Langsung ke konten utama

KE TRI TUNGGALAN ALLAH

                                                                       KE TRI TUNGGAL AN ALLAH

1.               Ajaran Alkitab Tentang Allah Tritunggal
Dokrin KeTritunggalan Allah atau Trinitas merupakan salah satu dokrin yang istimewa dan unik bagi umat Kristen. Dikatakan istimewa dan unik sebab iman Kristen berkayakinan bahwa Allah itu esa, namun juga ada tiga yang adalah Allah. Dokrin ini sangat penting bagi perkembangan iman Kristen karena berkaitan dengan siapakah Allah yang disembah, bagaimana cara kerjaNya, bagaimana manusia harus mendekatiNya. Tetapi sekaligus juga menjawab beberapa pertanyaan praktis yang sering muncul dalam kehidupan umat Kristen maupun dalam kehidupan bersama dengan sesama yang beragama lain, misalnya siapakah yang harus disembah, apakah Allah Bapa, Allah Anak atau Allah Roh Kudus, apakah Allah Bapa lebih tinggi kedudukanNya dari Allah Anak dan Allah Roh Kudus ?. Karena itu pada kegiatan belajar satu ini kita akan meneliti dokrin TriTunggal Allah dengan berusaha menemukan ajaran Alkitab tentang dokrin ini.

a.       Keesaan Allah

Agama orang Ibrani Kuno sangat mempertahankan iman yang monoteistis, dan telah berkali-kali dinyatakan kepeda Israel dengan berbagai cara. Misalnya dalam Keluaran 20:2-3. Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “dihadapanKu” adalah ‘al panai yang secara harafiah berarti “di Muka-Ku”. Hal ini mengungkapkan bahwa


Allah telah menunjukkan realitas-Nya yang unik melalui apa yang telah dilakukan- Nya, sehingga Ia berhak menuntut penyembahan, pengabdian dan ketaatan mutlak dari bangsa Israel. Allah melarang untuk menyembah berhala (ay. 4) karena Dia sajalah Allah.
Selain itu sebuah petunjuk yang jelas tentang Allah itu tunggal atau esa terdapat dalam Syema Israel di Kitab Ulangan 6. Ini adalah kebenaran yang luar biasa dari Allah yang harus diajarkan oleh para orang tua Israel kepada anak-anak mereka. Dalam Ulangan 6:13,14 menunjukkan bahwa Allah itu Esa, dan tidak ada dewa-dewa bangsa lain di sekitar Israel yang harus dianggap benar dan layak untuk dilayani dan disembah (bdg. Kel 15:11; Zakh. 14:9). Selain dalam Perjanjian Lama, maka dalam Perjanjian Baru Yakobus 2:19 menganjurkan untuk percaya kepada Allah yang Esa. Dalam 1 Korintus 8:4,6 Rasul Paulus juga menggarisbawahi keunikkan Allah dengan mengemukakan “…tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain daripada Allah yang esa…bagi kita hanya ada satu allah saja, yaitu Bapa, yang daripadaNya berasal segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.
Keesaan Allah berarti bahwa:
pertama, hanya ada satu Allah saja dan bahwa sifat dasar atau watak Allah tidak dapat dipisah-pisahkan atau dibagi (Ul. 4:35; I Raja. 8:60; Yes. 45:5-6). Allah tidak terdiri dari bagian-bagian tertentu atau dapat diuraikaan menjadi bagian-bagian tertentu.
Kedua, Allah itu esa karena ketiga Oknum tersebut memiliki satu hakikat atau substansi yang tidak saja sama tetapi satu. Hakikat yang satu ini adalah hidup, terang, kasih, kebenaran, kemuliaan, kekuasaan, kekekalan, dan lain-lain. Seperti Bapa sempurna demikian juga Anak dan Roh Kudus. Suatu keesaan tidak sama dengan suatu kesatuan. Satu kesatuan ditandai dengan sifat tunggal.



b.      Konsep Keilahian Tiga Oknum

Tritunggal dalam teologi Kristen berarti bahwa ada tiga Oknum kekal dalam hakikat Ilahi yang satu itu, yang masing-masing dikenal sebagai Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, yang dapat dikatakan sebagai tiga kepribadian Allah. Ketika berbicara tentang adanya Tiga Oknum yang merupakan Allah maka juga perlu dipelajari dari kesaksian Alkitab. Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “rupa” adalah kata μορφη (morphe) yang berarti seperangkat ciri khas yang membentuk keadaan sesuatu. Bagi Paulus yang adalah seorang ortodoks dan dibina dalam ajarana Yahudi yang ketat ini merupakan pernyataan yang mengherankan karena mencerminkan iman gereja mula-mula, dan mengemukakan penyerahan yang mendalam terhadap keilahian Yesus. Yesus sangat menekankan keilahian-Nya, dan juga saat Thomas menyapaNya dalam Yohanes 20:28.
Selain Yesus dalam Alkitab juga menunjukkan Roh Kudus adalah Allah. Misalnya dalam kisah Ananis dan Safira (KPR. 5:3-4) yang menekankan bahwa berdusta kepada Roh Kudus (ay.3) disamakan dengan berdusta kepada Allah (ay.4). Roh Kudus juga dilukiskan memiliki sifat-sifat Allah dan dapat melakukan apa yang dilakukan Allah.

c.       Ke-Tritunggalan Allah

KeTritunggalan ini dapat ditemukan dalam kenyataaan berikut :
a.     Tuhan dibeda-bedakan dari Tuhan Allah (Kej. 19:24; Hos. 1:7; Zach 3:2).
b.     Anak Allah dibeda-bedakan dari Allah Bapa (Yes 48:16 bdg. Maz. 45:7-8; Yes. 63:9-10)
c.     Roh juga dibedakan dari Allah Bapa (Kej. 1:1; 6:3; Bil. 27:18).

Selain itu dalam Perjanjian Lama dikemukakan Malaikat Tuhan yang bukan malaikat biasa, karena Malaikat Tuhan itu berfirman atas namaNya sendiri dan mau disembah (Kej. 16:10; Yos.5; Hak.21). Dalam beberapa ayat Alkitab juga ketiga Oknum Ilahi dihubungkan satu dengan yang lain dan ditampilkan setara. Misalnya dalam formula baptisan dalam Amanat Yesus (Mat. 28:19-20). Nama yang digunakan dalam ayat-ayat ini adalah dalam bentuk tunggal, meskipun ada tiga Oknum yang termasuk. Selain itu hubungan ketiga Oknum ini juga terdapat dalam berkat Paulus (2 Kor. 13:13). Pada saat pembaptisan Yesus, ketiga Oknum Tritunggal hadir. Sang Anak dibaptis, Roh Allah turun seperti burung merpati, serta Allah Bapa mengucapkan kata-kata pujian tentang Sang Anak.



2.                   Latar Belakang Munculnya Dokrin Tritunggal

 

Istilah Tritunggal tidak pernah dipergunakan dalam Alkitab. Orang yang pertama menggunakan istilah ini adalah Tertulianus. Menurut Tertulianus, terdapat tiga wujud dari Allah yang Esa. Sekalipun ketiga wujud itu berbeda menurut angka, sehingga dapat dihitung, namun merupakan penyataan dari suatu kekuatan tunggal yang tidak terpisahkan. Sebagai ilustrasi dari persatuan di dalam Ke-Allahan, Tertulianus menunjuk pada persatuan antara akar dan tunasnya., sumber air dengan sungainya, matahari dengan terangnya. Bapa, Anak, dan Roh merupakan zat yang sama, diperluas menjadi tiga perwujudan, namun tidak terbagi. Tertulianus menggunakan istilah Tritunggal berdasarkan apa yang dikemukan dalam 1 Yohanes 5:7. Kata-kata “…Ketiganya adalah satu” menjadi indikasi dari Tritunggal. Istilah Tritunggal dipergunakan Tertulianus dengan pengertian bahwa substansi Allah adalah satu, namun ada tiga Oknum, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Penjelasan Tertulianus memiliki kelemahan karena ia membedakan Oknum I dan Oknum II dalam derajatNya. Menurut Tertulianus Oknum II, yakni Anak lebih rendah derajatnya dari Oknum I sebagai Bapa. Setelah Tertulianus muncul Origenes yang mengemukakan bahwa bukan hanya Anak yang lebih rendah dari Bapa, tetapi Oknum III, yaitu Roh Kudus lebih rendah dari Anak dan Bapa. Bahkan Arians menyangkali keilahian Anak dan Roh Kudus.
Pemahaman tentang hakikat Allah merupakan sumbangan pemikiran Origenes tentang keesaan Tritunggal. Dan pada sidang gereja tahun 325 di Necia status dogmatis tentang keesaan Allah diterima dengan menggunakan istilah homo-usios (satu hakekat), sehingga bermakna satu hakekat, keberadaan dasar, essens atau substansi.
Salah satu tokoh yang paling kreatif dalam sejarah teologi Kristen adalah Augustinus dalam karyanya De Trinitate, ini merupakan karyanya yang terbesar di mana ia memperkerjakan kecerdasan berpikirnya yang luar biasa untuk memecahkan persoalan Tritunggal. Augustinus lebih menekankan persatuan Allah dari pada ketigaan Allah. Menurut Augustinus Tiga anggota Tritunggal bukanlah Oknum- Oknum yang tersendiri, tetapi setiap Oknum mempunyai hakekat yang identik dengan Oknum yang lain atau dengan substansi ilahi itu sendiri. Oknum-Oknum tersebut berbeda berkenaan dengan hubungan mereka di dalam Ke-Allahan. Dalam De


Trinitate analogi yang didasarkan pada kegiatan pikiran disajikan dalam tiga tahap atau tiga Trinitas, yaitu :
1.            Pikiran, pengetahuan tentang dirinya, dan cintanya pada dirinya;
2.            Daya ingat, pengertian dan kehendak;
3.            Pikiran yang mengingat Allah, mengetahui Allah dan mengasihi Allah. Augustinus menarik kesimpulan bahwa manusia secara sadar memusatkan perhatian pada Allah, ia sepenuhnya memperlihatkan gambar Penciptanya.
Dengan demikian dokrin Tritunggal merupakan bagian yang sangat penting dari iman Kristen. Masing-masing dari ketiga Oknum ini harus disembah sebagai Allah Tritunggal. Dokrin tersebut tidak masuk akal dari sudut pandang manusia sehingga tidak seorang akan menciptakannya. Menurut Millard J. Erikson, Orang Kristen tidak menganut dokrin Tritunggal karena dokrin itu nyata dan secara logis kuat dan meyakinkan, tetapi menganutnya sebab Allah telah menyatakan bahwa demikianlah keadaan-Nya.

Dalam sebauh artikel yang ditulis oleh Samuel T. Gunawan dikemukakan beberapa pandangan yang keliru tentang Tritunggal atau Trinitas, sebagaai berikut :
1.                 Triteisme, yakni pandangan yang menolak keesaan Allah dan percaya pada tiga Allah.
2.                 Monarkkianisme, yang menekankan bahwa Allah anak hanyalah merupakan mode lain dari pernyataan Allah Bapa.
3.                 Sabellianisme. Sabelius dari Ptolomais yang menyatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah tiga bentuk eksistensi atau manifestasi dari satu Allah. Dalam pandangan ini , Tritunggal bukan berkaitan dengan natur Allah, tetapi hanya cara Allah menyatakan diriNya.
4.                 Arianisme, Arius seorang penatua yang anti Trinitarian dari Alexandria mengajarkan Allah yang kekal yang esa dari Anak yang diperanakkan oleh Bapa, dank arena itu, Anak memiliki permulaan (diciptakan). Jadi Arius mengsubordinasikan anak pada Bapa. Sedangkan Roh Kudus adalah yang pertama diciptakan oleh Anak. Dan Allah Bapa satu-satunya yang sama sekali tidak mempunyai permulaan.
5.                 Socinianisme, Socinus pada abad ke enam belas mengajarkan bahwa adalah keliru untuk mempercayai pribadi-pribadi dari Trinitas memiliki satu hakekat yang esa.


Paham mengajarkan bahwa hanya ada satu zat yang ilahi yang terdiri hanya satu pribadi. Socinus melakukan penyangkalan terhadap pra eksistensi Anak dan menganggap Anak hanya seorang manusia. Dan ia mendefinisikan Roh Kudus sebagai kebajikan atau tenaga yang mengalir dari Allah kepada manusia.





Allah Bapa Pencipta dan Pemelihara


1.               Allah Sebagai Pencipta
Menciptakan adalah istilah yang dipakai dalam dua arti dalam Alkitab, yakni dalam arti menciptakan secara langsung dan tidak langsung. Penciptaan langsung merupakan tindakan bebas Allah tritunggal , yang menciptakan sesuatu yang nampak dan tidak nampak untuk kemuliaan-Nya tanpa memakai bahan. Sedangkan penciptaan tidak langsung merupakan tindakan Allah yang disebut penciptaan , namun tidak bermula dari ketiadaan. Melalui tindakan ini , Allah membentuk, menyesuaikan, menggabungkan, atau mengubah bahan-bahan yang sudah ada. Pokok Allah sebagai Pencipta memainkaan peranan penting ketika orang Israel memandang dirinya sendiri dari luar dan berupaya memahami tempatnya di tengah-tengah dunia.
Melalui kegiatan belajar dua ini, anda akan dibelajarkan tentang karya-karya Allah sebagai Pencipta sehingga tidak akan pernah ada keraguan untuk meyakini bahwa Allah ada pribadi yang memulai alam semesta, dan penyataan yang paling jelas dari pengajaran Yesus yang dicatat dalam Injil-Injil Sinoptis terutama yang terdapat dalam Markus 13:19.


a.          Allah menciptakan langit dan bumi

Kalimat pembukaan di Alkitab “Pada mulanya Allah menciptakan  langit dan bumi” (Kej. 1:1) mengisyaratkan bahwa karya penciptaan Allah bersifat langsung dan segera, yaitu terjadi pada permulaan zaman dan alam semesta diciptakan Allah secara ex-nihilio yang berarti diciptakan tanpa memakai bahan yang sudah ada sebelumnya. Dan pada Kej. 2:7 dikisahkan Allah menciptakan manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan Allah secara tidak langsung. Hodge mengatakan, ketika membandingkan penciptaan langsung dan tidak langsung, maka penciptaan langsung terjadi seketika sedangkan penciptaan tidak langsung terjadi secara bertahap.
Penciptaan langsung bukan hanya langit, tetapi juga malaikat-malaikat yang menghuni sorga (Ay. 38:7; Neh. 9:6). Jangkauan universal dari karya ciptaan Allah ditegaskan dalam Efesus 3:9; Kolose 1:16. Selain itu, beberapa perincian dari berbagai bagian ciptaan menjelaskan bahwa segala sesuatu tercakup: langit dengan segala isinya, dan bumi dengan segala isinya, dan laut dengan segala isinya (Why. 10:6).
Melalui kisah penciptaan langit dan bumi, umat Israel mengklaim bahwa Pencipta itu tak lain adalah Allah yang membebaskannya dari Mesir dan mengikat perjanjian dengan mereka. Dengan kata lain Allah sebagai Pencipta adalah sebuah bentuk pengakuan iman umat Israel. Pengakuan ini dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni pertama , Allah dan bukan dewa-dewi agama lain yang menciptakan segala sesuatu dan menganugerahkan hidup dan berkat.  Kedua, Allah bukanlah Allah umat Israel dan gereja saja, melainkan juga alam semesta dan umat manusia seluruhnya. Karena Allah menjadikan dunia, memberikan  hidup kepada sekalian makhluk dan memberkatinya agar berdamai sejahtera. Selain itu umat Allah dipanggil untuk menjadi berkat bagi segala kaum di muka bumi serta makhluk ciptaan lainnya (bdg. Kej. 12:3).
Kedua pandangan ini saling melengkapi. Karena Allah menciptakan demi penyelamatan, dan orang yang percaya kepada-Nya harus melawan setiap penyalahgunaan kuasa yang menindas makhluk yang lemah. Selain itu orang yang percaya kepada-Nya harus menolak dalil bahwa agama hanya berarti dalam hidup pribadi. Karena Allah memberkati seluruh ciptaan-Nya untuk menjadi berkat di dalam kehidupan bermasyarakat.


Penciptaan merupakan karya Allah Tritunggal. Dalam Perjanjian Lama kisah penciptaan hanya mengaitkannya dengan Allah, bukan dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kerena perbedaan dalam Tritunggal belum sepenuhnya dinyatakan (Kej. 1:1; Mzm. 96:5; Yes. 37:16; 44:24; Yer. 10:11-12). Tetapi dalam Perjanjian Baru dijumpai perbedaan. Misalnya dalam 1 Korintus 8:6 Paulus membahas tentang boleh tidaknya orang memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Untuk membahas hal ini Paulus memakai penjelasan beberapa ayat Perjanjian Lama seperti Mazmur 96:5; Yesaya 37:16; dan Yeremia 10:11-12. Inti dari ayat-ayat ini adalah bahwa Allah sejati telah menciptakan segala sesuatu yang ada, berhala-berhala tidak mampu menciptakan apa-apa.
Menurut Millard Erikson ada maksud tertentu dari Allah menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya. Secara khusus maksud Allah menciptakan langit dan bumi adalah agar seluruh ciptaan-Nya memuliakan Allah dengan melakukan kehendak-Nya. Hal ini dilukiskan dalam Mazmur 19:2, Ciptaan yang tidak bernyawa memuliakan Allah, makhluk-makhluk hidup menaati rencana Allah bagi kehidupan mereka. Setiap ciptaan Allah mampu memenuhi maksud Allah baginya, namun setiap ciptaan mematuhi Allah dengan caranya sendiri. Ciptaan yang tidak bernyawa menaati Allah secara mekanis, yaitu dengan menaati hokum- hukum alam yang mengatur dunia fisik. Ciptaan yang hidup menaati Allah secara naluriah, yakni dengan menanggapi dorongan-dorongan yang ada di dalam dirinya. Hanya manusia saja yang menaati Allah dengan sadar dan rela, sehingga dapat memuliakan Allah dengan sempurna.
Selain itu Henry C. Thiessen, Allah menciptakan alam semesta untuk menerima kemuliaan. Alkitab memerintahkan,”Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya” (1 Taw. 16:29), juga dapat dibacakan dalam Mazmur 29:1-2; Yeremia 13:16. Tanggung jawab gereja juga adalah memuliakan Allah (Rom. 15:6,9; 1 Kor. 6:20, 2 Kor. 1:20, 1 Pet. 4:16). Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31 mengatakan “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua itu untuk kemuliaan Tuhan.


b.                  Makna teologis dokrin Penciptaan

Ada beberapa makna teologis yang dapat dipelajari dari dokrin Penciptaan menurut Erikson, yakni sebagai berikut :
1.        Merupakan pernyataan bahwa segala sesuatu yang bukan Allah memperoleh eksistensinya dari Allah. Dengan kata lain, ide bahwa ada suatu realitas tertinggi selain Allah ditolak, tidak ada tempat sama sekali bagi pandangan dualisme.
2.        Tindakan penciptaan Allah yang pertama bersifat unik dan berbeda dengan tindakan-tindakan kreatif manusia, yang memerlukan pembuatan pola dengan memakai bahan yang sudah ada. Satu-satunya keterbatasan Allah ialah sifat dan ketetapan-Nya. Allah tidak memerlukan bahan, karenanya maksud-maksud Allah tidaklah dibatasi oleh sifat bahan yang harus digunakan-Nya untuk berkarya.
3.        Dokrin penciptaan juga berarti bahwa tidak ada hasil ciptaan yang bersifat jahat. Segala sesuatu bersumber dari Allah, dan kisah  penciptaan mengatakan sebanyak lima kali bahwa Ia melihat semuanya itu baik (Kej. 1:10,12,18,21,25). Dan ketika Allah menciptakan manusia, Alkitab mengatakan bahwa Allah melihat segala yang telah dijadikan-Nya dan semuanya sungguh amat baik (ay. 31). Dengan demikian tidak ada  yang jahar dari hasil karya Allah.Dan Allah tidak dapat disalahkan atas adanya dosa dan kejahatan di dunia.
4.        Dokrin penciptaan juga menonjolkan tanggung jawab manusia. Manusia tidak dapat membenarkan tindakan kejahatannya dengan mempersalahkan bidang kejahatan materi. Dosa manusia timbul karena manusia menggunakan kebebasannya dengan tidak bertanggung jawab.
5.        Dokrin penciptaan menjaga agar tidak terjadi penurunan nilai penjelmaan Kristus. Selain itu menahan orang Kristen untuk tidak ikut menganut asketisisme yang melihat fisik adalah jahat sehingga membuat orang menghindari kepuasan tubuh jasmani serta segala bentuk kepuasaan badani lainnya. Dan bagi kaum asketisisme karena Roh lebih ilahi maka merupakan alam yang tepat bagi orang luhur dan saleh. Dengan demikian kegiatan meditasi sangat diutamakan, dan puasa ketat serta hidup bertarak sebagai syarat hidup rohani yang benar. Tetapi dokrin penciptaan  menegaskan bahwa semua ciptaan Allah itu baik adanya, sehingga dapat ditebus.


Keselamatan dan kerohanian harus ditemukan bukan dengan cara menjauhinya dari dunia materi, tetapi justru dengan menyucikannya.
6.        Segala sesuatu yang diciptakan dari Allah semuanya saling berhubungan. Manusia dan benda tidak bernyawa berasal dari Allah, maka manusia pada dasarnya satu dengan alam. Seluruh ciptaan adalah milik Allah dan penting bagi-Nya. Yesus dalam pengajaran-Nya juga menjelaskan bahwa Allah mengasihi dan memperhatikan seluruh ciptaan-Nya (Mat. 6:26-30; 10:29).
7.        Dokrin penciptaan menunjukkan adanya berbagai keterbatasan hakiki dari makhluk ciptaan. Tidak ada satu pun makhluk ciptaan yang dapat disejajarkan dengan Allah. Tidak ada dasar bagi penyembahan terhadap berhala, penyembahan terhadap alam atau pemujaan terhadap manusia. Alam dan manusia lebih rendah dari Allah.
G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland mengemukakan bahwa ketika mengaku bahwa Allah adalah Sang Pencipta langit dan bumi, hal ini berarti percaya kepada hubungan kasih yang diadakan oleh Allah antara Dia dengan dunia dan manusia. Alasannya adalah kata penciptaan mengemukakan kepada manusia, bahwa Allah telah mengadakan suatu objek di luar diri-Nya sendiri, yaitu dunia manusia untuk mewujudkan kasih-Nya. Allah itu bukanlah Nuda essential (Keberadaan yang bugil), yang kekal tak bergerak, melainkan Allah yang hidup, yang bertindak, yang mengasihi. Dalam perbuatan-perbuatan kasih-Nya, Ia bertindak keluar dengan mengadakan suatu objek bagi kasih-Nya. Oleh perbuatan kasih Allah, dunia dan manusia memperoleh keberadaan yang bermakna.
Selanjutnya G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland juga mengetengahkan bahwa jika mengaku Allah sebagai Pencipta langit dan bumi, maka kita  mengaku bahwa Allah merdeka dan berdaulat atas dunia dan manusia. Hal ini berarti kita mengakui pandangan Alkitab tentang perbedaan dan jarak antara Allah dengan manusia (Kej. 18:27; Pkh. 5:1; Yes. 6:5; Ayb. 42:5-6; Mzm. 8:4). Mengakui kemerdekaan Allah terhadap apa yang dijadikan-Nya berarti juga mengakui bahwa dunia dan manusia sama sekali bergantung kepada Allah (Mzm. 145:15; 104:27-30). Kemerdekaan Allah Sang Pencipta juga menekankan adanya perbedaan antara Allah dengan para ilah. Para ilah memerlukan daerah, wilayah manusia untuk menjadikannya ilah, sedangkan Sang Pencipta memerintah atas semesta.


Selain itu menurut G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland dengan kisah tentang penciptaan dunia, maka Allah ditempatkan pada permulaan segala sesuatu yang ada. Penciptaan itu digambarkan sebagai suatu perbuatan Allah pada suatu saat tertentu. Hal ini mengandung suatu kebenaran teologis sebagai berikut: hubungan antara Allah dengan dunia dan manusia adalah satu hubungan yang sama sekali datang dari pihak Allah dan semata-mata timbul dari kehendak dan perbuatan Allah yang merdeka dan berdaulat. Alkitab pun melanjutkan sejarah keselamatan dengan memperlihatkan bahwa Allah terus  menerus memperdulikan dunia ini. Hal ini menyiratkan hubungan yang dimaksud oleh kata-kata “khalik/Pencipta” dan “makhluk” yakni kesetiaan Allah. Kesetiaan Allah Sang Pencipta adalah kesetiaan terhadap dunia dan manusia yang berdosa. Hal ini berarti jika berbicara tentang penciptaan , maka memberitakan tentang hubungan yang aktual antara Allah dengan dunia dan manusia. Tidak boleh berbicara tentang Allah Sang Pencipta tanpa terus menerusnya Ia mempedulikan dunia ini, tentang hubungan-Nya yang tetap dengan dunia dan manusia.

2.               Pemeliharaan Allah

Pemeliharaan Allah merupakan hubungan berkesinambungan Allah dengan ciptaan-Nya, yakni tindakan berkesinambungan Allah untuk melestarikan keberadaan ciptaan-Nya serta menuntun ciptaan-Nya dengan tujuan yang Allah maksudkan bagi ciptaan-Nya. Karena itu pemeliharaan Allah penting untuk sikap kehidupan Kristen, yakni sikap yang mampu hidup dalam kepastian bahwa Allah hadir dan aktif dalam kehidupan manusia, berada dalam perlindungan-Nya serta mendengar dan menanggapi doa-doa yang dinaikkan pada-Nya. Pemeliharaan Allah dapat ditinjau dari dua aspek, yakni tindakan Allah dalam melestarikan keberadaan ciptaan_nya dengan memelihara dan menopang ciptaan-Nya. Aspek yang lain adalah tindakan Allah untuk menuntun dan mengarahkan rangkaian peristiwa sedemikian rupa sehingga memenuhi maksud-maksud-Nya.

a.          Pemeliharaan Sebagai Pelestarian

Pelestarian adalah tindakan Allah yang mempertahankan keberadaan ciptaan- Nya , yang meliputi tindakan Allah untuk melindungi ciptaan-Nya dari celaka dan kehancuran, serta tindakan-Nya dalam menyediakan berbagai kebutuhan dari anggota-anggota ciptaan-Nya. Nehemia 9:6, Kolose 1:17, dan Ibrani 1:3 menolak


pandangan bahwa setiap bagian dari ciptaan Allah dapat berdiri sendiri, dan menolak bahwa karya Allah berakhir dengan penciptaan. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa permulaan dan kelanjutan segala sesuatu yang ada merupakan masalah kehendak dan tindakan Allah.
Tindakan pelestarian Allah terhadap ciptaan-Nya terutama nyata dalam pelestarian Israel sebagai suatu bangsa. Tangan Allah ada saat menyediakan makanan bagi umat-Nya saat bencana kelaparan dengan membawa Yusuf terlebih dahulu ke Mesir untuk menyediakan makanan bagi umat-Nya. Kisah bangsa Israel keluar dari tanah Mesir yang diawali dengan selamatnya Musa dari pembunuhan bayi laki-laki Israel oleh Firaun sampai bangsa Israel dapat menyeberangi Laut Merah, menerima makanan yang ajaib terutama manna, diberikan kemenangan dalam pertempuran adalah juga cara Allah untuk melestarikan umat-Nya. Pelestarian Allah juga terus berlanjut melalui kisah Zadrack, Mesakh dan Obednego dalam kitab Daniel.
Yesus juga telah memberikan ajaran yang jelas tentang pelestarian yang dilakukan oleh Allah dalam ajarannya tentang hal kekuatiran (Mat. 6:26; 30-33), di mana Yesus memusatkan perhatian para murid pada perlindungan Allah kepada manusia. Penekanan penting dalam ajaran Yesus dan Paulus adalah tidak terpisahkannya anak-anak Allah dari kasih serta pemeliharaan-Nya. Bahkan dalam Roma 8: 35-39, Paulus sangat menekankan begitu besar kasih Allah yang diwujudkan dalam pemeliharaan-Nya bagi umat ciptaan-Nya dengan mengungkapkan apapun tidak akan dapat memisahkan umat-Nya dari kasih-Nya.Dengan demikian baik Yesus maupun Paulus menekankan bahwa tidak ada bahaya jasmaniah maupun rohani yang perlu ditakuti oleh ciptaan-Nya, karena ada Allah yang melindungi. Pemeliharaan, perlindungan, serta kelepasan dari Allah akan memungkinkan manusia menanggung pencobaan (1 Kor. 10;13).
Hal lain dari tindakan Allah melestarikan ciptaan-Nya serta membekali dengan kebutuhan adalah bahwa orang percaya tidak dikecualikan dari bahaya dan pencobaan, namun terpelihara dalam keduanya. Allah tidak berjanji bahwa penganiayaan dan penderitaan tidak akan menimpa ciptaan-Nya, tetapi hal itu tidak akan menang atas ciptaan-Nya. Yesus berbicara tentang ini dalam Matius 24:15-31 dan rasul Petrus dalam 1 Petrus 1:6; 4:12. Tetapi yang diminta dari Allah adalah tetap bersukacita dalam pencobaan karena pengalaman tersebut memungkinkan ciptaan- Nya ikut merasakan penderitaan Kristus (4:13), serta membuktikan kesungguhan iman pada-Nya (1:7). Selain pemeliharaan Allah terus berlangsung kepada umat-Nya,


pemazmur menekankan karya pelestarian Allah itu juga berlangsung di seluruh alam (Mzm. 104: 5,10,13,20-21,24-30; 5:10; 37:10). Allah bekerja melalui proses-proses alam untuk menyediakan kebutuhan makhluk ciptaan-Nya.
Para penulis Alkitab memiliki keyakinan yang teguh tentang pelestarian Allah dengan menggambarkan Tuhan sebagai tempat perlindungan dan kubu pertahanan (Mzm. 91), dan Yesus juga mengajarkan para murid-Nya untuk tidak takut kepada manusia yang hanya dapat membunuh tubuh, tetapi tidak dapat membunuh jiwa (Mat. 10;28). Penulis kitab Ibrani pun menekankan bahwa orang percaya tidak perlu takut akan maut, karena maut tidak akan memisahkannya dari kasih Allah (Ibr. 9:27).
Dengan demikian karya pemeliharaan Allah sebagai pelestarian oleh Allah mengajarkan kepada orang percaya untuk yakin akan keteraturan dunia yang diciptakan Allah. Keyakinan ini bukanlah pada dasar realitas yang bersifat materi atau impersonal, tetapi pada satu Oknum yang bijaksana, baik dan mempunyai maksud tertentu yang terus menerus menghendaki kelestarian ciptaan-Nya.

b.                   Tujuan Tindakan Pemeliharaan

Henry C. Thiessen mengemukakan beberapa tujuan dari tindakan pemeliharaan Allah adalah sebagai berikut :
1.     Allah memelihara dunia dengan tujuan untuk membahagiakan makhluk ciptaan- Nya;
2.     Allah memelihara dunia dengan tujuan mengembangkan mental dan moral umat manusia.
3.     Menyelamatkan dan mempersiapkan suatu umat milik-Nya sendiri. Allah memilih Israel agar mereka menjadi umat-Nya (Kel. 19:5-6), dan Ia juga telah memanggil gereja dengan tujuan yang sama (Tit. 2:14; 1 Pet. 2:9).
4.     Tujuan utama pemeliharaan-Nya ialah kemuliaan-Nya sendiri. Allah memelihara dan memerintah dengan tujuan menunjukkan kesempurnaan-Nya, kesucian-Nya dan keadilan-Nya.

c.                 Sarana-Sarana yang Dipakai dalam Pelaksanaan Pemeliharaan

Allah memakai hukum-hukum alam dalam perkara-perkara lahiriah, misalnya dalam menetapkan musim-musim dan memberikan kepastian tentang adanya makanan (Kej. 8:22), memberikan manusia naluri penyelamatan diri dan rasa tanggung jawab moral (Rm. 1:26; 2:15). Kadang Ia menambahkan hukum alam ini


dengan mengadakan mujizat (Kel. 14:21-31). Namun kadang juga Allah mengadakan sesuatu dengan mengucapkan firman-Nya yang berkuasa (Mzm.33:9), dan jika si jahat akan datang untuk memerintah dunia, maka Kristus akan tampil untuk menghancurkan dia dengan firman-Nya yang berkuasa (2 Tes. 2:8; Why. 19:20-21).
Selain itu, untuk perkara-perkara batiniah, Allah memakai berbagai sarana, yakni (1) Ia memakai firman-Nya (Yoh. 1:7-8; Yes. 8:20; Kol. 3:16), (2) Allah menghimbau kepada akal manusia dalam hal menyelesaikan persoalan-persoalan mereka (Kis. 6:2). (3) Allah memakai himbauan, Ia telah menetapkan pelayanan hamba-hamba-Nya untuk mengajar dan mengajak umat-Nya untuk memercayai kebenaran (Yer. 7:13;44:4, Zak. 7:7; Kis. 17:30). (4) Allah memakai perasaan batin yang mengekang dan menahan (Kis. 16:6-7). (5) Allah memakai keadaan-keadaan yang nampak (1 Kor. 16:9). (6) Allah mencondongkan hati manusia ke arah tertentu (1 Raja. 8:58; Mzm 119:36). Dan dalam beberapa tindakan pemeliharaan, Allah memakai wakil-wakil khusus, misalnya para malaikat dipakai dalam pelaksanaan pemerintahan-Nya yang lahirian (2 Raja. 19:35; Dan 6:22), dan Allah menggunakan Roh Kudus dalam pemerintahan yang batiniah dan rohaniah (Luk. 4:1; Yoh. 16:7- 15).

d.               Teori-Teori Yang Menentang Ajaran Tindakan Pemeliharaan

Ajaran tentang pemeliharaan Allah selain diterima oleh orang percaya, tetapi juga ada teori yang menolaknya, yakni sebagai berikut :
1.     Naturalisme. Teori ini menganggap bahwa alam merupakan seluruh realitas yang ada. Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta adalah hasil kerjanya hukum-hukum alam. Kebahagian manusia serta kesempatan untuk berhasil dalam hidup bergantung pada pengetahuan manusia serta kerja sama dengan hukum-hukum ini.
2.     Fatalisme. Teori ini menganggap bahwa semua peristiwa ditentukan oleh nasib, dan bukan oleh sebab-sebab alamiah, dan bahwa manusia tidak mampu mengubah jalannya peristiwa-peristiwa yang sudah ditetapkan nasibnya.
3.     Panteisme. Teori ini menyatakan bahwa kehendak itu tidak bebas dan segala sesuatu yang ada tanpa kecuali mempunyai sebab, maka panteisme tidak memiliki ajaran tentang pemeliharaan. Selain itu panteisme menghancurkan


semua kemungkinan adanya moralitas yang sejati, dan menyangkal kebebasan manusia.

3.           Allah sebagai Bapa

Kebapakan Allah adalah ajaran yang paling khas dalam Perjanjian Baru dan khususnya dalam ajaran Yesus. Ajaran ini muncul pada masa orang-orang menyembah berhala dan beribadah kepada dewa-dewanya dalam suasana ketakutan. Dan ajaran Allah sebagai Bapa hadir memberikan unsur kemesraan ke dalam hubungan manusia dengan Allah yang tidak ada bandingannya dalam dunia kafir. Ajaran Yesus tentang Allah sebagai Bapa dipahami sebagai Bapa umat-Nya. Dalam Perjanjian Lama, Allah dianggap Bapa orang Israel dalam pengertiannya sebagai bangsa, bukan sebagai pribadi. Namun menurut Donald Guthrie gagasan kebapakan dalam hubungannya dengan suatu kumpulan orang tidak menghilangkan gagasan kebapakan dalam hubungan secara pribadi, tetapi justru merupakan persiapan bagi perkembangan gagasan secara penuh dalam Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Baru dikemukakan 3 hal mengenai kebapakan Allah, yakni Bapa Yesus, Bapa murid-murid Yesus dan Bapa dari semua ciptaan-Nya. Dan hubungan Bapa anak hampir seluruhnya ditujukan bagi orang-orang percaya. Contoh yang paling terkenal yang memperlihatkan Allah sebagai Bapa bagi murid- murid-Nya ditunjukkan oleh Yesus dalam doa Bapa kami. Kata Bapa dalam doa ini dikiaskan kepada Allah. Sebagaimana seorang bapa kepada anaknya, demikian pula Allah. Allah sebagai Bapa menyelenggarakan segala-galanya, menjaga segala sesuatu, mengatur dan memerintah atas semuanya dan sekali-kali menghukum jika ada yang salah.
Ungkapan Allah Bapa yang terkandung dalam Pengakuan Iman Rasuli bukanlah melukiskan manusia dengan sang Pencipta, tetapi menunjuk kepada hakekat Alalh itu sendiri. Di dalam hakikat-Nya sendiri dan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Allah adalah Bapa. Bagaimana mengaitkan Allah sebagai Bapa dalam kehidupan orang percaya ?.G.J van Niftrik dan B.J. Boland menjelaskan sebagai berikut :
1.  Apabila Allah disebut Bapa, dan Yesus Kristus digelar Anak-Nya, maka yang dimaksudkan adalah bahwa ada suatu hubungan dan nisbah yang sangat istimewa dan eksklusif. Yang dimaksudkan dengan eksklusif adalah suatu hubungan dan nisbah yang tidak dapat dibandingkan dengan hubungan antar


manusia sendiri, dan yang berlainan juga dari hubungan antara Allah dengan manusia pada umumnya. Dan hubungan yang istimewa dari Allah kepada Yesus Kristus yang disebut “kebapaan” Allah sedangkan hubungan yang istimewa dari Yesus Kristus kepada Allah disebut “keanakan”Yesus Kristus. Hubungan yang eksklusif antara Allah sebagai Bapa dengan Yesus diperjelas Yesus melalui perkataan “Semua itu diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak ada seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.(Mat. 11:27).
Jika dikaitkan dengan ungkapan Tritunggal, maka perhubungan yang eksklusif antara Allah Bapa dengan Yesus Kristus dapat disebut suatu Dwi-Tunggal. Maksudnya apabila Allah disebut Bapanya Yesus Kristus, Anak-Nya, maka hal ini berarti :
a.                  Bahwa seakan-akan ada jamak di dalam hakekat Allah yang esa sehingga harus berbicara tentang dua cara berada, yakni Allah Bapa dan Anak Allah.
b.                 Bahwa ada suatu kesamaan hakikat bahkan keesaan hakikat sehingga Bapa dan Yesus bukannya dua Tuhan melainkan sungguh adalah satu dan esa.  Aku dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30).
Berbicara tentang Bapa dengan Anak-Nya Yesus Kristus pada satu pihak bahwa Allah bapa merupakan asal untuk Anak-Nya, sedangakn Allah Bapa dan Anak- Nya bersama-sama merupakan asal untuk Roh Kudus. Namun di pihak lain asal itu tidak terletak dalam waktu dan sejarah tapi bahwa Allah dari kekal.
2.  Jika berbicara tentang Allah sebagai Bapa kita, Bapa Anak-Anak-Nya, maka harus diselidiki apa maksudnya menurut Alkitab. Dalam Matius 6:26-33, Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk tidak kuatir akan hidup ini, karena para murid jauh lebih berarti dari burung-burung. Burung-burung tergolong ke dalam dunia binatang, tetapi para murid di dalam Kerajaan Allah. Kerajaan Allah datang kepada kita dalam diri Yesus Kristus. Injil tentang Kerajaan Allah itu Injil tentang Yesus Kristus. Jadi, ketika Yesus berbicara tentang Allah sebagai Bapa Kamu, maka perkataan itu bukan berlaku bagi semua manusia atau segala makhluk, melainkan bagi mereka yang telah menjawab ya kepada Yesus Kristus (Kol 1:11-14). Hal ini mengisyaratkan bahwa menjadi anak-anak Allah terjadi oleh panggilan dan pilihan, dan merupakan anugerah Allah yang tidak layak kita terima (Hos. 11:1; Rm.8:15; Rm. 6:4-11). Selain itu, pengertian anak di dalam


Alkitab bukan hanya dalam pengertian biologis, namun anak adalah dia yang bersikap benar kepada bapa dan hidup dalam hubungan yang benar dengan bapa.





Allah Sang Penyelamat


1.  Ajaran Keselamatan Dalam Alkitab
Ajaran tentang keselamatan dikenal dengan Soteriologi yakni ajaran yang membahas penganugerahan keselamatan melalui Yesus Kristus serta penerapan keselamatan itu melalui Roh Kudus. Keselamatan merupakan penerapan karya Kristus ke dalam kehidupan seseorang. Ajaran ini memiliki daya tarik yang sangat khusus karena berkaitan langsung dengan kehidupan tiap manusia. Selain itu keselamatan merupakan karya rohani Allah yang sangat besar demi kehidupan umat- Nya. Adapu tujuan dari keselamatan itu akan dibahas berdasarkan apa yang dikatakan berdasarkan Alkitab.

a.          Perjanjian Lama

1.  Kitab Taurat. Tujuan keselamatan yang dilukiskan dalam kitab Taurat adalah pertama, semua penampakan diri Allah kepada Musa dan umat Israel adalah untuk menetapkan dan mengembangkan iman Musa dan umat Israel kepada Allah. Kedua, Tuntutan Ilahi bersama denga hukumannya jika tidak melaksanakan tuntutan tersebut adalah menyadarkan umat dari kesalahan dan


ketakutan akibat dosa (Rm.3:20). Ketiga, penetapan sistim korban untuk penghapusan dosa adalah cara untuk menghilangkan kesalahan umat Israel.
2.  Kitab Para Nabi, Kitab Para Nabi berisikan banyak nubuatan tentang karya keselamatan Allah teristimewa melalui Yesus Krstus. Nubuatan-nubuatan itu diberikan untuk memberi tahu kepada umat Israel tentang :
a.       akan “meremukkan kepala ular” (Kej.3;15);
b.      menyingkirkan segala kefasikan dari Yakub (Rm. 11:26,27, bdg Yes. 59:20);
c.       memikul dosa banyak orang (Yes. 53: 12);
d.      mempersembahkan nyawa-Nya sebagai korban penghapusan dosa;
e.       menyerahkan nyawa-Nya ke dalam maut, dan
f.       terhitung di antar pemberontak-pemberontak (Yes 53:10,12).

b.         Perjanjian Baru

Perjanjian Baru memperlihatkan dengan jelas ,Allah sebagai Penyelamat melalui Yesus Kristus. Dalam Pengakuan Iman Rasuli dirumuskan bahwa Yesus adalah Anak Tunggal Allah dan Tuhan yang lahir, menderita dan disalibkan, mati tapi bangkit dan naik ke sorga. Selain itu, Alkitab memperlihatkan dengan jelas dua tahap kondisi yang dialami Kristus dalam misi penyelamatan manusia dan dunia dari dosa, yakni (1) pengosongan atau perendahan diri, yang mengacu pada inkarnasi, penderitaan, kematian dan penguburan. (2) pemuliaan, yang meliputi kebangkitan, kenaikkan, pengangkatan duduk di sebelah kanan Allah dan kedatanganNya kembali dalam kemuliaan. Kematian Yesus adalah benar-benar dan hal ini dicatat dalam Kitab-kitab Injil sebagai sebuah peristiwa yang sebelumnya telah diartikan oleh Kristus sebagai kematian untuk pengampunan dosa manusia, pengukuhan kovenan yang baru, dan kekalahan setan (Luk 22:15-20; Yoh 12:31). Hal ini menjadi pusat ajaran para rasul, sebagaimana juga telah ditegaskan dalam Perjanjian Lama.
Imamat 25: 47-49 dinyatakan tentang penebusan, yakni suatu harga yang dibayar demi menyelamatkan atau melepaskan suatu benda atau seseorang. Membeli kembali suatu benda atau manusia yang selama-lamanya akan diambil atau dijadikan budak, harga yang dibayar disebut tebusan. Dosa bagaikan pasaran budak, di mana manusia dijual kepada dosa (Rm 7:14). Semua yang berdosa harus mati (Yeh 18:4). Kristus melalui kematiaanNya telah menebus dosa manusia (Mat 20:28, Mar 10:45; 1 Pet 1:18-19; 1 Tim 2:6; Gal 3:13, Ibr 9:15, dll). Tebusan


Kristus menggenapi 4 misi, yakni (1) misi penebusan, dengan nyawaNya sebagai tebusan, manusia terlepas dari belenggu dosa serta kembali kepada Allah (Rm 3:24, 1 Kor 1:30, dll). (2) Misi penggantianNya, Kristus mati menggantikan manusia  agar manusia berdosa yang telah tertebus itu dapat hidup bagiNya (1 Pet 3:18, Gal 2:20). (3) Misi pemulihan kembali, Ia telah memulihkan kembali murka Allah (Rm 2:25, Ibr 2:17), dan (4) menggenapi misi pendamaian, melalui kematiaanNya manusia didamaikan dengan Allah ( Rm 5:11; Kol 1:20-22). Di sisi lain, kematian Kristus mengandung makna eskatologis, karena Ia berkata, “ Aku berkata kepadaMu, sesungguhNya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru dalam kerajaan Allah.” (Mar 14:25). Ini berarti kematian Kristus menciptakan persekutuan baru yang hanya akan disadari sepenuhnya dalam kerajaan eskatologis Allah. Hal ini juga dapat dilihat dalam komentar Paulus, “ Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (1 Kor 11:26).
Kristus mati tapi bangkit. Kebangkitan Kristus dalam tubuh kemuliaan merupakan titik balik dalam tahapan proses perendahan diriNya. Di sinilah Kristus dimuliakan dan semua musuhNya mengalami kekalahan. Pada kebangkitan inilah bergantung nilai berlakunya pekerjaan Kristus di masa lalu, masa kini dan masa akan datang. Keempat Injil mencatat tentang kubur yang kosong dan kebangkitan Kristus di antara orang mati (Mat 28; Mar 16; Luk 24; Yoh 20). Ia menampakkan diri kepada pribadi maupun kepada kelompok orang/ para murid (Yoh 20:11-18; 1 Kor 15:5; Luk 24:13-35; Luk 24:36-43 Yoh 20:26-29; Yoh 21:1-14; 1 Kor 15:6,
dll). Kebangkitan Kristus dari kuasa kematian memiliki arti yang penting baik bagi Yesus tapi juga bagi orang percaya dan semua manusia. Arti kebangkitan Kristus,
(a) bagi Yesus sendiri, jika Kristus tidak bangkit, maka Ia seorang pendusta (Mat 20:19, Mat 28:6). (b) bagi karyaNya, Kristus bangkit untuk memberikan kepada umatNya, gerejaNya kekuatan untuk melakukan pelayananNya (Rm 6:1-10; Gal 2:20). (c) Bagi Injil, injil didasarkan atas dua kenyataan pokok yakni kematian dan kebangkitan Kristus (Rm 4:25). (d) bagi orang percaya, Jika Kristus tidak bangkit, maka kesaksian orang Kristen akan palsu, isi iman tidak berarti, dan prospek terhadap masa depan adalah sia-sia (1 Kor 15:13-19).
Keselamatan dalam Perjanjian Baru tidak berhenti pada kebangkitan Kristus tetapi juga dituliskan tentang Kenaikan Kristus ke sorga. Peristiwa kenaikkan Kristus ke sorga telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama sebanyak dua kali (Mzm


68:14, 110:1), kemudian dikutip lagi dalam Perjanjian Baru (Efs 4:8; Kis 2:34). Sebagaimana Kristus pernah membicarakan peristiwa tersebut yakni tentang pulang kepada BapaNya (Yoh 7:33, 14:1-2; Mar 16:19; Luk 9:51, 24:51). Namun yang lengkap tentang prosesi terjadinya peristiwa kenaikkan Kristus ke sorga disajikan oleh Lukas dalam kitabnya yang kedua (Kis 1:6-11). Kenaikkan Kristus ke sorga merupakan dokrin yang penting dalam teologi atau kristologi Kristen. Karena melalui peristiwa kenaikkan Kristus, maka kekristenan dapat memahami momentum pemuliaan yang ke dua dari Kristus selain dari kebangkitanNya. KenaikkanNya juga menjadi informasi penting mengenai awal dari pekerjaanNya pada masa kini. Setelah Yesus naik ke sorga berada di rumah Bapa (Yoh 14:1-3), Dia tidak berhenti berkarya, tetapi secara terus menerus melaksanakan karya- katyaNya hingga saat ini. Pekerjaan-pekerjaan Kristus sudah dimulai sejak peristiwa kenaikkanNya sampai pada kedatanganNya untuk mengangkat gereja. Adapun tujuan dari Kenaikan Yesus ke sorga sebagai berikut :
1.            Ia naik ke sorga sebagai pelopor. Dalam Ibrani 6:20 Yesus telah masuk sebagai pelopor atau perintis bagi orang yang percaya padaNya.
2.            Ia pergi menyediakan tempat bagi umatNya (Yoh 14:2; Ibr 9:21-24)
3.            Ia menyatakan diriNya di hadapan Allah Bapa demi jemaatNya (Ibr 9:24)
4.            Ia duduk di sebelah kanan Bapa sebagai khalik langit dan bumi, menanti saat di mana segalanya takluk kepadaNya (Efs 4:10; Ibr 10:12-13; Kis 3:20-21).

2.          Keilahian Yesus

Alkitab membuktikan bahwa seluruh perkataan dan perbuatan Kristus adalah fakta tentang keAllahan atau keTuhananNya. KeTuhanan Kristus dinyatakan berulang kali dalam gelar “Anak Allah” yang diberikan kepadaNya oleh orang lain maupun  oleh diriNya sendiri. Yesus tidak pernah disebut seorang Anak Allah seperti yang dilakukan terhadap para malaikat dan manusia (Ay 2:1; 1 Yoh 3:2). Dia adalah Anak Allah dalam arti yang unik, dan dari kekal memiliki hubungan dengan Allah. Dengan tidak henti-hentinya Kristus menegaskan hubungan itu.
Bukti-bukti KeAllahan atau KeTuhanan Kritus :

1.          Kristus diberi nama-nama Ilahi. Dia disebut sebagai Logos yang tidak lain adalah Allah sejati (Yoh 1:1, 14, 18). Ketuhanan Kristus yang asasi dinyatakan dengan


tegas. Dia disebut Allah (Yoh 20:28; Rm 9:5). Selain itu Ia disebut Anak Allah (Mat 14:33; Mar 1:1, Yoh 1:18, Mat 2:15, dll).
2.          Kristus disembah sebagai Allah. (Yoh 20:28; Luk 24:52).
3.          Yesus sendiri sadar akan KeTuhananNya. a) sebagai seorang Anak Dia berbicara tentang Allah sebagai BapaNya (Luk 2:41-52). b) Kristus diakui sebagai Anak Allah saat Ia dibaptis dan dicobai (Mat 3; Yoh 3:17). c) Kristus sendiri menyatakan keAllahanNya (Mat 11:27; Yoh 17).
Selain itu, bukti-bukti KeAllah Kristus yang lain, adalah :
1.                     Yesus mempunyai sifat-sifat asasi keAllahan. Esesnsi Allah memang dimiliki oleh Yesus, sehingga segala atribusi yang hanya menjadi milik Allah juga melekat pada diri Kristus. “Dia sudah ada sebelum Abraham jadi “ (Yoh 8:58), ‘Maha kuasa (Mat 28:18; Yoh 3:35, dll), “Maha tahu” (Yoh 5:42; Kis 1:24, dll), “Maha ada” (Mat 28:20; Kis 18:10), “Maha suci” (Ibr 4:15, 1 Pet 2:22).
2.                     Yesus melakukan karya yang hanya dikerjakan oleh Allah. “Penciptaan dan pemeliharaan alam semesta (Yoh 1:3, Kol 1:16-17), “menopang segala sesuatu dengan kuasaNya yang tak terbatas” (Kol 1:17; Ibr 1:3), “Melakukan mujizat” (Yoh 2:1-11, 4: 46-54, dll), “berkuasa untuk membangkitkan orang mati” (Yoh 5:21), “menghakimi manusia” (Mat 25:31-46; Yoh 5:22, dll).

3.               Kemanusiaan Yesus

Jika berbicara tentang kemanusiaan Kristus, maka yang dimaksudkan adalah Kristus benar-benar menyatukan dan menyamakan diriNya dengan umat manusia. Hal ini berarti Dia adalah manusia sejati, benar-benar bersifat manusiawi, satu dengan manusia. Seorang manusia dalam arti kata yang sebenarnya. Bukti-bukti kemanusiaan Kristus sesuai Alkitab, adalah sebagai berikut;
1.                     Yesus lahir seperti manusa lainnya. Yesus lahir dari seorang wanita (Gal.4:4 bdg Mat. 1:18-2:11; Luk. 1:30-38; 2:1-20). Karena itu Yesus disebut Anak Daud, Anak Abraham (Mat. 1:1). Peristiwa kelahiran Kristus merupakan janji kepada Hawa (Kej. 3:15), dan kepada Ahas (Yes. 7:14).
2.                     Yesus tumbuh dan berkembang seperti manusia normal. Hal ini dikatakan dalam Allkitab dengan kalimat,”Ia bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya (Luk. 2:40). Perkembangan fisik dan mental Yesus bukan karena sisi Keilahian-Nya, tetapi dipenghuri oleh hokum-hukum perkembangan manusia yang normal. Perkembangan mental Yesus tidak semata-


mata karena pendidikan yang dialami-Nya di sekolah-sekolah zaman Yesus (Yoh. 7:15), tetapi juga karena hasil pendidikan dalam keluarga yang saleh, dan Yesus selalu hadir dalam rumah ibadah (Luk. 4:16).
3.                     Yesus memiliki unsur-unsur hakiki sifat manusia. Hal ini dibuktikan dengan bagian Alkitab yang menulis tentang Yesus memiliki tubuh jasmani (Mat. 26:12; Yoh 2:21, Ibr. 2:14, Ibr. 10:10, Luk. 24:39). Namun bukan saja Yesus memiliki tubuh jasmai, tetapi juga memiliki unsur-unsur sifat manusia, seperti kecerdasan dan sifat sukarela. Yesus mampu berpikir dengan logis. Namun harus dapat membedakan antara sifat manuasiwi dengan sifat yang berdosa. Yesus memiliki sifat manusiawi, tetapi tidak memiliki sifat yang berdosa.
4.                     Berkali-kali Yesus disebut sebagai manusia. Yesus menganggap dirinya sendiri sebagaimanusia (Yoh. 8:40). Yohanes Pembaptis, Petrus dan Paulus juga menyebut Yesus sebagai manusia (Yoh. 1:30; Kis. 2:22; 1 Kor. 15:21).
5.                     Yesus menjalani kehidupan seperti manusia biasa lainnya (Luk 2:52). Yesus mengalami keterbatasan sebagai manusia, seperti rasa lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 19:28), lelah (Yoh 4:6), sedih dan tertekan (Yoh 11:35, Luk 13:34,35) dan ketidaktahuan (Mar 13:32).
6.                     Yesus mengalami kematian. Yesus sama juga seperti manusia, sebagai manusia mengalami kematian, maka Yesus pun mengalami kematian (Ibr. 2:14,15).
Mempelajari pribadi Yesus sangatlah sulit, namun sekalipun sulit memahami konsep ini namun Alkitab mengajarkan agar terus merenungkan rahasia Allah ini, Yaitu Yesus Kristus (Kol. 2:2,3). Yesus sendiri berbicara tentang diri-Nya sebagai suatu pribadi yang utuh dan tunggal, dan tidak pernah menunjukkan keterbelahan kepribadian Keilahian dan kemanusiaan-Nya. Alkitab memberikan petunjuk tentang keterpaduan antara Keilahian dan Kemanusiaan Yesus sebagai berikut:
1.   Perpaduan itu tidak bersifat teantropik. Diri Yesus adalah teantropik yang berarti memiliki sifat ilahi dan sifat manusiawi, tetapi sifat-Nya tidak. Yang dimaksudkan di sini adalah seseorang dapat berbicara tentang Allah-manusia bila ingin mengacu pada diri Yesus, akan tetapi tidak dapat berbicara tentang sifat ilahi-manusiawi, melainkan harus berbicara tentang sifat ilahi dan sifat manusiawi di dalam Yesus. Hal ini berarti Yesus memiliki pengertian dan kehendak yang tidak terbatas, Ia memiliki kesadaran ilahi dan kesadaran manusiawi. Kecerdasan ilahi-Nya tidak terbatas; kesadaran manusiawi-Nya makin bertambah. Kehendak ilahi-Nya adalah mahakuasa; kehendak manusiawi-Nya hanya sebatas pada kemampuan manusia yang tidak jatuh pada dosa.


Dalam kesadaran Ilahi-Nya Ia berkata “Aku dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30); dalam kesadaran manusiawi-Nya ia dapat berkata,”Aku haus” (Yoh. 19:28).
2.   Perpaduan itu bersifat pribadi. Perpaduan kedua sifat di dalam Yesus disebut hipostatis, artinya kedua sifat atau hakikat itu merupakan satu cara berada yang pribadi. Kerena Yesus tidak bersatu dengan diri manusia, tetapi dengan sifat manusia, maka kepribadian Yesus bertempat dalam sifat ilahi-Nya.
3.   Perpaduan itu meliputi berbagai sifat dan perbuatan manusiawi dan Ilahi. Hal yang dimaksudkan adalah baik sifat dan perbuatan manusiawi maupun yang Ilahi dapat dilakukan oleh Sang Allah-Manusia tanpa kecuali.
4.   Perpaduan tersebut menjamin kehadiran yang tetap keilahiaan dan kemanusiaan Yesus.Kemanusiaan Yesus hadir bersamaan dengan keilahian-Nya di setiap tempat. Ini menampakkan keindahan kenyataan bahwa Yesus ada di dalam umat-Nya, Ia hadir dalam keilahian-Nya, dan melalui perpaduan kemanusiaan-Nya dengan keilahian-Nya, maka Ia hadir dalam kemanusiaan-Nya.
Selain kita belajar tentang sifat Yesus, di bagian ini juga kita akan mempelajari tentang watak Yesus. Tujuan mempelajari sifat dan watak Yesus adalah agar Yesus Kristus menjadi teladan orang percaya. Berikut ini akan dibicarakan tentang watak Yesus sebagai berikut:
1.   Yesus Maha Kudus. Yesus adalah “anak yang…disebut kudus (Luk. 1:35),”yang  kudus dan benar (Kis. 3:14),”Hamba-Mu yang kudus (Kis.4:27). Sifat-Nya kudus,  oleh karena itu penguasa dunia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Nya (Yoh. 14:30), dan Yesus tidak pernah berbuat dosa (Ibr. 4:15). Selain itu, perilaku Yesus kudus karena Ia terpisah dari orang-orang berdosa (Ibr. 7:26). Untuk itu sebagai pengikut- Nya orang yang percaya pada-Nya juga harus menjadi kudus karena Dia kudus adanya (1 Pet. 1:16). Yesus Kristus merupakan teladan kesempurnaan yang tidak berdosa, dan telah menunjukkan bagaimana hidup kudus.
2.   Kasih Yesus Tulus. Rasul Paulus mengatakan bahwa”Kasih Yesus…melampaui segala pengetahuan” (Efs. 3:19). Dan kasih itu pertama, tama ditujukan kepada Bapa-Nya di sorga (Yoh. 14:31), juga ditujukan kepada Alkitab khususnya Perjanjian Lama dengan menerima Perjanjian Lama sebagai catatan yang benar dan jujur tentang berbagai peristiwa dan dokrin yang dibahas di dalamnya (Mat. 5:17,18), Yesus membahas beberapa nubuat yang ada dalam Perjanjian Lama sebagai nubuat yang menunjuk kepada diri-Nya (Luk. 4:16-21), dan menyatakan bahwa Alkitab tidak dapat dibatalkan (Yoh. 10:35). Kasih-Nya juga ditujukan kepada manusia pada umum-Nya (Mark.


10:21; Mat. 11:19; Yoh. 10:11), dan secara khusus kasih-Nya kepada umat-Nya sendiri (Why 1:5; Yoh. 13:1; Efs. 5:2,25; Rm. 8:37-39).
3.   Yesus sungguh-sungguh rendah hati. Kerendahan hati diperlihatkan Yesus dengan  cara merendahkan diri, sekalipun Ia setara dengan Allah (Filipi 2:5-8). Ia rela miskin bagi manusia (2 Kor. 8:9). Lahir di kandang yang hina (Luk. 2:7). Dan masih banyak cara yang Yesus tunjukkan yang menunjukkan Ia sungguh-sungguh rendah hati. Murid-murid-Nya pun berasal dari golongan rendah namun kepada merekalah Ia menyatakan rahasia-rahasia kerajaan Allah (Mat. 13:11,16,17). Ia melakukan pekerjaan yang paling kasar yakni melayai dan bukan dilayani (Mat. 20:28), dan mencuci kaki para murid (Yoh. 13:14).
4.   Yesus lemah lembut. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia lemah-lembut (Mat. 11:29). Watak lemah lembut Yesus juga diajarkan oleh rasul Paulus (2Kor. 10:1). Contoh watak lemah-lembut di dalam Alkitab misalnya saat Yesus menghadapi orang berdosa yang bertobat (Luk. 7:37-39), menyesuaikan diri dengan Thomas yang ragu-ragu akan kebangkitan-Nya (Yoh. 20:29), saat menyadarkan Petrus untuk penyangkalan terhada- Nya tiga kali (Luk. 22:61; Yoh. 21: 15-23), dan yang paling jelas adalah saat Yesus menghadapi Yudas yang mengkhianati-Nya (Mat. 26:50; Yoh. 13:21).
5.   Yesus tenang dalam segala keadaan. Yesus tenang dalam menghadapi kehidupan Yesus, hal ini dinyatakan dalam kitab Yesaya 53:3,4. Walaupun hidup-Nya penuh sengsara, Yesus tetap menghadapinya dengan sukacita (Yoh. 15:11). Yesus merasa sedih karena orang-orang yang menolak keselamatan yang diberikan-Nya dengan Cuma-Cuma (Mat. 23:37). Sukacita yang dimiliki-Nya lebih banyak merupakan sukacita karena pengharapan (Ibr. 12:2 bdg Yes 53:11), yaitu sukacita melihat banyak jiwa diselamatkan dan tinggal bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan.
6.   Yesus selalu berdoa. Lukas menyebutkan sebelas peristiwa ketika Yesus berdoa. Ia sering kali berdoa di hadapan murid-murid-Nya (Mat. 14:23; Luk. 6:12). Ia berdoa sebelum melakukan pekerjaan-Nya (Mrk. 1:35-38; Luk. 6:12,13; Mat. 26:36-48). Yesus tidak pernah lupa berdoa untuk orang-orang yang dikasihi-Nya (Luk. 22:32; Yoh. 17). Ia berdoa dengan sungguh-sungguh (Luk. 22:44; Ibr. 5:7), dengan sangat tekun (Mat. 26 :44), dengan iman (Yoh. 11:41), serta dengan sikap patuh (Mat. 26:39). Sedeangkan penulis surat Ibrani mengungkapakan Yesus dalam menjalani hidup-Nya sebagai manusia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Bapa-Nya (Ibr. 5:7).


7.   Yesus bekerja tak henti-hentinya. Yesus memulai pekerjaan-Nya pagi-pagi sekali (Mar 1:35; Yoh. 8:2), dan bekerja terus sampai jauh malam (Mat. 8:16; Luk 6:12; Yoh. 3:2). Pekerjaan Yesus adalah mengajar (Mat.5-7), berkhotbah (Mark. 1:38,39), mengusir setan (Mark. 5:12,13), menyembuhkan orang sakit (Mat. 8,9), dan lain-lain. Sifat Yesus yang dinampakkan saat melakukan pekerjaan-Nya adalah keberaniaan (Yoh. 2:14-17;3:3,19:10,11), ketelitian-Nya (Mat. 14:36; Yoh. 7:23), tidak pilih kasih (Mat. 11:19), serta kebijaksanaan-Nya (Mark 12:34; Yoh. 4:7-30).


E.   Tugas

Selamat anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar Tiga dari Modul Satu Tentang Allah Sang Penyelamat. Agar anda semakin memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar tiga ini, kerjakan tugas-tugas berikut ini :
1.  Keselamatan adalah penerapan karya Allah dalam Yesus Kristus bagi kehidupan setiap orang. Namun ada kelompok orang yang beranggapan bahwa keselamatan dapat diperoleh setiap manusia melalui perbuatan baik yang dia lakukan. Makin banyak perbuatan baik yang dilakukannya maka besar kemungkinan untuk diselamatkan. Bagaimana pendapat anda. Diskusikanlah !
2.  Yesus adalah manusia dan Allah yang sejati. Dia adalah benar-benar manusia dan benar-benar Allah. Bagaimana cara anda membuktikan bagi otang lain tentang hal ini ?




Roh Kudus sebagai Pembaharu


1.               Makna Roh Kudus
Menurut G.C. Niftrik dan B.J. Bolland dalam rumusan Pengakuan Iman rasuli, di bagian pertama dikatakan tentang siapa dan bagaimana Allah dalam diri-Nya sendiri : Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Bagian kedua adalah tentang Yesus Kristus, yang di dalamnya ditemukan, siapa dan bagaimana Allah itu bagi kita dan apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita. Dan bagian ketiga ditegaskan, bahwa secara langsung Allah bekerja di dalam diri kita, agar kita benar-benar ambil bagian dalam keselamatan. Jadi dapat dikatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah di dalam kita. Roh Kudus adalah Roh Allah bukan manusia dan bukan unsur-unsur Rohani di dalam manusia, bukan intipati yang hakiki di dalam manusia.
Sebagai orang percaya sangat penting untuk belajar dan memahami dengan baik makna Roh Kudus. Alasannya adalah pertama, melalui Roh Kudus Allah Tritunggal menjadi nyata bagi orang percaya. Dia tinggal dalam diri orang percaya dan melalui-Nya Allah Tritunggal bekerja dalam diri orang percaya. Kedua, Roh Kudus menjadi pusat perhatian sejak hari Pentakosta, periode yang diliputi Kisah


Para Rasul dan Surat-Surat Perjanjian Baru serta periode sejarah gereja selanjutnya. Ketiga, suasana dewasa ini menekankan pengalaman, dan melalui Roh Kuduslah orang percaya mengalami perjumpaan dengan Allah.
Istilah bahasa Ibrani dan Yunani yang dipakai untuk Roh adalah ruakh dan pneuma. Akar katanya bermakna bernapas. Dalam Perjanjian Lama istilah ruakh sering merunjuk kepada angin Allah atau kuasa kehidupan, yang berfungsi sebagai prinsip khusus yang membuat makhluk ciptaan Allah khusus dalam penciptaan alam semesta. Dialah yang mengilhami para nabi yang bernubuat, memampukan seseorang untuk mengkomunikasikan berita dari Allah baik dalam bentuk penglihatan, mimpi atau langsung Firman Allah (Ams.3:8; Mik.3:5; Za.7:12; Yeh.1:1). Sedangkan dalam Perjanjian Baru nama khusus yang dipergunakan untuk Roh Allah, yang memperlihatkan eksistensinya sebagai Oknum adalah parakletos yang artinya penolong, penghibur dan pengacara (Yoh.14:26; 15:26; 16:7). Selain itu Roh Kudus juga dinyatakan sebagai pribadi dalam hubungan-Nya dengan pribadi lain seperti Bapa dan Anak (Mat. 28:19).
Di bagian awal sejarah gereja hampir tidak disebutkan tentang Roh Kudus. Salah satu penekanan mula-mula pada Roh Kudus adalah sebagai kekuatan yang bertanggung jawab atas terjadinya Alkitab, firman Allah. Bapa Origenes mengatakan Alkitab ditulis oleh Roh Kudus. Pada parohan abad kedua, Klemens dari Roma mengatur ketiga Oknum Trinitas dalam sebuah sumpah “sebagaimana Allah itu hidup, dan Yesus Kristus hidup, dan Roh Kudus hidup. Tertulianus menyebut Roh Kudus sebagai Allah sambil menekankan bahwa Anak dan roh Kudus memiliki hakikat yang sama dengan Bapa. Athanasius berpendapat bahwa Roh Kudus itu sepenuhnya Ilahi, berhakikat sama dengan Bapa (1Kor.3:16-17). Namun walau ada kelompok yang menerina terdapat golongan yang menolak dokrin Roh Kudus sepenuhnya Allah yakni golongan Makedonian atau Pneumatomakhian (pejuang melawan roh) .Pada abad pertengahan kurang ada penekanan pada Roh Kudus, yang disebabkan oleh segi pengalaman dalam kehidupan Kristen kurang diperhatikan. Di era reformasi tidak menghasilkan perubahan-perubahan berarti tentang dokrin Roh Kudus. Melalui Luther dijumpai gagasan tentang Roh Kudus yang menanamkan kasih ke dalam hati orang percaya. Selanjutnya Yohanis Calvin memberikan sumbangan unik terhadap pembahasan Roh Kudus dengan mengemukakan bahwa Roh Kudus lebih unggul dari pada akal manusia. Kesaksian Roh Kudus itu merupakan sebuah tindakan batiniah yang menghasilkan keyakinan dan kepastian bahwa sedang


berhadapan dengan Firman Allah. Pada akhir abad ke-19 terjadi perkembangan di beberapa kalangan yang memberikan peranan utama kepada Roh Kudus. Terjadi beberapa luapan bahasa Roh di Carolina Utara sekitar tahun 1896 di Topeka ,Kansas. Bersama para muridnya dengan suara bulat berkesimpulan bahwa Alkitab mengajarkan perlunya baptisan Roh Kudus yang dibuktikan dengan berbicara memakai bahasa Roh sebagai kelanjutan dari pertobatan dan kelahiran baru.

2.               Sifat Roh Kudus

a.       KeIlahan atau KeAllahan Roh Kudus
Keilahian Roh Kudus tidak dapat disimpulkan semudah keilahian Bapa dan Anak, Karena keilahian Roh Kudus harus disimpulkan dari berbagai pernyataan yang tidak langsung dari Alkitab. Namun demikian ada beberapa dasar di mana seseorang dapat menyimpulkan bahwa Roh Kudus itu Allah serupa dan sederajat dengan Bapa dan Anak, antara lain :
1.  Rujukan kepada Roh Kudus dapat saling dipertukarkan dengan rujukan kepada Allah, yang sebenarnya berbicara tentang diri Roh Kudus sebagai Allah. Misalnya dalam Kisah para Rasul 5 yang berbicara tentang kisah Ananias dan Safira. Contoh lain juga adalah yang terdapat dalam 1 Korintus 3:16-17 dan 1 Korintus 6:19-20. Dari 2 bagian ini jelaslah bagi rasul Paulus bahwa didiami Roh Kudus berarti didiami oelh Allah, Roh Kudus adalah Allah.
2.  Roh Kudus memiliki sifat-sifat Allah. Salah satunya adalah kemahatahuan (1Kor. 2:10-11; Yoh 16:3). Selain itu Yesus juga mengatakan bahwa Roh Kudus mampu mengubah hati dan kepribadian manusia dengan menginsyafi akan dosa (Yoh. 16:8-11) dan memperbaharui kehidupan/kelahiran baru (Yoh. 3:5-8). Sifat Roh Kudus yang lain juga adalah kekekalan (Ibr. 9:14) di mana Roh Kudus disebut Roh yang kekal, dan melalui Dia Kristus mempersembahkan diri-Nya kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat.
3.  Roh Kudus juga melakukan hal-hal tertentu yang umumnya dianggap sebagai tindakan Allah. Dahulu sampai sekarang Roh Kudus terlibat dalam penciptaan, baik ketika menciptakan pertama kali maupun dalam memelihara serta mengarahkan ciptaan Allah (Kej.1:2).
4.  Kesaksian Alkitab paling banyak adalah tentang peranan Roh Kudus berkaitan dengan karya-Nya yang rohani. Misalnya merubah hati (Yoh.3:5-8),


menyelamatkan (Tit.3:5), membangkitkan Kristus dari antara orang mati dan juga manusia (Rm.8:11), serta menyediakan Alkitab (2Tim.3:16).
5.  KeTuhanan Roh Kudus adalah hubungan-Nya dengan Bapa dan Anak atas dasar persamaan, Salah satu bukti adalah rumusan baptisan yang terdapat dalam Matius 28:19. Tetapi juga doa berkat yang disampaikan oleh Paulus (1Kor.12), dan dalam salam pembukaan Petrus (1Pet.1:2).

b.      Kepribadian Roh Kudus

1.  Selain KeAllahan Roh Kudus juga perlu mengenal kepribadian Roh Kudus. Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus memiliki kepribadian dan memiliki semua sifat yang berkaitan dengan kepribadian. Bukti pertama ialah pemakaian kata πνευμα (pneuma) itu berjenis kelamin neuter (tidak mempunyai jenis kelamin). Hal yang kedua yang membuktikan tentang keperibadian Roh Kudus ialah sejumlah ayat yang mengaitkan diri-Nya dan karya-Nya dalam satu atau lain cara dihubungkan secara erat dengan berbagai orang dan pekerjaan mereka. Penggunaan istilah παρακλητος (parakletos = penolong, pendamping), yang dipakai untuk menunjuk Roh Kudus (1Yoh.2:1). Yang sangat signifikan adalah perkataan Yesus dalam Yohanes 14 :16 bahwa Yesus akan meminta kepada Bapa untuk mengirim παρακλητος yang lain. Istilah lain dalam bahasa aslinya adalah άλλος (allos) yang artinya “yang lain dari jenis yang sama”. Jelaslah bahwa Roh Kudus menggantikan kedudukan Yesus serta akan memainkan peran yang sama.
2.  Fungsi lain yang juga dimainkam Yesus maupun Roh Kudus ialah memuliakan KeTritunggalan Allah (Yoh. 16:14; 17:14). Roh Kudus juga dikaitkan dengan Bapa dan Anak dalam berbagai peristiwa dari pelayanan Yesus (Mat.3:16-17; 12:28).
3.  Di sisi lain Roh Kudus juga memiliki ciri-ciri pribadi tertentu yang menunjuk kepada kepribadian-Nya, yakni kecerdasan, kehendak dan perasaan (Yoh.14:26, 1Kor. 12:11; Efs.4:30). Roh Kudus juga dapat dibuat terharu (Kis.5:3-4) dan memadamkan dosa (1Tes.5:19). Selain itu Roh Kudus juga terlibat dalam tindakan-tindakan moral serta pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pribadi, antara lain mengajar, memperbaharui, mencari, berbicara,bersyafaat, bersaksi, memerintah,menuntun. Dan yang menarik adalah Roh Kudus dapat berdoa ganti kita (Rm.8:26).


3.               Karya Roh Kudus

Karya Roh Kudus sangat penting dipelajari dan dimaknai oleh orang percaya, karena di dalam karya Roh Kuduslah Allah secara pribadi terlibat dalam diri orang percaya. Menurut G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland Allah Bapa adalah Allah di atas kita, Yesus Kristus adalah Imanuel Allah beserta kita sedangkan Roh Kudus Allah di dalam kita sehingga tidak ada jarak antara Allah dengan manusia. Di dalam alkitab dibuktikan bahwa Roh Kudus benar-benar masuk ke dalam hidup orang percaya dan menjadi satu dengan orang percaya (Rm. 8:9,11; 1Kor.3:16; 2 Kor 6:16). Berikut ini kita akan mempelajari karya Roh Kudus dalam Alkitab, dalam kehidupan Yesus dan dalam kehidupan orang Kristen serta orang yang tidak percaya.

a.    Karya Roh Kudus dalam Alkitab

Kesulitan sering terjadi untuk mengenali Roh Kudus dalam Perjanjian Lama, karena sesungguhnya istilah Roh Kudus jarang dipakai dalam Perjanjian Lama, istilah yang umum dipakai adalah Roh Allah. Terdapat beberapa bidang utama yang merupakan karya pelayanan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama, antara lain :
1.  Penciptaan (Kej.1:2), yang berkesinambungan terhadap hasil ciptaan-Nya (Ay. 26:13). Yesaya menantikan pencurahan Roh di masa yang akan datang, sebagai masa produktivitas di dalam karya ciptaan Allah (Yes. 32:15).
2.  Memberikan nubuat dan nas Alkitab. Para nabi bersaksi bahwa ucapan nubuat dan tulisan mereka merupakan akibat dari Roh Kudus yang turun atas mereka (Yeh. 2:2 bdg 8:8;11:1,24). Roh Kudus juga masuk ke dalam tokoh-tokoh seperti Bileam (Bil.24:2). Tanda Saul diurapi Allah, Roh Kudus datang atasnya dengan kuasa dan Saul bernubuat (1Sam. 10:6,10). Selain itu Roh Kudus juga adalah pengarang dan penafsir Alkitab (2Pet. 1:21; Yoh. 16:13; Kis. 28:25; Ibr. 3:7; 10:15; Efs. 1:17).
3.  Roh Kudus dari Allah hadir dalam kehidupan umat-Nya agar tahu apa yang dikaruniakan Allah bagi umat-Nya (1Kor.2:12). Dia juga mengambil perkataan Kristus dan menjelaskan kepada orang percaya (Yoh. 16:14), mengajarkan uamt-Nya untuk menafsirkan hal-hal rohani (1Kor. 2:13).
4.  Hadir dalam kehidupan orang Israel saat ada dalam peperangan dan kesulitan, dengan sebutan “Roh yang baik, RohMu yang Kudus” (Neh. 9:20; Mzm. 143:10; 15:13; Yes 63:10).


5.  Yang menghasilkan ketakutan akan Allah serta berbagai sifat kebenaran dan keadilan di dalam diri Mesias yang akan datang (Yes. 11:2-5). Ketika Roh Kudus dicurahkan (Yes. 32:15), maka hasilnya adalah keadilan, kebenaran dan damai sejahtera (Yes. 32:16-20). Selain itu pengabdian kepada Allah juga karena pekerjaan Roh Kudus (Yes. 44:3-5). Selain itu ketaatan yang cermat serta hati yang baru yang menyertai pemberian Roh oleh Allah (Yeh. 36:26- 28).
6.  Di dalam Perjanjian Lama juga terdapat kesaksian tentang penantian suatu saat ketika pelayanan Roh Kudus akan menyeluruh, di mana sebagian penantian itu berkaitan dengan Mesias yang akan datang, yang dihinggapi Roh Kudus (Yes. 11:1-5; 42:1-4; 61:1-3). Selain itu juga penantian akan janji yang lebih umum (Yoel 2:28-29).

b.      Karya Roh Kudus dalam Yesus Kristus

Jika mempelajari dan menyelidiki kehidupan Kristus dalam Alkitab, maka akan didapati bahwa Roh Kudus bekerja dengan giat dalam kehidupan Kristus. Bahkan sejak awal kehidupan Yesus Roh Kudus telah menunjukkan karya-Nya. Berikut itu beberapa bukti karya Roh Kudus dalam Yesus Kristus yang didapati dari Alkitab.
1.  Baik nubuat maupun kisah kelahiran Yesus menunjukkan adanya kegiatan khusus Roh Kudus (Luk. 1:35). Saat Maria mengandung malaikat menampakkan diri kepada Yusuf (Mat. 1:20).
2.  Yesus diurapi oleh Roh Kudus saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat. 3:16; bdg. Yes. 61:1; Luk. 4:18). Roh Kudus yang diberikan tanpa batas (Yoh.3:34), memperlengkapi Yesus untuk melayani sebagai Mesias (Luk. 3:23).
3.  Setelah dibaptis Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun dan dipimpin oleh Roh Kudus di mana pencobaan akan terjadi dan Yesus mampu melewatinya (Mat. 4:1; Luk 4:1,2).
4.  Setelah mengalami pencobaan di padang gurun, Yesus kembali ke Galilea menuju ke semua sinagoge untuk mengajar. Dan saat kembali ke Nazareth Yesus ke sinagoge berdiri dan membaca Alkitab. Ia membaca Yesaya 61:1-2, dan dikataka nas itu sudah digenapi dalam diri-Nya (Luk. 4:18-21). Ketika


mengajar di sinagoge merupakan akibar dari karya Roh Kudus di dalam dan di atas diri-Nya.
5.  Oleh Roh Kudus, Yesus mengadakan mujizat-mujizat (Mat.12:28) termasuk di dalamnya pengusiran setan. Yang dimaksudkan dengan pengusiran setan adalah pertentangan antara Roh Kudus dengan kuasa-kuasa yang berdosa di dalam dunia. (Mat. 12:25-32).
6.  Roh Kudus turut aktif ketika Yesus disalibkan dan dibangkitkan (Ibr. 9:14; Rm. 1:4;8:11).
7.  Saat Yesus naik ke sorga, Ia meminta kepada Bapa-Nya untuk mengutus Roh Kudus (Yoh. 14:16,26 ; 15:26). Roh Kudus akan mengganti Yesus Kristus sehingga para rasul tidak akan ditinggalkan sendirian (Yoh. 14:18; 16:7-15). Dan sebelum pergi Yesus mempersiapkan para murid-Nya untuk menerima Roh Kudus (Luk. 24:49; Yoh. 20:22; Kis. 1:8).

c.       Karya Roh Kudus dalam Kehidupan Orang Percaya

Yesus dalam pengajaran-Nya sangat menekankan peranan Roh Kudus dalam memprakarsai kehidupan Kristen di dalam diri seseorang untuk bertobat dati kesalahannya dan memberikan diri untuk diselamatkan serta menjaga keselamatan yang telah dikaruniai baginya. Pada bagian ini akan dilihat dan dipelajari karya Roh Kudus berkaitan dengan keselamatan manusia serta kehidupan orang Kristen.

1.  Karya Roh Kudus Ketika Menyelamatkan

a)  Roh Kudus memperbaharui. Manusia dilahirkan kembali melalui pelayanan Roh Kudus (Yoh. 3:3-8), karena Roh Kuduslah yang memberi hidup (Yoh. 6:63);
b)  Roh Kudus tinggal di dalam diri orang percaya. Hal ini penting sehingga orang yang tidak didiami oleh Roh Kudus dianggap belum menjadi milik Kristus (Rm. 8:9), dan Roh Kudus yang tinggal dalam diri orang percaya merupakan jaminan bahwa ia akan dibangkitkan (Rm. 8:11);
c)  Roh Kudus membaptis. Kristus membaptis orang-orang percaya dengan Roh Kudus ke dalam tubuh-Nya (Mat.3:11; Mar. 1:8; Luk. 3:16: Yoh. 1:33; Kis. 1:5; 11:16). Baptisan ini terjadi melambangkan keselamatan dan air melambangkan baptisan Roh (Rm. 6:3 bdg Efs. 4:5; Kol. 2:12); dan
d)  Roh Kudus mematereikan.Allah mematereikan orang-orang percaya dengan Roh Kudus (Efs. 1:13,14; 4:30). Menurut rasul Paulus mematereikan tanda


milik-Nya adalah jaminan dari semua yang telah disedia bagi orang percaya (2 Kor. 1:22), dan juga mengangkat orang percaya menjadi anak-anak-Nya (Rm. 8:16).

2.  Karya Roh Kudus Selanjutnya Di Dalam Orang Percaya

Setelah manusia mengalami pertobatan, Roh Kudus melanjutkan karya Nya di dalam kehidupan orang, yaitu:
a)  Roh Kudus memenuhi. Dalam Efesus 5:18 orang-orang percaya diharuskan “penuh dengan roh”, memberikan dirinya untuk dikuasai oleh Roh sepanjang hidupnya (Kis.6:3; 11:24). Dengan kata lain setelah pertobatan, orang percaya dituntut untuk memiliki gaya hidup di bawah pengawasan Roh Kudus.
b)  Roh Kudus membimbing. Orang percaya diperintahkan untuk hidup dipimpin oleh Roh (Gal. 5:16-18) agar orang percaya dapat menjaga hidupnya agar tidak terperangkap oleh ajaran yang mengharapkan keselamatan dengan cara melakukan perbuatan baik (Gal. 5:16-18) serta memenuhi keinginan daging.
c)  Roh Kudus memberi kuasa. Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, orang percaya terlibat dalam peperangan daging melawan Roh. Untuk itu Roh Kudus harus tinggal di dalam orang percaya agar ia memperoleh kemenangan (Rm. 8:13; Gal. 5:17). Dalam Perjanjian Lama juga telah ditekankan bahwa Roh Kudus adalah kunci untuk memperoleh kemenangan (Za. 4:6). Selain itu Roh Kuduslah yang menghasilkan buah-buah Roh (Gal. 5:22,23).
d)  Roh Kudus Mengajar. Yesus menjanjikan akan datang Roh Kudus yang menuntun orang percaya dalam kebenaran (Yoh. 14:26; 16:13), akan menerangi orang percaya untuk memahami Alkitab (1Kor. 2;13). Selain itu Roh Kudus juga memberikan karunia-karunia rohani kepada orang-orang percaya seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor.12:4,7-11), mendoakan orang- orang percaya di hadapan Allah Bapa (Rm. 8:26).

4.     Pekerjaan Roh Kudus yang Umum dan yang Khusus

Alkitab jelas menunjukan bahwa tidak semua pekerjaan Roh Kudus  merupakan bagian dari karya keselamatan Kristus. Sama halnya bahwa Putra Allah bukn hanya Pengantara keselamatan, tetapi juga Pengantara penciptaan, demikian juga Roh Kudus, sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab, berkarya bukan saja dalam karya penebusan tetapi juga dalam karya penciptaan.


a.         Pekerjaan Roh Kudus secara umum

Merupakan sebuah kenyataan yang sangat terkenal bahwa perbedaan dalam diri Tritunggal tidak terlalu jelas diungkapkan dalam Perjnjian Lama sebagaimana Perjanjian Baru lebih jelas mengungkapkannya. Istilah “Roh Allah” jika dipakai dalam Perjanjian Lama tidak selalu menunjuk kepada suatu pribadi dan bahkan dalam keadaan-keadaan dimana ditemukan pengertian mengeni pribadi, tidak selalu secara khusus menunjuk pada pribadi ketiga dalam Allah Tritunggal. Kadang- kadang istilah itu dipakai secara kiasan untuk menunjukan nafas Allah, (Ayub 32:8; Maz.33:6) dan dalam beberapa contoh hanya merupakan sinonim bagi kata “Allah,” (Maz,139:7,8; Yes.40:13). Istilah itu dapat juga menunjukan kekuatan hidup, prinsip dasar yang menyebabkan satu makhluk dapat hidup dan yang dalam cara unik sangat khusus menunjuk kepada Tuhan. Roh yang tinggal dalam diri makhluk dan yang atasnya keberadaan makhluk itu terletak, adalah dari Allah dan mengikt mereka pada Allah, (Ayub 32:8; 33:4; 34:14, 15; Mzm. 104:29; Yes.42:5). Allah disebut sebagai “Allh” (“Bapa”) dari semua roh manuia, (Bil.16:22; 27:16; Ibr.12:9). Dalam beberapa hal tersebut angat terbukti bahwa Roh Allah bukan sekedar kuasa, tetapi juga pribadi. Ayat pertama yang menyebutkan tentang Roh itu adalah Kej.1:2 dan ayat ini langsung memberikan perhatian kepada kita bahwa Roh ini berfungsi memberi hidup dan hal ini makin dikhususkan dalam kaitan dengan penciptaan manusia, (Kej.2:7). Roh Allah membangkitkan hidup dan membawa karya penciptaan Allah menjadi sempurna, (Ayub 33:4; 34:14,15; Maz.10429,30; Yes.42:5). Terbukti dari Perjanjian Lama bahwa asal mula hidup, pemeliharaannya dan juga perkembangannya tergantung pada pekerjaan Roh Kudus. Melepaskan diri dari Roh Kudus sama artinya dengan kematian.
Pernyataan kuasa yang luar biasa, kekuatan dan keberanian, juga ditujukan kepada Roh Kudus. Para hakim yang dibangkitkan Allah untuk membebaskan Israel adalah orang-orang dengan kemampuan luar biasa dan juga sangat kuat serta berani, tetapi rahasia sesungguhnya kemampuan mereka tidak terletak pada diri mereka sendiri, tetapi dalam suatu kuasa supranatural yang datang atas mereka. Roh dari Allah memampukan mereka mengerjakan pembebasan bagi umat Israel. Ada juga penjelasan dari pekerjaan Roh Kudus dalam jangkauan intelektual. Elihu mengatakan hal ini yang demikian, “Tetapi roh yang diam di dalam manusia, dan nafas Yang Maha Kuasa itulah yang memberi kepadanya pengertian” (Ayub 32:8). Pengertian intelektual, atau kemampuan untuk memahami persoalan hidup,


disebutkan sebagai kekuatan yang memberi iluminasi dari Roh Kudus. Kemampuan dan pengertian tentang keindahan juga dikatakan dari Roh, (Kel. 28:3; 31:3; 35:30), dts. Orang-orang tertentu yang dianugerahi kemampuan khusus, dipilih untuk melaksanakan suatu karya keindakan dalam melaksanakan tugas pembangunan kemah suci dan membuat pakaian imam, (band. Neh.9:20). Sekali lagi Roh Allah disebutkan memberi kemampuan pada manusia untuk memegang berbagai jabatan. Roh itu diberikan kepada 70 orang yang dipilih untuk membantu Musa dalam memerintah dan mengadili bangsa Israel, (Bil.11:17,25,26). Mereka juga kadang- kadang memperoleh roh nubuat sewaktu-waktu, untuk meneguhkan panggilan mereka. Yosua dipilih untuk menggantikan Musa karena ia memiliki Roh Tuhan, (Bil.27:18). Ketika Saul dan Daud diurapi menjadi raja Roh Tuhn datang atas mereka untuk memungkinkan mereka melakukan tugas yang penting itu, (1 Sam.10:6,10; 16:13,14). Akhirnya Roh Allah juga dengan jelas bekerja dalam diri para nabi sebagai Roh yang mewahyukan. Daud berkata “Roh Tuhan berbicara dengan perantaraanku, firmanNya ada dalam lidahku” (2 Sam.23:2). Nehemia mengaku dalam Neh. 9:30, “Dengan RohMu Engkau memperingatkan mereka, yakni dengan perantaraan nabiMu, tetapi mereka tidak mau memperhatikannya

b.             Hubungan antara pekerjaan Roh Kudus yang umum dan yang khusus.

Ada kesamaan tertentu antara pekerjaan Roh Kudus yang umum dan yang khusus. Melalui pekerjaan yang umum Ia memulai, memelihara, menguatkan dan menuntun seluruh kehidupan organil, intelektual, dan moral. Ia melalukan hal ini dengan cara yang berbeda dan selaras dengan objek yang bersangkutan. Ada sesuatu yang sama yang dapat dikatakan tentang pekerjaanNya. Dalam cakupan keselamatan, Ia juga memulai hidup baru, menumbuhkannya, memimpim dalam langkah selanjutnya dan membimbing kepada tujuannya. Tetapi kendatipun ada kesamaan, ada juga perbedaan esensial antara pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus dalam lingkup penciptaan dan dalam lingkup penebusan atau kelahiran baru. Dalam penciptaan Ia memulai, memelihara, mengembangkan dan memimpin hidup dari ciptaan alamiah. , mencegah kerusakan dan pengaruh yang menghancurkan dari dosa dalam hidup manusia dan masyarakat dan memungkinkan manusia dapat mempertahankan satu susunan tertentu dalam kehidupan bersama, melakukan apa yang dari luar kelihatan baik dan benar dalam hubungan antar manusia dan mengembangkan bakat yang dimiliki manusia dalam penciptaan. Dalam hal


penebusan Roh Kudus memulai, memelihara, mengembangkan dan membimbing hidup yang baru yang dilahirkan dari atas, diberi makan dari atas, dan akan disempurnakan di atas. Sebuah kehidupan yang berprinsip surgawi walaupun masih hidup dalam dunia. Melalui pekerjaanNya secara khusus Roh Kudus yang mengatasi dan menghancurkan kuasa dosa, memperbarui manusia dalam gambar dan rupa Allah dan memungkinkan manusia mempunyai ketaatan kepada Tuhan, menjadi garam bagi dunia, terng dunia dan ragi rohani dalam semua bidang kehidupan. Kendatipun pekerjaan Roh Kudus dalam penciptaan secara umum jelas mempunyai arti penting yang tidak terikat, pekerjaan itu tetap berada di bawah pekerjaan penebusan. Keseluruhan hidup orang pilihan juga yag mendahului kelahiran baru mereka, ditentukan dan dipimpon oleh Allah dengan satu padangan menuju akhirnya. Hidup alamiah mereka dipimpin sedemikian, sehingga ketika diperbarui hidup itu akan menjawab tujuan Alah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Tata Ibadah Singkat Ulang Tahun Marga

PARTORDING NI ACARA PESTA NO ACARA WAKTU PELAKSANA KET 1 IBADAH 09.00 -11.00 SEKSI IBADAH 2 HATA HUHUASI 1.KETUA PANITIA 2.KETUA TOGA SIPOHOLON 3.PENASEHAT 11.00 -11.30 PANITIA 3 MAMBUAT TUA NI GONDANG 11.30 -12.00 SUDE 4 4.1.LELANG 4.2.MARSIPANGANON 4.3.LELANG 4.4.PILO-PILO SIAN BORU, BERE,  IBEBERE NI TOGA SIPOHOLON 4.5.LELANG 4.6.PILO-PILO:SITUMEANG 4.7.LELANG 4.8.PILO-PILO:SIMANUNGKALIT 4.9.LELANG 4.10.PILO-PILO:            SIBAGARIANG/HUTAURUK 4.11.LELANG 12.00 -17.30 PANITIA 5 PENGUMUMAN JUARA LELANG GOTONG ROYONG SEKALIGUS PASAHATHON HADIAH 17.30-17.45 PANITIA 6 PENGUMUMAN HASIL...

Contoh Liturgi Natal Pelajar

I.                     PENDAHULUAN 1.        PROSESI 2.        PENYALAAN LILIN 2.1.              Pengkhotbah 2.2.              Liturgis 2.3.              Mewakili Guru 2.4.              Pengurus Yayasan Panti Asuhan 2.5.              Ketua Perayaan Natal 3.        KATA SAMBUTAN 3.1.              Ketua Perayaan Natal 3.2.              Mewakili Guru 3.3.    ...

TECHNOLOGICAL, PEDAGOGICAL AND CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) DALAM PEMBELAJARAN PAK

A.    Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) adalah sebuah konsep integrasi dari tiga unsur yang berbeda; teknologi, pedagogi, dan konten pengetahuan. Pengetahuan tentang ketiganya disatukan menjadi sebuah kemampuan pendidik yang komprehensif dalam dunia pendidikan bernama TPACK. Tiga unsur yang disatukan dalam perencanaan, proses dan evaluasi pendidikan itu menjadi trio yang hebat dalam pengembangan ekosistem pendidikan masa depan yang dikenal sebagai era teknologi digital. Pengetahuan pendidik tentang teknologi, pedagogi dan konten yang integratif dapat menjadi salah satu kemampuan dahsyat dalam implementasi pendidikan (kurikulum) masa kini (era digital). Ketika abai terhadap penggunaan teknologi, maka akan dipastikan pengembangan pendidikan akan stagnan dan tidak dapat menyesuaikan dengan pengembangan jaman. Jadi, TPACK adalah sebuah konsep yang tepat sebagi sebuah instrument implementasi kurik...

PEMBELAJARAN ABAD 21

A.    GLOBALISASI DAN KESADARAN GLOBAL Mungkin kita sudah sering mendengar istilah global ini, terutama saat ini kita memasuki era yang sering disebut dengan era globalisasi. Dari istilahnya saja kita sebenarnya dapat memahami bahwa globalisasi mengandung pengertian proses. Istilah globalisasi saat ini menjadi sangat populer karena berkaitan dengan gerak pembangunan Indonesia, terutama berkaitan dengan sistem ekonomi terbuka, dan perdagangan bebas. Era globalisasi ditandai dengan adanya persaingan yang semakin tajam, padatnya informasi, kuatnya komunikasi, dan keterbukaan. Tanpa memiliki kemampuan ini maka Indonesia akan tertinggal jauh dan terseret oleh arus globalisasi yang demikian dahsyat. Sejak kapankah globalisasi muncul? Tidak ada kepastian tentang hal ini, akan tetapi isu globalisasi menerpa di segala aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek kehidupan yang mendapat terpaan globalisasi yang paling kuat adalah aspek ekonomi ( Dollar, David 2007 ). Menjelang tahun ...

K-13 SILABUS PAK KELAS X SEMESTER GENAP

Silabus Mata Pelajaran           : Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti           Satuan Pendidikan       : SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Kelas / Semester          : X/Genap Tahun Pelajaran          : 201 8 /201 9 Alokasi waktu              : 3 jam x 19 minggu - semester 2 No Materi Jam Pelajaran 1. Bertumbuh menjadi dewasa 18 JP 2. Makna kesetiaan,    keadilan, dan kasih 18 JP 3. Peran Roh Kudus bagi orang percaya 18 JP 4. Karunia Allah dalam kepelbagaian; Persahabatan yang sejati; Pacaran yang sehat menurut iman Kristiani; Diriku bersama dengan orang lain 24 JP 5. Keberadaan Allah...

K-13 SILABUS PAK KELAS X SEMESTER GANJIL

Silabus Mata Pelajaran           : Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti           Satuan Pendidikan       : SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Kelas / Semester          : X/Ganjil Tahun Pelajaran          : 201 8 /201 9 Alokasi waktu              : 3 jam x 19 minggu - semester 1 No Materi Jam Pelajaran 1. Bertumbuh menjadi dewasa 18 JP 2. Makna kesetiaan,    keadilan, dan kasih 18 JP 3. Peran Roh Kudus bagi orang percaya 18 JP 4. Karunia Allah dalam kepelbagaian; Persahabatan yang sejati; Pacaran yang sehat menurut iman Kristiani; Diriku bersama dengan orang lain 24 JP 5. Keberadaan Allah...

BANK SOAL KELAS XII

I.PILIHAN GANDA 1.       Didalam ajaran Kristen, Gereja digambarkan sebagai   .... a.        Gedung yang megah b.       perkumpulan c.        Tempat Ibadah d.       Institusi sosial e.        Orang-orang yang dipanggil Tuhan 2.       Sifat Gereja yang memiliki arti bukan sekedar bangunan atau merek denominasi adalah.... a.        kudus b.       persekutuan orang percaya c.        oikumenis d.       satu e.        semua benar 3.       Hubungan Gereja dengan Pemerintah   digambarkan/diceritakan dalam kitab.... a.        Roma b.       Kisah Para ...

EVALUASI PEMBELAJARAN-1

KEGIATAN BELAJAR 1: KONSEP DAN PENERAPAN  PENGUKURAN, PENILAIAN, TES  DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah istilah yang sering kita dengar dalam dunia penidikan. Hanya dalam praktiknya seringkali terjadi kerancuan dalam penggunaannya. Kenyataan ini dapat dipahami karena istilah-istilah tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sebagai pendidik dipandang penting  mengetahui dengan baik dan benar dari istilah-istilah tersebut.  Ada tujuan, fungsi, prinsisp-prinsip evaluasi, tes, skala pengukuran, pendekatan penilaian dan acuan penilaian. Dan setelah mempelajari materi-materi tersebut diharapkan dapat memahami dengan baik dan benar tentang pengukuran, penilaian, tes dan evaluasi dengan segala unsur dan komponen-komponen tersebut. A. MEMBEDAKAN PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI 1. Pengukuran Pada hakekatnya mengukur adalah memberikan angka pada fakta yang diukur yang diwujudkan dalam bentuk simbol angka atau bila...

TUJUAN, MANFAAT DAN KELEBIHAN/KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN

Penerapan model-model Pembelajaran? Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Model Model Pembelajaran yang saya terapkan selama ini di SMA Negeri  4 Padangsidimpuan adalah: 1.     Discovery Learning 2.     Project Based Learning 3.     Problem Based Learning 4.     Pembelajaran Kontekstual 5.     Pembelajaran Inkuiri Apakah   Tujuan, manfaat, fungsi langkah-langkah peran dan  kelebihan dan kekurangannya. 1.     Discovery Learning Tujuan: Model pembelajaran Discovery Learning bertujuan mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Manfaat: 1.     Membantu siswa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan kognisi. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini dimana keberhasilan tergantung pada bagaimana cara belajarnya. 2.     Pengetahuan...

BAHAN PENELAAHAN ALKITAB

BAHAN PANDUAN P.A REMAJA(SISWA/I SMA) I.       BERTUMBUH DAN BERBUAH (YOHANES 15:1-8) SEPERTI  halnya manusia bertumbuh dari bayi menjadi dewasa, setiap orang percaya juga mengalami proses pertumbuhan secara rohani. Ia harus selalu mendapatkan makanan agar dapat bertumbuh. Pada PA kali ini kita kita akan belajar memahami pentingnya tinggal dalam Kristus, bertumbuh dan menghasilkan buah. 1.        Menurut anda, apa itu firman Tuhan? 2.        Baca Yohanes 15 : 1 – 8 3.        Siapakah pokok (batang utama) anggur yang benar dan siapa yg menjadi pengusahanya (ay.1)? 4.        Saat musim semi, setiap ranting pohon anggur akan dipotong ujungnya agar tunas yang baru menghasilan buah (Lih. Ay. 2). Apa saja buah yang dihasilkan oleh orang percaya? (band. Gal 5:22-25). 5.        Sebagai ranting dari ...