata Pelajaran           : Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti           Satuan Pendidikan       : SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Kelas / Semester          : X/Genap Tahun Pelajaran          : 201 8 /201 9 Alokasi waktu              : 3 jam x 19 minggu - semester 2 No Materi Jam Pelajaran 1. Bertumbuh menjadi dewasa 18 JP 2. Makna kesetiaan,    keadilan, dan kasih 18 JP 3. Peran Roh Kudus bagi orang percaya 18 JP 4. Karunia Allah dalam kepelbagaian; Persahabatan yang sejati; Pacaran yang sehat menurut iman Kristiani; Diriku bersama dengan orang lain 24 JP 5. Keberadaan Allah...

K-13 SILABUS PAK KELAS X SEMESTER GANJIL

Silabus Mata Pelajaran           : Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti           Satuan Pendidikan       : SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Kelas / Semester          : X/Ganjil Tahun Pelajaran          : 201 8 /201 9 Alokasi waktu              : 3 jam x 19 minggu - semester 1 No Materi Jam Pelajaran 1. Bertumbuh menjadi dewasa 18 JP 2. Makna kesetiaan,    keadilan, dan kasih 18 JP 3. Peran Roh Kudus bagi orang percaya 18 JP 4. Karunia Allah dalam kepelbagaian; Persahabatan yang sejati; Pacaran yang sehat menurut iman Kristiani; Diriku bersama dengan orang lain 24 JP 5. Keberadaan Allah...

BANK SOAL KELAS XII

I.PILIHAN GANDA 1.       Didalam ajaran Kristen, Gereja digambarkan sebagai   .... a.        Gedung yang megah b.       perkumpulan c.        Tempat Ibadah d.       Institusi sosial e.        Orang-orang yang dipanggil Tuhan 2.       Sifat Gereja yang memiliki arti bukan sekedar bangunan atau merek denominasi adalah.... a.        kudus b.       persekutuan orang percaya c.        oikumenis d.       satu e.        semua benar 3.       Hubungan Gereja dengan Pemerintah   digambarkan/diceritakan dalam kitab.... a.        Roma b.       Kisah Para ...

EVALUASI PEMBELAJARAN-1

KEGIATAN BELAJAR 1: KONSEP DAN PENERAPAN  PENGUKURAN, PENILAIAN, TES  DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah istilah yang sering kita dengar dalam dunia penidikan. Hanya dalam praktiknya seringkali terjadi kerancuan dalam penggunaannya. Kenyataan ini dapat dipahami karena istilah-istilah tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sebagai pendidik dipandang penting  mengetahui dengan baik dan benar dari istilah-istilah tersebut.  Ada tujuan, fungsi, prinsisp-prinsip evaluasi, tes, skala pengukuran, pendekatan penilaian dan acuan penilaian. Dan setelah mempelajari materi-materi tersebut diharapkan dapat memahami dengan baik dan benar tentang pengukuran, penilaian, tes dan evaluasi dengan segala unsur dan komponen-komponen tersebut. A. MEMBEDAKAN PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI 1. Pengukuran Pada hakekatnya mengukur adalah memberikan angka pada fakta yang diukur yang diwujudkan dalam bentuk simbol angka atau bila...

TUJUAN, MANFAAT DAN KELEBIHAN/KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN

Penerapan model-model Pembelajaran? Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Model Model Pembelajaran yang saya terapkan selama ini di SMA Negeri  4 Padangsidimpuan adalah: 1.     Discovery Learning 2.     Project Based Learning 3.     Problem Based Learning 4.     Pembelajaran Kontekstual 5.     Pembelajaran Inkuiri Apakah   Tujuan, manfaat, fungsi langkah-langkah peran dan  kelebihan dan kekurangannya. 1.     Discovery Learning Tujuan: Model pembelajaran Discovery Learning bertujuan mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Manfaat: 1.     Membantu siswa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan kognisi. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini dimana keberhasilan tergantung pada bagaimana cara belajarnya. 2.     Pengetahuan...

BAHAN PENELAAHAN ALKITAB

BAHAN PANDUAN P.A REMAJA(SISWA/I SMA) I.       BERTUMBUH DAN BERBUAH (YOHANES 15:1-8) SEPERTI  halnya manusia bertumbuh dari bayi menjadi dewasa, setiap orang percaya juga mengalami proses pertumbuhan secara rohani. Ia harus selalu mendapatkan makanan agar dapat bertumbuh. Pada PA kali ini kita kita akan belajar memahami pentingnya tinggal dalam Kristus, bertumbuh dan menghasilkan buah. 1.        Menurut anda, apa itu firman Tuhan? 2.        Baca Yohanes 15 : 1 – 8 3.        Siapakah pokok (batang utama) anggur yang benar dan siapa yg menjadi pengusahanya (ay.1)? 4.        Saat musim semi, setiap ranting pohon anggur akan dipotong ujungnya agar tunas yang baru menghasilan buah (Lih. Ay. 2). Apa saja buah yang dihasilkan oleh orang percaya? (band. Gal 5:22-25). 5.        Sebagai ranting dari ...