Langsung ke konten utama

MANUSIA DAN TEKHNOLOGI


ASAL MANUSIA(PANDANGAN TEOLOGIS)
A. Dijadikan Menurut Gambar dan Rupa Allah : Manusia sebagai Imago Dei
Di dalam penciptaan manusia ada keterlibatan Allah.  Dalam Alkitab Perjanjian Lama kitab Kejadian 1:26 “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, kata menjadikan dalam ayat tersebut berasal dari bahasa Ibrani   השׂע ‘asah yang berarti “menjadikan” atau “membuat” dengan memakai bahan. Kata tersebut berbicara mengenai tubuh manusia yang diciptakan oleh Allah dengan menggunakan bahan yaitu debu tanah, “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kejadian 2:7a) dan kata   ארב bara’ yang berarti “menciptakan” dengan tidak memakai bahan, kata tersebut mengacu kepada jiwa manusia yang diciptakan Allah tanpa memakai bahan melainkan Allah langsung menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kejadian 2:7b). Kata berikut ialah yatsar yang berarti “membentuk”, bukan bertumbuh dan bertambah-tambah (Kejadian 2:7).
Manusia pada dasarnya adalah makhluk ciptaan Allah yang paling spesial, karena Allah menciptakan manusia secara langsung,  Allah membentuk manusia itu dengan memakai tangan Allah sendiri (Kejadian 2:7) “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Tidak sama halnya dengan penciptaan makhluk lainnya, Allah menciptakan makhluk lainnya hanya dengan berfirman tanpa Allah membentuk langsung. Allah juga memberikan kuasa kepada manusia atas mahkluk ciptaan yang lain (Kejadian 1:26, 28), merupakan salah satu bukti bahwa manusia itu berbeda dari makhluk ciptaan yang lainnya.
Manusia menjadi mahkota dari semua Ciptaan Allah, karena Alkitab sendiri menuliskan bahwa pada minggu penciptaan dari hari pertama sampai hari ke enam, saat menciptakan Allah berfirman “Jadilah”. Tetapi pada waktu menciptakan manusia terjadi perbedaan. Kejadian 2:7: “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Dengan penuh kasih sayang Ia mengambil debu tanah dan membentuknya, mendekatkan wajah-Nya kepada wajah ciptaan itu dan kemudian menghembuskan kepadanya nafas kehidupan maka jadilah manusia yang hidup. Proses ini menunjukkan betapa dekatnya Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya itu. Dan yang lebih penting lagi adalah manusia itu di ciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Gambar dan rupa Allah pada manusia hendaknya terwujud dalam hidup manusia melalui ketaatannya melakukan kehendak Allah. Manusia dilahirkan sebagai makhluk termulia dan terhormat. Karena itu manusia harus melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Setiap manusia dilahirkan dengan berbagai potensi, maka setiap manusiapun dipanggil untuk menyatakan kasih Allah dalam hidupnya.
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya dan, “Alkitab juga menggambarkan Allah dengan memakai organ tubuh manusia. Alkitab berkata mengenai Allah dalam istilah manusia, bahwa Allah mempunyai bentuk (Keluaran 20:14; Bilangan 12:8) dengan kaki (Kejadian 3:8; Kel. 24:10),  tangan (Keluaran 24:11), mulut (Bilangan 12:8; Yeremia 7:13) dan hati (Hosea 11:8). Kita harus berhati-hati jangan sampai menyamakan keterbatasan sifat alamiah fisik kita dengan Allah, menjadi terlalu berpikir dari sudut manusia (antromorpis) dalam memandang Khalik. Namun demikian, mengatakan bahwa Allah sama sekali berbeda dengan kita sama salahnya dengan mengatakan bahwa Dia persis seperti kita.” Kalimat ini menjadi acuan untuk menjelaskan serupa dalam gambar dan rupa antara Allah, Pencipta itu dengan manusia ciptaan-Nya.
Pengertian mendasar tentang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah adalah “Hakikat kemanusiaan kita adalah citra Allah (Kejadian 1:26-27). Citra Allah itu meliputi gambar Allah (Imago Dei) dan sekaligus teladan Allah (similitudo Dei). Ini merupakan kelengkapan manusia yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk melakukan tugastugas yang telah diberikan-Nya.” Diciptakan menurut gambar-Nya adalah poin yang sangat penting, yang membuat manusia berbeda dengan ciptaan lainnya dan mendapat sebutan mahkota ciptaan Allah. “Kata Ibrani tselem diterjemahkan sebagai imago dalam bahasa Latin,  image (gambar) dalam bahasa Inggris, tselem artinya ukiran, patung, wujud yang kelihatan (segi jasmani).” “Diciptakan menurut gambar Allah merupakan salah satu titik awal teologis yang mendasar di mana iman Kristen dimulai ketika kita membahas tempat manusia di alam semesta. Karena gambar Allah yang kita miliki ini maka kita percaya bahwa setiap kehidupan manusia adalah kudus.”
Gambar Allah yang ada di dalam diri mahkota ciptaan-Nya itu menjadikan manusia itu kudus. Ini memiliki konsekuensi teologis yaitu manusia sebagai mahkota ciptaan harus menjaga bahwa ada perberbedaannya dengan ciptaan lainnya yang di ciptakan oleh Allah pada hari pertama sampai hari ke enam pada minggu penciptaan itu. Perbedaan ini pulalah yang membuat kita bertanggung jawab untuk menjaga gambar Allah yang kudus itu tetap terpelihara di semua lini kehidupan kita. Pada saat Adam dan Hawa diciptakan bukan saja segambar dengan Allah tetapi juga memantulkan tabiat Allah. Kata “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,” kata Ibrani demut diterjemahkan sebagai similitudo dalam bahasa Latin dan likeness (rupa) dalam bahasa Inggris, “similitudo Dei artinya teladan Allah, demut berarti keserupaan (segi batin), yakni sebakat, setabiat, sewatak.” Ini menyatakan bahwa sebenarnya sifat-Nya yang kudus itupun diturunkan kepada mahkota ciptaan-Nya yaitu manusia pada waktu penciptaan.
Laki-laki dan perempuan diciptakan Allah setara nanum berbeda, setara dalam keberadaan sebagai manusia,  keberadaan jenis kelamin (Kejadian 1:27). Kesetaraan laki-laki dan perempuan juga terlihat dalam mandat yang sama dari TUHAN untuk beranak cucu dan menguasai alam (Kejadian 1:26, 28-29). Laki-laki tidak diciptakan untuk berada di atas perempuan atau sebaliknya.
Gambar Allah (Imago Dei) dan rupa Allah (demut) yang menjadi berkat Allah yang tidak diberikan kepada binatang dan ciptaan lainya, seharusnya kita syukuri dan jaga. “Dengan kata lain citra Allah yang dimiliki manusia merupakan persekutuan dengan Tuhan sebagai berkat dan karunia sehingga sikap dan kelakuan manusia sesuai dengan gambar Tuhan. Manusia mencerminkan atau memantulkan cahaya kemuliaan Tuhan Allah.” Pernyataan diri Allah yang kudus itu dinyatakan-Nya di dalam diri mahkota ciptaan-Nya itu, baik dari segi jasmani dalam gambarnya maupun dari segi batinnya di dalam tabiat. Dengan demikian terdapat tanggung jawab yang berbeda dengan ciptaan lainnya karena gambar dan rupa Allah yang melekat di dalam diri manusia itu.

B. Implikasi Teologi bagi Manusia sebagai Imago Dei
Allah menciptakan manusia tentunya dengan maksud dan tujuan yang berbeda dengan makhluk ciptaan lainnya. Tujuan Allah dalam penciptaan manusia adalah untuk kemuliaan Allah. Itulah sebabnya manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Maksud dari segambar dan serupa dengan Allah untuk menyatakan kemuliaan melalui kehidupan manusia (Roma 11:36). Untuk Menggenapi Rencana Allah dari awal penciptaan Allah memberkati manusia Adam dan Hawa dalam sebuah pernikahan dan berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Dalam Kejadian 1:28 mengandung beberapa rencana Allah bagi kehidupan manusia.  Dimulai dengan kata beranakcuculah disini memiliki dua pengertian:
Pertama, beranakcucu secara jasmani yaitu menghasilkan keturunan secara fisik, untuk menggenapi rencana Allah di dalam dunia ini.
Kedua, dari bahasa aslinya   הרפ parah yang dalam terjemahan bahasa Inggrisnya fruitful yang berarti berhasil, pertemuan yang berhasil baik, bermanfaat, subur dan penuh keberhasilan.

Gambar menyatakan keserupaan bentuk, yang menunjukkan bahwa bentuk luar manusia mengambil bagian dari penggambaran Allah. Rupa menitikberatkan kepada kesamaan daripada tiruan, sesuatu yang mirip dalam hal-hal yang tidak diketahui melalui pancaindera. Dalam hal ini, manusia menjadi saksi kekuasaan Allah atas ciptaan dan bertindak sebagai wakil penguasa.  Dengan demikian, kekuasaan manusia mencerminkan kekuasaan Allah sendiri atas ciptaan, yang melibatkan kreativitas dan tanggung jawab manusia. Allah menciptakan manusia dan mengenalnya (Mazmur. 139:13-16), memeliharanya (Ayub 10:12), dan menuntunnya menuju akhir hidupnya.
Tuhan memberikan otak kepada manusia dengan kuasa untuk berpikir, yang dikemukakan dalam Alkitab Perjanjian Lama, istilah hati (leb) berarti sifat alamiah total secara bersama-sama dari emosi, kemauan dan intelektual laki-laki dan perempuan. Ini mempunyai arti gabungan yang kita sebut ‘pikiran’ (Ulangan 15:9; Hakim-Hakim 5:16-16) atau ‘akal budi’ (Ayub 8:10; 12:3; 34;10) dan sering digunakan dengan ide pikiran atau keinginan seseorang. Dalam pengertian ini, apa yang ada “dalam hati” sebenarnya berarti “apa yang ada dalam pikiran” dan apa yang ada dalam pikiran wanita dan pria membuat mereka sebagaimana mereka ada. “Sebab sebagaimana seorang berpikir dalam hatinya, demikianlah ia.” (Amsal 23:7).” Pada saat di ciptakan pikiran Adam dan Hawa dianugerahi Tuhan kuasa berpikir yang agung dan kudus sebagaimana lingkungan Taman Eden itu dilingkupi kekudusan Allah. Tidak dapat dipungkiri bahwa otak manusia di mana pikiran itu berada mengambil peran yang sangat vital di dalam berkomunuikasi dan menjaga gambar/citra, dan rupa Allah yang kudus itu tetap terpantul di dalam kehidupan manusia, sebagai mahkota ciptaan. Allah telah membuat manusia sebagai puncak pekerjaan penciptaan-Nya itu, memantulkan pikiran dan kebesaran-Nya.  Hanya manusialah dari antara makhluk di bumi ini yang sanggup menghargai Allahnya.
Orang sering beranggapan bahwa kemiripan gambar manusia dengan Penciptanya yang dinyatakan dalam gambar Allah, terletak pada karakteristik manusia yang membedakannya dari binatang, seperti rasio, kekekalan dan konsepnya, dan perasaan moral.  Penciptaan manusia menurut gambar Allah, secara negatif menyangkal manusia sama dengan Allah.  Gambar Allah bukanlah Allah.  Semulia-mulia manusia, ia tetap bukan Allah hanya gambar-Nya saja, yang ternyata hanya berasal dari debu tanah (Kejadian 2:7) dan kembali kepada debu (Kejadian 3:7). Menguasai alam memiliki pemahaman hidup harmoni dengan alam sebelum Kejatuhan dan belum ada unsur keserakahan manusia untuk menguras alam (Kejadian 1-2). Menguasai alam juga berarti mempelajari hukum-hukumnya, menyelidikinya, mengeksporasinya.  Ini bukanlah pekerjaan yang ringan, sehingga diperlukan keseriuasan dan kekuatan manusia.
Kata gambar tidak mengacu pada suatu kesanggupan dalam diri manusia, melainkan pada kenyataan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai rekanNya dan bahwa manusia dapat hidup bersama dengan Allah. Jadi, gambar Allah bukan sesuatu yang dimiliki manusia atau sesuatu kemampuan untuk menjadi melainkan suatu hubungan Allah dengan manusia sebagai mitra kerja atau wakil Allah di bumi. Makna dari gambar dan rupa Allah di dalam diri manusia adalah:
(1) Kemampuan manusia untuk bersekutu dengan Allah
(2) kemampuan manusia untuk memahami dan melaksanakan kehendak Allah dalam penciptaan
(3) kemampuan manusia untuk memerintah semesta alam bersama dengan Allah. Dan Gambar dan rupa tersebut dapat ditemukan di dalam hakikat kerohanian, kepribadian dengan kesadaran diri, akal budi kehendak dan pertanggungjawaban moral manusia.

Manusia adalah Imago Dei, wakil Allah di bumi. Dengan demikian, mereka harus benar-benar bergantung pada-Nya untuk bimbingan dan arahan. Ini berarti bahwa mereka akan menggunakan kebijaksanaan dalam melaksanakan pemerintahan Allah, seperti Adam lakukan dalam penamaan hewan, namun menjadi sebuah gambar berarti menjadi tergantung pada sumber dari gambar tersebut. Kejatuhan manusia, saat makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, adalah usaha untuk meraih kekuasaan, upaya untuk berpindah dari Imago Dei menjadi Allah sendiri. Mengetahui baik dan jahat adalah sifat dari Allah sendiri, untuk benar-benar tahu apa yang baik dan yang jahat, manusia harus tahu segalanya. Hanya orang yang tahu segalanya bisa dikatakan benar-benar mengetahui perbedaan antara baik dan jahat.
Kejatuhan  juga menghasilkan perpecahan dalam umat manusia secara keseluruhan. Sebelum jatuh, pria dan wanita bersatu sebagai satu daging, bersama-sama membentuk Imago Dei. Sebagai akibat dari kejatuhan ditemukan konflik antara suami dan istri, dan orang tua dan anak-anak (Kejadian 3:16). Individu mulai meninggikan diri atas orang lain, membalas dendam atas kesalahan-kesalahan yang nyata atau dibayangkan (Kejadian 4: 3-8; 4: 23-24). Kemanusiaan tidak lagi bisa berfungsi bersama-sama sebagai Imago Dei.  Akhirnya, Kejatuhan  menghasilkan ketidakmampuan manusia untuk memerintah atas ciptaan. Bagian tak terpisahkan dari Imago Dei adalah kekuasaan atas seluruh bumi, namun kejatuhan membawa kutukan atas tanah dan atas kemampuan Adam untuk memerintah. Manusia kehilangan kemampuan untuk menjalankan kekuasaan atas ciptaan sebagaimana mestinya. Mandat awal mereka adalah untuk menundukkan bumi. Tapi setelah jatuh, kemampuan untuk menaklukkan bumi hilang. Sekarang manusia harus berupaya untuk menaklukkan bumi, memproduksi semak dan belukar bukannya bijibijian dan buah. Manusia tidak akan pernah bisa menundukkan bumi ke titik di mana ia akan menghasilkan buah tanpa usaha yang besar.  Efek kumulatif dari kejatuhan adalah bahwa, meskipun manusia tetap Imago Dei, mereka tidak mampu untuk benar melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai gambar tersebut. Hubungan mereka dengan Allah rusak, sehingga mereka tidak lagi dapat mengetahui dan melaksanakan kehendak-Nya. Hubungan mereka satu sama lain rusak, sehingga mereka tidak lagi dapat berfungsi bersama-sama sebagai Imago Dei. Dan hubungan mereka dengan penciptaan rusak, sehingga mereka tidak bisa lagi memerintah dengan benar, dan tidak akan lagi tunduk aturan manusia. Manusia tidak berhenti menjadi Imago Dei, tetapi manusia tidak lagi berfungsi sebagai wakil Allah yang seharusnya.

C. Kelahiran baru Imago Dei
Perjanjian Baru juga mengakui dan menegaskan bahwa bahwa manusia tetap Imago Dei. Yakobus 3:9 menggunakan konsep gambar dan rupa dalam banyak cara yang sama seperti Kejadian 9:6 ketika menggunakan Imago Dei sebagai alasan untuk larangan mengutuk dan fitnah. Tapi yang lebih umum adalah penerapan Perjanjian Baru dari Imago Dei kepada Kristus sendiri.  Dalam Kolose 1:15, terdapat motif Imago Dei yang digunakan untuk menggambarkan sifat Kristus. Latar belakang ayat-ayat adalah Kejadian 1:26-28, dan tujuannya adalah untuk mengidentifikasi Kristus dengan Adam. "Gambar Tuhan yang tidak terlihat" gema gagasan Imago sebagai representasi. Allah, yang tidak terlihat, terungkap lebih lengkap dalam Kristus, yang mewakili Dia. Dalam memanggil Kristus "yang sulung" atas ciptaan, penulis surat (Rasul Paulus) menekankan keunggulan-Nya, kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Menjadi yang pertama lahir dari antara orang mati berarti keunggulan-Nya membentang di atas semua alam; atas ciptaan, atas gereja, bahkan lebih dari kematian. Imago Dei sebagai berasal dari Kristus dalam bagian ini cocok dengan pemahaman tentang imago sebagai wakil.
Posisi manusia sebagai Imago Dei adalah untuk menjembatani kesenjangan antara Allah yang transenden dan ciptaan-Nya, Kristus sebagai imago menjembatani kesenjangan antara Allah yang kudus dan ciptaan-Nya yang jatuh. Kejatuhan tidak menghapus Imago tapi memisahkan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri dan alam yang memungkinkan mereka untuk berfungsi dengan baik sebagai Imago Dei. Kristus telah datang, sebagai Imago yang benar, untuk memulihkan hubungan-hubungan dan memungkinkan manusia untuk sekali lagi berfungsi sebagai Imago. Kekuasaannya membentang di atas semua ciptaan, atas semua manusia dan bahkan atas kematian itu sendiri. Oleh karena itu Ia mampu mendamaikan manusia dan ciptaan Allah, yang diwakili-Nya.
Pemahaman Imago sebagai perwakilan, bukan hanya sekedar kekuasaan, bagian ini sesuai dengan fungsi Imago yang baik. Penekanan pada menanggalkan kemanusiaan lama dan mengenakan manusia baru adalah penting untuk menjadi wakil Allah yang tepat. Imago Dei itu tidak hilang di kejatuhan; apa yang hilang adalah kemampuan manusia untuk benar mewakili Allah karena keterasingan mereka dari Dia, dari satu sama lain dan dari penciptaan. Manusia lama tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai Imago, tapi manusia baru, yang sedang diperbarui setiap hari, dapat mulai berfungsi dengan baik. Perkembangan menuju pengetahuan tentang Tuhan adalah kuncinya, karena tanpa mengenal Allah dan kehendakNya, tidak ada yang bisa mewakilinya. Tetapi mereka yang sedang diperbaharui dalam pengetahuan akan Allah dapat mulai berfungsi sebagai wakilnya. Kita diperdamaikan dengan dia dan satu sama lain. Semua yang ada di dalam Kristus adalah satu; tidak ada perbedaan yang dibuat karena kategori manusia. Sama seperti semua manusia adalah Imago Dei, semua orang percaya diperbarui sebagai Imago Dei.
Kristus, Imago sejati, telah datang dan membuka jalan bagi manusia untuk diperbaharui sebagai Imago, dan mulai berfungsi dengan baik sebagai wakil Allah. Pada dasarnya kemanusiaan baru telah dibentuk berfungsi sebagai wakil Allah ke seluruh umat manusia. Fungsi Imago Dei juga hadir dalam Perjanjian Baru. Namun, keberadaanya belum lengkap. Kristus telah diberikan segala kuasa, tetapi tidak semuanya telah benar-benar mengarah kepadaNya. Dengan cara yang sama, kemanusiaan baru telah diperbaharui ke dalam Imago Dei sejati, tapi fungsi penuh dan lengkap sebagai wakil Allah belum terealisasi. Masih ada waktu menunggu pembaruan penuh dan lengkap dari manusia dan kemanusiaan. Hanya dengan demikian hubungan antara Allah dan manusia akan dipulihkan sehingga kita bisa dengan sempurna mengetahui dan melakukan kehendak Allah sebagai wakil-Nya dalam penciptaan baru. Hanya dengan demikian manusia akan didamaikan sepenuhnya satu sama lain sehingga kita secara bersama mendapat Imago Dei dalam penciptaan baru. Dan hanya dengan demikian ciptaan sendiri dapat dipulihkan sehingga tidak lagi menolak kekuasaan manusia.Dan untuk sekali lagi dan untuk selamanya manusia dan kemanusiaan akan menjadi Imago Dei.

EKSISTESI MANUSIA SECARA FILOSOFIS DAN ANTROPOLOGIS

A. HAKIKAT MANUSIA SECARA FILOSOFIS
Beberapa pandangan dasar tentang manusia yang berasal dari beberapa filsuf, antara lain: Aristoteles misalnya, menganggap manusia adalah animal rationale, karena, menurutnya, ada tahap perkembangan yang harus dilalui oleh mahkluk hidup. Di samping itu, Aristoteles juga menyatakan bahwa manusia adalah zoon poolitikon atau makhluk social dan "makhluk hylemorfik", terdiri atas materi dan bentuk-bentuk.  Ernest Cassirer berpendapat bahwa manusia adalah animal simbolicum, yaitu ialah binatang yang mengenal simbol, misalnya adat-istiadat, kepercayaan, bahasa. Inilah kelebihan manusia jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Itulah sebabnya manusia dapat mengembangkan dirinya jauh lebih hebat daripada binatang yang hanya mengenal tanda dan bukan simbol.  Hakikat manusia kemudian bukan lagi sekedar susunan tubuhnya, kebudayaannya dan hubungannya dengan sesama manusia, akan tetapi hakikat manusia yang ada di balik tubuh, kebudayaan dan hubungan tadi. Anton Bakker misalnya menggunakan istilah "antropologi metafisik" untuk memberi nama kepada macam filsafat ini, yang bentuknya dapat berupa:
1.   Monisme, yang berpendapat manusia terdiri dari satu asas. Jenis asas ini juga bermacammacam, misalnya jiwa, materi, atom dan sebagainya. Hal ini menimbulkan aliran spiritualisme, materialisme, atomisme.
2.   Dualisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas dua asas yang masing-masing tidak berhubungan satu sama lain, misalnya jiwa-raga. Antara jiwa dan raga tidak terdapat hubungan.
3.   Triadisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas tiga asas, misalnya badan, jiwa dan roh.
4.   Pluralisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri dari banyak asas, misalnya api, udara, air dan tanah.

Pendapat lain menyatakan bahwa, untuk mengetahui apa hakikat manusia itu, dapat dilihat dari dua hal berikut, yaitu kesadaran diri dan kesadaran universal :
1.   Kesadaran Diri merupakan esensi atau hakikat manusia adalah substansi immaterial yang berdiri sendiri, bersifat illahi, tidak bertempat di dalam badan, bersifat sederhana, mempunyai kemampuan mengetahui dan menggerakkan badan, diciptakan dan bersifat kekal pada dirinya. 
2.   Kesadaran Universal di mana tubuh adalah susunan inti materi yang setiap saat berubah dan berganti. Terbatasnya kesadaran bahwa badan bukan lagi sekedar tangan, kaki, kepala. Akan tetapi berubah meluas menjadi kesadaran universal, yaitu kesadaran yang tidak ada batas.  Bahwa wujud badan ini tidak lagi sesempit dulu, aku tidak lagi sebatas kepala, tangan, dan kaki saja. Akan tetapi badanku adalah angin yang bergerak, atom-atom yang bertebaran serta bergantian saling tukar dengan benda-benda yang lain, badanku adalah butiran-butiran zarrah yang saling mengikat dengan tumbuhan, binatang bumi serta dengan angkasa yang maha luas. Kesadaran ini akan memudahkan mengidentifikasikan siapa diri sebenarnya. Setelah tahu esensi badan ini. Yaitu kesadaran hakiki yang menggerakkan dan mengatur alam semesta.

Secara filosofis, manusia dapat dipahami sebagai :
a.   Makhluk yang selalu bertanya
Manusia merasa heran, bertanya dan mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang dialaminya.
b.   Makhluk eksentris
‘Aku’ menemukan diri ‘terarah keluar’. Pusatku terletak di luar aku (makhluk yang eksentris-keluar). Aku menemukan diri di dunia dan terarah pada sesama. Dalam penemuan dengan sesama “aku menjadi aku”. Tidak pernah ada aku tanpa dunia dan  tidak ada aku tanpa sesama.
c.    Makhluk paradoksal
Paradox berhubungan dengan kekhasan kedudukan manusia di dunia ini.  Manusia termasuk dalam dunia alam, namun sekaligus bertransendensi terhadapnya.  Manusia bebas dan terikat, otonom dan tergantung, individu dan person, duniawi dan ilahi, rohaniah dan jasmaniah. Manusia adalah makhluk yang paradoksal.
d.   Makhluk dinamis
Manusia menuju diri yang sejati dengan memurnikan relasi dengan sesamanya. Manusia menuju keunikannya sebagai pribadi dengan mempererat hubungannya dengan Tuhan dinamika manusia berbeda dengan dinamika khas di dunia alam
e.    Makhluk multidimensional
Manusia bersifat jasmaniah, termasuk dunia makhluk hidup dan bersifat rohaniah. Ia berpikir dan berefleksi, manusia adalah makhluk multidimensional. Manusia memang suatu kestauan, tetapi di dalam kesatuan itu ditemukan berbagai dimensi dengan tingkatan ontologis yang berbeda.

B. EKSISTENSI MANUSIA
Eksistensialisme berpangkal pada pandangan manusia sebagai eksistensi, sebagai cara yang khas untuk berada di tengah-tengah makhluk lainnya. Pandangan ini tidak memilah kedudukan manusia secara berat sebelah, misalnya hanya sebagai materi saja ataupun hanya sebagai yang spiritual saja. Materialism ditolak eksistensialisme karena  bertentangan dengan pengalaman asasi manusia. Manusia tidak selalu menjadi objek, karena manusia adalah sekaligus subjek. Sehingga paham materialism yang melihat manusia sebagai materi belaka menjadi kotradiktif.  Sementara paham spiritulisme dianggap berat sebelah karena manusia merupakan subjek yang berpikir. Spiritualisme menghapus dunia sebagai suatu kenyataan, padahal tidak ada subjek tanpa dunia. Manusia dan dunia tidak dapat dipisahkan.
Manusia bukan objek semata, tetapi merupakan subjek, sehingga dari antara segala mahkluk ciptaan Tuhan, hanya manusia yang dapat bereksistensi. Eksistensi manusia hanya dapat terjadi jika manusia menemukan dirinya sebagai aku yang keluar dari dirinya. Tidak ada aku yang terpisah dari dunia. Keluar diri berhubungan dengan hakikat manusia dan pengalaman asasi manusia atau fait primitive (faktum induk), di mana segala pengalaman yang lain adalah bersifat sekunder dan baru dapat dipahami dengan kembali ke pengalaman asasi ini.  Manusia selalu dalam konteks manusia di dunia. Manusia sebagai subjek hadir pada diri sendiri, tetapi ia hanya hadir pada diri sendiri dengan hadir pada yang lain.
Salah satu cara untuk mendekati eksistensi sebagai pengalaman asasi adalah dengan mengintensifkan kehadiranku pada diriku yang berbadan. Aku berada di dunia melalui badanku. Badanku menjadi badan manusiawi karena kesatuannya dengan aku.  Jika suatu saat badanku sakit, maka  akulah yang sakit. Jika kakiku mendaki gunung, akulah yang mendaki gunung, dst.  Badanku dan aku adalah identic, tetapi sekaligus tidak identic. Wajahku tampak ramah, padahal sebenarnya aku marah.  Aku dapat menyembunyikan diriku (manusia dapat bersandiwara).

C. PENGALAMAN EKSISTENSI
1. Manusia sebagai mahkluk budaya
1.1. Hakikat Manusia sebagai mahkluk budaya
Budi berasal dari bahasa Sansekerta budh, yang artinya akal. Jika merujuk pada Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,  budi merupakan perpaduan akal dan perasaan dan dapat membedakan baik-buruknya sesuatu. Budi dapat pula berarti  tabiat, perangai, dan ahklak. Sutan Takdir Alisyahbana misalnya mengungkapkan bahwa budilah  yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap objek dan kejadian. Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan, mengkreasi, memperlakukan, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Contohnya manusia dapat membangun rumah, membuat aneka makanan, menjahit pakaian, membuat alat transportasi, sarana komunikasi, dll.  Hewan pun dapat membuat rumah namun rumah hewan tidak pernah mengalami perkembangan, karena sama dari dulu sampai saat ini. Manusia dengan kemampuan akal budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidupnya.
Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, yang secara sederhana dapat dibedakan menjadi:
a.    Kebutuhan yang bersifat kebendaan atau jasmani atau biologis, contohnya makanan, minuman, dll.
b.   Kebutuhan yang bersifat rohani atau mental atau psikologi, contohnya kasih sayang, pujian, perasaan aman, kebebasan, dll.

Dengan akal budi manusia memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai mahkluk yang tinggi bila dibanding dengan mahkuk lainnya. Manusia tidak sekedar homo, tetapi human, sehingga manusia dapat mengembangkan sisi kemanusiaannya.
Hakikat manusia bisa dipandang secara segmental atau parsial, misalnya homo economicus, homo faber, homo socius, zoon politicon, dsb.  Namun, hakikat  ini tidak dapat menjelaskan hakikat manusia secara utuh. Hakikat manusia harus dipandang secara utuh, di mana manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dengan dibekali akal budi. Manusia memiliki harkat dan derajat yang tinggi. Karena manusia memiliki harkat dan martabat yang tinggi, maka hendaknya mempertahankan hal tersebut, untuk itulah prinsip kemanusiaan menjadi penting untuk dibahas.

1.2. Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (akal atau budi), merupakan hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.  Dalam bahasa Belanda, cultuur sama dengan culture, mengolah tanah atau bertani.  Dengan demikian, budaya ada hubungannya dengan kemampuan manusia dalam mengolah sumber-sumber kehidupan, dalam hal ini pertanian. Kebudayaan juga sekaligus sebagai pengetahuan (episteme), pilihan hidup (eksistensi), perasaan (estetika), kemauan (etika), serta praktek komunikasi (relasi) manusia. Kata culture juga kadang diterjemehkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.
J.J. Hoeningman membagi wujud kebudayaan menjadi gagasan, aktivitas dan artefak :
1. Gagasan  merupakan wujud kebudayaan yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak di kepala atau di alam pikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan  gagasan mereka dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan bukubuku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas atau tindakan merupakan wujud kebudayaan yang berpola dari masyarakat. Wujud ini sering disebut dengan sistem sosial, yang terdiri atas aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Bersifat konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas pembuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan.

          Koentjaraninggrat membagi kebudayaan menjadi tiga yaitu suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma, dsb. Suatu kompleks aktivitas atau tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Suatu benda-benda hasil karya manusia.
Terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dapat dijumpai dalam setiap kebudayaan di manapun dan kapanpun berada, yaitu: system peralatan dan perlengkapan hidup, sistem mata pencaharian, system kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dan sistem religi.

1.3. Memanusiakan manusia dan  problematika kebudayaan
Manusia tidak hanya menjadi homo, tetapi harus meningkatkan diri menjadi human. Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan yang melekat dalam dirinya. Manusia memiliki perikemanusiaan, tetapi binatang tidak memiliki peribinatangan. Perikemanusiaan yang mendorong perilaku baik sebagai manusia. Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa menghargai dan menghormati harkat dan martabat manusia lainnya. Memanusiakan manusia adalah tindakan tidak menindas sesama, tidak menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti dan perilaku-perilaku buruk lainnya.
Memanusiakan manusia berarti pula perilaku memanusiakan antar sesama. Memanusiakan manusia memberi keuntungan bagi diri sendiri maupun orang lain. Bagi diri sendiri akan menunjukkan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai manusia. Sedangkan bagi orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa hormat, kedamaian dan kesejahteraan hidup. Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan merendahkan harga diri dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya sungguh mulia. Sedangkan bagi orang lain sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan penderitaan, kesusahan, ketakutan, perasaan dendam, dsb.
Dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan manusia lainya, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lainnya.  Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia  sebagai pemilik kebudayaan.

1.4. Pewarisan kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerusan, pemilikan, dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan ini bersifat vertical artinya budaya diwarisi dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya untuk digunakan dan selanjutnya akan diteruskan kepada generasi yang akan datang nantinya.  Pewarisan ini dapat terjadi melalui enkulturasi dan sosialisasi:
a.    Enkulturasi adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat dan peraturan hidup dengan sistem norma, adat dan peraturan hidup dalam kebudayaannya.  Proses ini dimulai sejak kecil, bermula di keluarga, teman sepermainan dan masyarakat luas.
b.   Sosialisasi adalah individu menyesuaikan diri dengan individu lain dalam masyarakatnya.

Perubahan kebudayaan  dapat terjadi akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsurunsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan. Perubahan mencakup banyak aspek, baik bentuk, sifat, perubahan atau mekanisme yang dilalui. Perubahan kebudayaan dapat merugikan manusia jika itu merupakan kemunduran bukan kemajuan dan dapat berdampak buruk jika dilakukan melalui revolusi dan ada di luar kendali manusia.
Arnold J. Toyn bee merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya:
a.    Pertama, aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan, melainkan invidiual. Kebudayaan Barat yang masuk ke dunia Timur di abad ke-19 tidak masuk secara keseluruhan. Dunia Timur juga tidak mengambil budaya Barat secara keseluruhan, tetapi unsur tertentu, yaitu teknologi. Teknologi merupakan unsur  yang paling mudah diserap.
b.   Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya. Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima. Contoh : religi adalah bagian dari kebudayaan. Religi orang Barat sulit diterima oleh orang Timur dibandingkan teknologinya. Alasannya, religi merupakan lapisan budaya  yang paling dalam dan  tinggi, sedangkan teknologi merupakan lapis luar dari budaya.
c.    Ketiga, jika satu unsur budaya masuk maka  akan menarik unsur budaya lain. Unsur teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pola nilai budaya asing melalui orang-orang asing yang bekerja  di industri teknologi tersebut.
d.   Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bisa menjadi berbahaya  bagi masyarakat yang didatangi. Dalam hal ini, Toynbee memberi contoh tentang nasionalisme yang menjadi hasil evolusi sosial budaya dan menjadi sebab tumbalnya negara-negara Nasional di Eropa abad ke-19 justru memecah belah sistem kenegaraan di Timur, seperti kesultanan dan kekhalifahan di Timur Tengah.

2. Manusia sebagai mahkluk sosial
2.1. Hakikat manusia sebagai individu dan sosial
          Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu  tidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya, termasuk kemampuan dan kecakapannya. Dengan demikian, manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan yang memiliki sifat sendiri-sendiri, bersifat nyata dan berupaya merealisasikan potensi diri yang hanya dimiliki olehnya.
Setiap manusia memiliki perbedaan karena karakteristik sendiri dengan watak, sifat, keinginan, kebutuhan dan cita-cita yang berbeda satu dengan lainnya. Setiap manusia diciptakan Tuhan dengan ciri dan karakteristik yang unik dan spesifik. Karena itu, manusia sebagai makhluk individu adalah unik dan tidak mungkin sama dengan yang lainnya di dunia ini, bahkan kembarannya pun.
Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
a.    Pandangan nativistik yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata  ditentukan atas dasar  faktor dalam diri individu, seperti bakat dan potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orangtuanya. Contoh : jika ayahnya seniman maka anak menjadi seniman juga.
b.   Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata didasarkan pada faktor lingkungan. Lingkunganlah yang menentukan pertumbuhan seseorang.
c.    Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu dipengaruhi oleh individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya lingkungan yang baik sehingga ia bisa tumbuh dengan optimal.

Menurut kodratnya, manusia di manapun dan pada zaman apapun akan selalu hidup bersama, hidup berkelompok. Dalam sejarah perkembangan manusia, ia tidak dapat hidup seorang diri dan terpisah dari manusia lainnya. Aristoteles mengatakan manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai mahkluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Manusia sebagai individu mempunyai  kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai  mahkluk sosial tidak dapat  dipisahkan  dari masyarakat. Manusia lahir, hidup, berkembang, dan meninggal dalam masyarakat
Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya : hasrat untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum (sebagai yang paling primer dan mendasar), hasrat untuk membela diri, hasrat untuk mengadakan keturunan. Dalam kenyataannya, sejak manusia dilahirkan selalu memiliki dua kinginan yang pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya, dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. 
Keluarga merupakan lingkungan manusia yang pertama dan utama. Dalam keluarga manusia menemukan kodratnya sebagai mahkluk sosial, karena dalam lingkungan itulah untuk pertama kalinya manusia berinteraksi dengan orang lain. Kelompok berikutnya adalah kelompok pertemanan, pergaulan, kelompok pekerja, dan masyarakat secara luas.



2.2. Peranan manusia sebagai mahkluk individu dan sosial
            Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik jasmani maupun rohani. Jasmani atau raga adalah badan atau tubuh manusia yang bersifat kebendaan, dapat diraba dan bersifat riil. Rohani atau jiwa  adalah unsur kerohanian, tidak berwujud, tidak bisa diraba, atau  ditangkap dengan indra. 
            Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingannya atau mengejar kebahagiaan sendiri.  Motif  tindakannya adalah untuk memenuhi keutuhan jasmani dan rohani. Penekanan pada kepentingan diri memunculkan sifat individualistis dalam diri pribadi yang bersangkutan.  Di samping itu, faktor pemenuhan atas kepentingan diri sendiri tersebut juga mengakibatkan individu akan saling bersaing untuk hal tersebut.
Dalam hidup bermasyarakat, individu  memberikan fungsi-fungsi positif antara lain : perlu dihargainya harkat dan martabat seorang manusia, adanya jaminan akan hak dasar setiap manusia, dan berkembangnya potensi-potensi diri yang kreatif dan inovatif. Tidak jarang ditemui dalam masyarakat ada orang yang memiliki potensi yang baik sehingga dapat menggerakkan masyarakat untuk maju. Karena itulah sebenarnya, dalam hidup bermasyarakat lalu dibutuhkan norma-norma yang mengatur yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk bertingkah laku, antara lain :
a.    Norma agama atau religi, yaitu norma yang dianggap bersumber dari Tuhan yang diperuntukkan bagi umat-Nya. Norma agama berisi perintah agar dipatuhi dan larangan agar dijauhi umat beragama.
b.   Norma kesusilaan atau moral, bersumber dari hati nurani manusia untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukkan. Norma ini bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral.
c.    Norma kesopanan, bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
d.   Norma hukum, dibuat masyarakat secara resmi yang pemberlakuannya bersifat pemaksaan. Norma ini dimuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang bersifat tertulis.
Manusia dalam kelompok sosialnya, misalnya hidup bernegara, terikat pada normanorma sebagai hasil interaksi dari manusia itu sendiri. Keterikatan kepada norma termasuk pula keterikatan untuk menghargai adanya orang lain.  Jadi, jika dalam dimensi individu, muncul hak-hak dasar manusia maka dalam dimensi sosial ini, muncul kewajiban dasar manusia yaitu menghargai hak dasar orang lain serta menaati norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.  Dengan demikian, sebagai makhluk sosial, manusia memiliki implikasi-implikasi:
a.    Kesadaran akan  ketidakberdayaan manusia bila seorang diri;
b.   Kesdaraan untuk senantiasa  dan harus berinteraksi dengan orang lain;
c.    Penghargaan terhadap hak-hak orang lain; d. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.
Keberadaannya sebagai makhluk sosial, memungkinkan manusia melakukan peranan:
a.    Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok;
b.   Membentuk kelompok-kelompok sosial’
c.    Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.

2.3. Dinamika interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal-balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja sama, persaingan dan pertikaian. Apabila dua orang atau lebih bertemu dan terjadi interaksi sosial, bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan, bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa, atau tanpa kontak fisik. Ciri-ciri interaksi sosial yaitu:
a.    Pelakunya lebih dari satu orang;
b.   Adanya komunikasi antar pelaku melalui kontak sosial;
c.    Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku;
d.   Ada dimensi waktu yang menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

Berlangsungnya interaksi sosial  didasarkan  atas berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, empati. Imitasi adalah proses atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain baik sikap, perbuatan,  penampilan,  dan gaya hidup. Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan individu kepada individu lain sehingga orang diberi sugesti. Identifikasi  adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama atau identik dengan individu yang ditirunya. Proses ini erat kaitannya dengan imitasi. Simpati adalah proses kejiwaan seseorang individu yang merasa tertarik dengan individu atau kelompok lain karena sikap, penampilan, atau perbuatannya. Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh atau  stimulasi yang diberikan individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi akan melaksanakannya secara kritis, rasional dan tanggung jawab. Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka.

2.4. Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat memunculkan dua pandangan yang saling bertolak belakang:
a.    Pandangan individualisme, yang berpangkal pada konsep dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bebas.  Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu adalah bebas, karena ia memiliki hak-hak yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun.
b.   Pandangan sosialisme, yang mengutamakan kepentingan masyarakat di atas segalanya. Masyarakat tidak sekedar kumpulan individu tetapi merupakan entitas  yang besar dan berdiri sendiri di mana individu-individu berada. Kedudukan individu hanya objek masyarakat dan hak-hak individu menjadi hilang, jika timbul itu semata karena keanggotaannya dalam suatu komunitas. Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan bahwa kepentingan masyarakatlah yang utama, bukan individu.


Kedua pandangan di atas mengandung kelemahan masing-masing. Kebebasan perseorangan yang merupakan inti dari ajaran individualism dalam pelaksanaannya justru mengingkari ajarannya sendiri, yaitu persamaan. Individualism dapat menimbulkan ketidakadilan, tindakan tidak manusiawi, imperialisme, kolonialisme, dll. Sosialisme yang ekstrim   tidak menghargai manusia  sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Sehingga, harus kembali didudukkan bahwa manusia bukan makhluk individu dan sosial, tetapi manusia adalah makhluk individu sekaligus sosial. Frans Magnis Suseno mengatakan: “manusia adalah individu yang secara hakiki bersifat sosial dan sebagai individu manusia bermayarakat”.

TUJUAN MANUSIA: KEBEBASAN DAN PEMAKNAAN HIDUP
A. KEBEBASAN MANUSIA
Arti dan makna kebebasan pada jaman sekarang tidak bisa disempitkan hanya pada pengertian kebebasan dalam masyarakat kuno atau masyarakat pra-modern. Pada jaman penjajahan kebebasan mungkin lebih diartikan sebagai keadaan terlepas dari penindasan oleh penjajah. Namun pada masyarakat modern, di mana bentuk penjajahan terhadap kebebasan juga semakin berkembang, misalnya dengan adanya gerakan modernisasi dan industrialisasi yang membawa perubahan yang radikal pada cara berpikir manusia, arti kebebasan juga mempunyai makna yang lebih luas. Kebebasan pada jaman sekarang bukan hanya berarti sekedar terbebas dari keadaan terjajah, namun mungkin lebih berarti bebas untuk mengaktualkan diri di tengah-tengah perkembangan jaman ini.
Keinginan manusia untuk hidup dengan bebas merupakan salah satu keinginan insani yang sangat mendasar, karena itu Louis Leahy memasukan prinsip kebebasan ini dalam salah satu dimensi esensial pribadi manusia. Faktor esensial kebebasan manusia inilah yang menyebabkan dan mendorong banyak tokoh untuk menyoroti masalah kebebasan, sehingga muncul bermacam-macam anggapan, pendapat dan pandangan yang sering kali berbeda satu sama lain. Dalam arti tertentu adanya perbedaan konsep itu dapat dimengerti karena kebebasan itu sendiri bukanlah sesuatu yang mutlak. Kebebasan mempunyai karakter relatif atau dibatasi oleh situasi dan kondisi manusia. Sebagai sesuatu yang relatif atau bersituasi, kebebasan manusia selalu bercampur dengan ketidakbebasan.
Maka manusia sebenarnya tidak pernah bebas secara penuh. Namun situasi dan kondisi manusia itu pada dasarnya bukan hanya merupakan faktor yang membatasi dan menghalangi kebebasan manusia, tetapi juga serentak merupakan faktor yang memungkinkan kebebasan. Alasannya adalah karena di luar situasi yang sifatnya terbatas itu manusia tidak mungkin dapat bertindak. Sebagai  eksistensi, manusia selalu termuat dalam situasi-situasi tertentu, yaitu situasi-situasi batas. Sebagai eksistensi, manusia dapat menemukan dan merealisasikan dirinya sendiri di dunia ini. Oleh karena itu dalam kebebasan insani selalu terkandung berbagai aspek atau komponen yang saling mempengaruhi dan yang saling terjalin satu sama lain.
A Freedom is self-determination, pengertian itu dapat dikatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu sifat atau ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya terdapat dalam manusia dan bukan pada binatang dan benda-benda. Kebebasan yang nampak secara sekilas dalam binatang pada dasarnya bukan kebebasan sejati. Mereka dapat menggerakkan tubuhnya ke mana saja, tetapi semuanya itu sebenarnya bukan berasal dari diri binatang itu sendiri. Gerakan binatang bukanlah hasil dorongan internal diri binatang. Kebebasan mereka adalah kebebasan sebagai produk dorongan-dorongan instingtualnya. Dengan istilah instingtual dimaksudkan tidak adanya peran akal budi dan kehendak. Dalam arti itu sebenarnya di dalam diri binatang-binatang tidak ada kebebasan. Di dalam diri binatang tidak ada self-determination atau kemampuan internal untuk menentukan dirinya. Sedang manusia mempunyai kemampuan untuk berhasrat dan berkeinginan. Ia mempunyai kecenderungan dan kehendak yang bebas. Manusia mempunyai kemampuan memilih. Karena itu dikatakan bahwa manusia adalah tuan atas perbuatannya sendiri. Kebebasan sejati hanya terdapat di dalam diri manusia karena di dalam diri manusia ada akal budi dan kehendak bebas. Kebebasan sebagai penentuan diri mengandaikan peran akal budi dan kehendak bebas manusia.
Pengertian kebebasan yang diuraikan di atas merujuk pada pengertian kebebasan secara umum.  Dalam merenungkan arti dan makna kebebasan kita tidak akan berhenti pada arti yang paling umum dan mendasar itu. Oleh karena itu pada bagian ini kita akan memperdalam arti kebebasan dalam arti-arti yang lebih khusus. Kebebasan dalam arti khusus ini tidak berarti lepas dari pengertian bebas secara umum. Kebebasan dalam arti khusus merupakan pengkhususan arti dari kebebasan dalam pengertian umum. Secara ringkas Louis Leahy membedakan tiga macam atau bentuk kebebasan, yaitu kebebasan fisik, kebebasan moral dan kebebasan psikologis:
Kebebasan fisik artinya adalah tidak adanya halangan atau rintangan-rintangan eksternal yang bersifat fisik atau material. Dalam konteks ini orang menganggap dirinya bebas jika ia bisa bergerak ke mana saja tanpa ada rintangan-rintangan eksternal. Ia dikatakan bebas secara fisik jika tidak dicegah secara fisik untuk berbuat sesuai dengan apa yang ia kehendaki.  Seorang tahanan di sebuah sel tidak mempunyai kebebasan dalam arti ini karena dia secara fisik dibatasi. Dia akan bebas jika masa tahanannya sudah lewat.  Dengan demikian paksaan di sini berarti bahwa fisik manusia diperalat oleh faktor eksternal untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang tidak ia kehendaki atau yang ia kehendaki. Jangkauan kebebasan fisik juga ditentukan oleh kemampuan badan manusia sendiri. Jangkauan itu terbatas. Namun demikian hal itu tidak mengurangi melainkan justru mencirikan kebebasan manusia. Contohnya : bahwa manusia tidak bisa terbang itu bukan merupakan pengekangan terhadap kebebasannya. Hal itu semata-mata disebabkan oleh kemampuan badan manusia yang terbatas. Jadi sekali lagi yang dimaksud paksaan terhadap kebebasan fisik ini adalah pengekangan atau paksaan yang datang dari luar diri manusia. Misalnya dari lembaga atau orang lain.
Kebebasan fisik adalah bentuk kebebasan yang paling sederhana atau dangkal. Karena bisa saja orang yang tidak bebas secara fisik, namun ia merasa sungguh-sungguh bebas. Banyak para pejuang keadilan dan kebenaran pernah ditahan atau bahkan disiksa, namun mereka tetap merasa bebas. Tiadanya kebebasan fisik bisa disertai kebebasan dalam arti yang lebih mendalam. Kebebasan fisik sebenarnya bukan merupakan kebebasan yang sejati. Ia hanya merupakan bentuk kebebasan dalam pengertian yang sangat sederhana. Namun demikian kebebasan ini  mempunyai makna yang esensial dan nilai yang positif. Kebebasan fisik dapat menjadi sarana untuk mencapai kebebasan yang sejati.
Kebebasan psikologis berarti ketiadaan paksaan secara psikologis. Orang dikatakan bebas secara psikologis jika ia mempunyai kemampuan untuk mengarahkan hidupnya. Orang dikatakan bebas secara psikologis jika ia mempunyai kemampuan dan kemungkinan untuk memilih pelbagai alternatif. Yang men-ciri-khas-kan kemampuan itu adalah adanya kehendak bebas. Karena itulah Louis Leahy mengidentikkan kebebasan psikologis dengan kebebasan untuk memilih atau kebebasan berkehendak. Kebebasan memilih atau kebebasan berkehendak sering pula dikatakan dalam arti kebebasan untuk mengambil keputusan berbuat atau tidak berbuat, atau kebebasan untuk berbuat dengan cara begini atau begitu, atau merupakan kemampuan untuk memberikan arti dan arah kepada hidup dan karya atau merupakan kemampuan untuk menerima atau menolak kemungkinan-kemungkinan dan nilainilai yang terus-menerus ditawarkan kepada manusia.
Kebebasan moral adalah ketiadaan paksaan moral hukum atau kewajiban.  Kebebasan moral tidak sama dengan kebebasan psikologis. Meskipun demikian antara keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebebasan moral mengandaikan kebebasan psikologis. Sebaliknya jika ada kebebasan psikologis belum tentu ada kebebasan moral. Contohnya : suatu ketika saya berjalan dan melihat sebuah dompet tergeletak di pinggir jalan tanpa pemilik. Pikiran yang muncul saat itu adalah saya mengambil dompet itu dan memang kemudian saya mengambil dompet itu. Namun setelah mengambil dompet itu saya masih menimbang lagi :  dompet ini saya kembalikan pada pemiliknya atau saya mengambil  dan tidak memberikan pada pemiliknya. Dalam hal ini saya mempunyai kemungkinan atau kebebasan untuk memilih. Saya mempunyai kebebasan psikologis. Di lain pihak dalam tindakan saya itu tidak ada kebebasan moral. Alasannya adalah tindakan saya secara moral tidak bisa dipertanggungjawabkan. Saya telah mengambil barang orang lain yang bukan hak saya.
Pada hakikatnya kebebasan itu selalu terbatas, karena manusia tergantung pada lingkungan fisik dan sosial. Misalnya, orang yang buta pasti tidak bisa menikmati keindahan seni lukis karena ia tidak mempunyai kemampuan visual. Seorang tuna rungu tidak bisa menikmati sebuah musik yang paling indah. Kenyataan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam hidup manusia itu pada akhirnya melahirkan pandangan yang mengatakan bahwa kebebasan hanyalah sebuah slogan-slogan kosong dan wishful thingking yang tidak mungkin dapat dicapai oleh semua orang.
Maka pertanyaan-pertanyaan kritis juga muncul, yaitu : Apa manusia sungguh bebas? Benarkah manusia adalah tuan atas tindakannya sendiri? Benarkah manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri? Bukankah dalam kenyataan kita sering berhadapan dengan pengalaman yang membuat kita berpikir bahwa kita tidak bebas? Bukankah kita sering berjumpa dengan pembatasan-pembatasan dan rintanganrintangan yang membuat kita tidak bebas? Kalau demikian apakah kebebasan itu hanyalah sebuah teori yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan hidup manusia? Atau apakah kebebasan itu hanyalah sebuah ideal hidup manusia yang selama hidupnya harus diperjuangkan namun tak pernah akan tercapai secara penuh?
Louis Leahy menempuh tiga jalan, yaitu dengan argumen persetujuan umum, argumen psikologis, dan argumen etis. Tiga jalan itu ditempuhnya terutama dalam kaitannya dengan pemikiran kritis para pemikir modern dan para ahli psikologi yang mengingkari adanya kebebasan dalam diri manusia. Sistem pemikiran mereka dikenal dengan sebutan Determinisme.  Mereka berkata bahwa pada dasarnya manusia itu tidak bebas. Segala perbuatan manusia dalam hidupnya telah ditentukan. Kata determinisme berasal dari bahasa latin determinare  yang berarti menentukan batas atau  membatasi. Determinisme merupakan tesis filosofis yang menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk manusia, ditentukan oleh hukum sebab akibat. Tidak ada hal yang terjadi berdasarkan kebebasan berkehendak atau kebebasan memilih. Juga di dunia ini tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Artinya sesuatu hal itu bisa terjadi karena telah ditentukan untuk terjadi. Dengan tesis itu aliran determinisme hendak mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada kebebasan.
Dalam dunia ilmu pengetahuan kata determinisme itu mendapat pelbagai bentuk  istilah. Istilah-istilah itu muncul karena aneka ragam pandangan dan pertimbangan dalam pemikiran. Dalam pembahasan ini kita akan mencoba melihat sekilas bentuk-bentuk istilah itu. Di antaranya adalah determinisme universal, behaviorisme, fatalisme, dan predestinasi. Determenisme universal merupakan teori tentang alam semesta. Teori ini mengatakan bahwa setiap peristiwa yang terjadi di alam semesta merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dari sebab-sebab yang mendahului. Sebab-sebab itu adalah hukum alam. Determinisme universal juga berpendapat bahwa bentuk jagat raya ini merupakan hasil determenasi dari hukum-hukum alam yang ada di dalamnya. Behaviorisme berasal dari kata behaviour yang berarti tingkah laku. Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang mempelajari perilaku manusia. Secara khusus pusat perhatian mereka adalah perilaku manusia yang nampak. Di dalamnya mereka berusaha mengamati hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). John B. Watson menyatakan bahwa kepribadian manusia merupakan hasil pembentukan kebiasaan dan kemampuan, terutama yang ditentukan oleh orang lain.  Pembiasaan ini pada akhirnya menciptakan refleks kondisional, yaitu suatu pola tingkah laku yang terjadi secara spontan karena pembiasaan terus-menerus.  Fatalisme berasal dari kata Latin fatum yang berarti nasib atau takdir.
Fatalisme adalah paham yang menyatakan bahwa semua kejadian alam semesta dan hidup manusia berada di bawah kuasa penuh suatu prinsip mutlak, yaitu nasib. Menurut aliran ini manusia tidak memiliki kebebasan karena semua pilihannya sudah ditentukan oleh nasib.  Sementara predestinasi berasal dari bahasa Latin praedestinare yang berarti meramal atau menebak. Predestinasi mengajarkan bahwa peristiwa yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi telah ditentukan untuk terjadi oleh Allah. Dalam konteks teologi aliran ini mengajarkan bahwa keselamatan atau penghukuman manusia, mulai dari awal sampai akhir, sudah ditentukan oleh Allah. Dengan gagasannya itu penganut predestinasi menyatakan bahwa Allah memiliki kekuasaan absolut. Allah menentukan bukan hanya disposisi final manusia tetapi juga seluruh peristiwa hidup manusia. Dan karena itulah predestinasi juga termasuk salah satu aliran determinisme.

B. MANUSIA BERDISTANSI DAN KESADARAN TERHADAP TINDAKAN ETIS
Kelakuan yang bersifat bebas dapat dibedakan dari kelakukan yang determinis karena manusia hadir pada dirinya sendiri. Kehadiran pada diri sendiri juga merupakan syarat mutlak  untuk bertindak bebas. Justru karena manusia berdistansi kepada dirinya sendiri, maka ia dapat dengan sengaja mengikuti kecenderungan-kecenderungan yang ikut menarik ke kiri atau kanan. Manusia berdistansi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang terbuka, mempertimbangkan pro dan kontra, kemudian memutuskan.
Manusia harus memilih, karena ia dapat menyeleweng. Dengan memilih yang sungguh-sungguh baik, manusia menuju pada kemerdekaan yang sejati. Manusia tetap berada di tengah perjalanan dan tidak pernah selesai. Aku sungguh aku, tetapi aku juga belum aku. Suatu pertentangan yang bersifat paradoksal.  Keharusan dalam kehendak direalisasikan secara bebas. Keharusan etis menyatakan diri kepadaku sebagai suatu imperatif kategoris, bukan hipotesis.  Suatu imperatif kategoris  berdasar pada suatu syarat : jika ingin pandai berbahasa Inggris, maka harus rajin belajar.  Imperatif kategoris bersifat mutlak dan berdasar pada kodrat diri manusia sendiri.  Keharusan kategoris  diwajibkan secara mutlak, namun tidak terlaksana secara paksa, melainkan secara bebas. Keharusan kodrati  dihayati sebagai imperative kategoris. Hubungan mereka lebih dihayati sebagai suatu seruan yang mengharapkan jawaban.
Kebebasan pilihan ada dalam diri saya sebagai seorang manusia. Setiap saat saya harus menentukan diri saya sendiri.  Sayalah yang bertanggung jawab. Kebebasan ada dalam diri saya tanpa jasa saya sendiri karena itu adalah anugerah. Aku dipanggil untuk semakin bebas dari segala penghalang menuju pada diriku yang sejati. Kebebasan sejati adalah  panggilan sekaligus perjuangan. Kebebasan sejati direalisasikan melalui kebebasan pilihan.  Semakin manusia dengan suara ketetapan terarah pada kebaikannya yang sejati, maka kebebasan pilihan semakin kurang berfungsi. Pertentangan antara kebebasan pilihan dan sejati merupakan hal yang khas dari manusia, karena dalam kebebasan hadir suatu pilihan keharusan kodrati yang mewajibkan secara etis. Hakikat kebebasan menjadi tidak sekedar bebas untuk memilih namun penentuan diri (self determination).
Manusia adalah  makhluk yang bebas, bersifat otonom, namun bukanlah roh murni, melainkan terjelma. Faktisitasku membatasi sekaligus  membuka kemungkinan-kemungkinan yang riil. Manusia sudah dan belum, mahluk yang dinamis dan menyejarah.  Dalam kemungkinan-kemungkinan yang terbuka aku tidak boleh memilih dengan sewenangwenang. Aku dipanggil untuk menjadi manusia yang baik dan taat kepada keharusan yang hadir dalam kebebasan. Aku menjadi aku. Inilah seruan etis yang bersifat imperatif kategoris, suatu keharusan dalam kebebasan. Kebebasan bersifat paradoksal, karena manusia adalah makhluk yang berelasi maka merealisasikan diri artinya membangun dunia dan membuat dunia  menjadi dunia yang baik untuk kebersamaan manusia.

DIMENSI KRETAIF MANUSIA:
                    (TEKHNOLOGI DAN PERUBAHAN HIDUP MANUSIA)

A. KONSEP TEKHNOLOGI
Manusia pada awalnya tidak mengenal konsep teknologi. Kehadiran manusia purba pada masa pra sejarah, hanya mengenal teknologi sebagai alat bantunya dalam mencari makan, alat bantu dalam berburu, serta mengolah makanan. Alat bantu yang mereka gunakan sangatlah sederhana, terbuat dari bambu, kayu, batu dan bahan sederhana lain yang mudah mereka jumpai di alam bebas. Misalnya : untuk membuat perapian, ia memanfaatkan bebatuan yang dapat memunculkan percikan api.  Lalu teknologi mulai mengalami perkembangan yang sangat pesat. Semakin maju kebudayaannya, semakin berkembang teknologinya karena teknologi merupakan perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan pesat. 
Secara harfiah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “tecnologia” yang berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Istilah tersebut memiliki akar kata “techne” dalam bahasa Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan (craft). Dari makna harafiah tersebut, teknologi dalam bahasa Yunani kuno dapat didefinisikan sebagai seni memproduksi alat-alat produksi dan menggunakannya. Definisi tersebut kemudian berkembang menjadi penggunaan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan manusia. Teknologi dapat pula dimaknai sebagai ”pengetahuan mengenai bagaimana membuat sesuatu (know-how of making things) atau “bagaimana melakukan sesuatu” (know-how of  doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya.
Henslin menjelaskan bahwa istilah teknologi dapat mencakup dua hal. Pertama, teknologi menunjuk pada peralatan, yaitu unsur yang digunakan untuk menyelesaikan tugas. Teknologi merujuk pada peralatan sedemikian sederhana-seperti sisir-sampai yang sangat rumit-seperti komputer. Kedua, keterampilan atau prosedur yang diperlukan untuk membuat dan menggunakan peralatan tersebut. Teknologi dalam kasus ini tidak hanya merujuk pada prosedur yang diperlukan untuk membuat sisir dan komputer, akan tetapi juga meliputi prosedur untuk memproduksi suatu tatanan rambut yang dapat diterima, atau untuk dapat memasuki jaringan internet.
Karl Marx melihat teknologi sebagai alat, dalam pandangan materialisme historis hanya menunjuk pada sejumlah alat yang dapat dipakai manusia untuk mencapai kesejahteraan. Sementara Max Weber mendefinisikan teknologi sebagai ide atau pikiran manusia itu sendiri, dan Durkheim  melihat teknologi sebagai kesadaran kolektif yang bahkan diprediksi dapat menggantikan kedudukan agama dalam masyarakat
Perkembangan teknologi akan mengalami beberapa siklus atau tahapan:
1.   Revolusi teknologi (tahun 1760)
2.   Terbentuknya jaringan kereta api (tahu 1848)
3.   Ditemukannya ban berjalan (tahun 1895)
4.   Ditemukannya tenaga atom dan motorisasi massal (tahun 1945)
5.   Perkembangan mikro elektronik dan bioteknologi

Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Sastrapratedja menjelaskan bahwa fenomena teknik pada masyarakat kini, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Rasionalitas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
b.   Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c.    Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi, dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
d.   Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
e.    Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
f.     Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
 
Teknologi yang berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Masa sekarang nampaknya sulit memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi, bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia. Awal perkembangan teknologi yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu atau bergantung dari ilmu, sekarang ilmu dapat pula bergantung dari teknologi. Contohnya : dengan berkembang pesatnya teknologi komputer dan satelit ruang angkasa, maka diperoleh pengetahuan baru dari hasil kerja kedua produk teknologi tersebut.
Berdasarkan uraian pendapat di atas kita dapat menyimpulkan dan menarik suatu benang merah bahwa teknologi merupakan hasil olah pikir manusia yang pada akhirnya digunakan manusia untuk mewujudkan berbagai tujuan hidupnya, sehingga teknologi menjadi sebuah instrumen untuk mencapai tujuan. Teknologi juga merupakan hasil perkembangan rasionalitas manusia. Teknologi telah mempengaruhi pola pikir manusia itu sendiri, dan akibatnya secara tidak langsung teknologi juga sangat mempengaruhi tindakan dan pola hidup manusia.  Teknologi juga dimaknai sebagai alat yang memperlebar perbedaan kelas dalam masyarakat. Teknologi menjadi simbol status bagi si kaya dan si miskin, siapa yang mampu menguasai teknologi, maka ia akan mampu menguasai manusia yang lain. Manusia menggunakan konsep teknologi baru untuk menunjuk pada timbulnya suatu teknologi yang membawa dampak penting pada kehidupan sosial.

B. MANUSIA DAN PERKEMBANGAN TEKHNOLOGI
Setiap penemuan baru akan melahirkan berbagai perubahan dalam suatu masyarakat. Ibarat sebuah subsistem, kehadiran teknologi baru sebagai subsistem baru dalam masyarakat akan membawa konsekuensi, subsistem lain dalam sistem tersebut mau tidak mau harus menyesuaikan diri akibat kehadiran teknologi tersebut. Teknologi pasti akan mengubah pola aktifitas keseharian individu. Kehadiran televisi di rumah misalnya, akan menyebabkan munculnya agenda baru setiap hari, ada jadwal menonton acara favorit yang sebelumnya tidak ada. Jadwal mandi, jadwal makan, jadwal minum kopi, jadwal membersihkan rumah, jadwal belajar, jadwal kencan, sampai jadwal tidur akan disesuaikan dengan jadwal acara ditelevisi. Bahkan susunan perabotan di rumah, meja, kursi, lemari, karpet, sofa, akan disesuaikan dengan di mana kita meletakkan televisi.
Teknologi menjanjikan kemajuan dalam hidup manusia yang semakin mengalami efisiensi di dalamnya. Siapa saja yang mampu mengakses teknologi, maka ia akan mengalami sedikit atau banyak kemajuan ke arah entah dalam bentuk apa pun. Seseorang tidak akan ketinggalan informasi mana kala ia menggenggam sebuah teknologi. Teknologi telah mempengaruhi gaya hidup, dan bahkan teknologi juga telah menjadi gaya hidup itu sendiri. 
Teknologi memang diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi individu. Orang tidak perlu susah-susah untuk menghubungi sanak keluarganya di luar kota, bahkan di luar negeri; mereka cukup menekan beberapa nomor melalui hanphone. Orang tidak perlu mengantri di depan petugas teller bank untuk melakukan berbagai transaksi, kita cukup masuk ke ruang ATM dan kita dapat melakukan berbagai transaksi menggunakan mesin tersebut, mulai mengambil uang, membayar tagihan listrik, air, telepon, membeli pulsa, membeli tiket kereta api, pesawat, kapal, membayar SPP, mengirim uang ke rekening lain, sampai membayar tagihan kredit. Ketika kita lapar, kita cukup menekan beberapa nomor delivery order, kemudian dalam beberapa menit, petugas pengantar makanan sampai di depan pintu rumah kita. Kita dapat memanfaatkan pesawat terbang untuk melakukan perjalanan jauh dalam waktu singkat; kita tidak perlu bersusah payah naik ke lantai yang lebih tinggi di sebuah gedung bertingkat, kita cukup memanfaatkan lift atau eskalator.
Teknologi menjanjikan kecepatan di hampir semua lini kehidupan. Berbagai pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan cepat manakala kita memanfaatkan teknologi. Keberadaan komputer akan membantu mempercepat pekerjaan di kantor, mempercepat pembukuan, teknologi juga akan mempercepat proses pengiriman dokumen, surat atau file, serta barang. Memasak nasi akan lebih cepat jika menggunakan rice cooker. Semua pekerjaan dan setiap kesulitan akan teratasi dengan teknologi.
Teknologi menjanjikan popularitas. Manusia dengan mudahnya muncul di layar kaca melalui internet. Situs You Tube akan memfasilitasi kita untuk bergaya, bisa menjadi narsis, menampakkan dan mempromosikan wajah dan penampilan kita di internet, hanya dengan berbekal kamera dan modem untuk dapat meng-upload rekaman gambar yang kita miliki. Kita dapat bergaya sesuka hati, dan masyarakat di seluruh dunia dapat dengan mudah menonton aksi kita.

C. PERUBAHAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MANUSIA DI ERA DIGITAL
Setiap aktivitas manusia akan digerakkan melalui serangkaian teknologi digital. Teknologi ini dioperasikan dengan menekan beberapa digit (angka) yang di susun dengan berbagai urutan. Relasi yang terbangun di antara individu adalah relasi pertukaran digital, setiap manusia hanya melakukan serangkaian transaksi atau interaksi melalui simbol-simbol digital. Transaksi perdagangan, komunikasi, semuanya digerakkan secara digital. Setiap individu akan memiliki identitas digital yang mampu mengenali siapa dirinya, setiap manusia sudah diberi nomor urut : melalui nomor identitas (e-KTP), nomor handphone, nomor telepon, nomor rekening bank, nomor ATM, nomor rekening listrik, rekening telepon, rekening air, PIN (Personal Identification Number) ATM, semuanya menggunakan sistem digital.
Interaksi antar manusia digerakkan dengan teknologi serba digital : komputer, internet, mesin ATM, telepon, handphone, dan sebagainya, semuanya digerakkan secara digital. Kita dapat membeli sesuatu hanya dengan menggesek kartu ATM dan menekan beberapa nomor PIN, demikian halnya untuk membayar tagihan kamar hotel, membeli tiket, dan sebagainya. Pengiriman uang dapat dilakukan dalam hitungan detik hanya dengan menekan beberapa digit nilai uang yang akan dikirim dan beberapa digit nomor rekening tujuan. Bukan uang yang dikirim, melainkan hanya sederet angka yang berpindah dari rekening satu ke rekening yang lain.
Pemakaian teknologi tertentu oleh suatu warga masyarakat akan membawa suatu perubahan sosial yang dapat diobservasi lewat perilaku anggota masyarakat yang bersangkutan. Gejala-gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
1.   Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
2.   Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
3.   Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
4.   Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.

Perubahan sosial mempunyai tiga dimensi, yaitu: struktural, kultural dan interaksional.
Pertama, dimensi struktural mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam struktur kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial.
Kedua, dimensi kultural mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat, yang meliputi inovasi kebudayaan, difusi, dan integrasi.  Hal ini disebabkan dalam proses ini terjadi penyatuan unsur-unsur kebudayaan yang saling bertemu untuk kemudian memunculkan kebudayaan baru sebagai hasil penyatuan berbagai unsur-unsur budaya tersebut.
Ketiga, Dimensi interaksional mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam masyarakat, meliputi perubahan dalam frekuensi. Perkembangan teknologi telah menyebabkan berkurangnya frekuensi individu untuk saling bertatap muka. Semua kebutuhan untuk berinteraksi dapat dipenuhi dengan memanfaat teknologi.

Di era sekarang, interaksi dapat dilakukan kapan saja melalui telepon, handphone, email, chatting, facebook, Yahoo!Messenger, Twitter, Internet Relay Chatting, dan berbagai teknologi canggih lainnya. Perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut:
1.   Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan.
2.   Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi masyarakat. 
Jika perubahan sosial dapat bergerak ke arah suatu kemajuan, masyarakat akan berkembang. Sebaliknya, perubahan sosial juga dapat menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami kemunduran. Kemajuan teknologi di satu sisi merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemajuan karena mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di sisi lain kemajuan teknologi juga merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemunduran karena manusia menjadi tergantung dengan teknologi (budak teknologi) bukan manusia yang menguasai teknologi akan tetapi teknologi yang menguasai manusia.

D. PERUBAHAN POLA HIDUP MANUSIA
Menurut Talcott Parson masyarakat modern yang terindikasi melalui perkembangan teknologi dalam hidupnya, digambarkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1.   Netralitas efektif yaitu bersikap netral, bahkan dapat menuju sikap tidak memperhatikan orang lain atau lingkungan.
2.   Orientasi diri, yaitu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri
3.   Universalisme, yaitu menerima segala sesuatu dengan obyektif
4.   Prestasi, yaitu masyarakatnya suka mengejar prestasi.
5.   Spesifitas, yaitu berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu.
Ada empat perubahan kecenderungan berpikir yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi, yaitu:
a.    Tumbuhnya reifikasi, yaitu anggapan bahwa yang semakin luas dalam kenyataan harus diwujudkan dalam bentuk-bentuk lahiriah dan diukur secara kuantitatif.
b.   Manipulasi yaitu kemampuan manipulasi yang tinggi bagi kerangka berpikir manusia yang disebabkan kemampuan teknologi dalam mengubah dan mengolah bendabenda alamiah menjadi sesuatu yang bersifat artifisial demi memenuhi kepentingan manusia.
c.    Fragmentasi, yaitu adanya spesialisasi dalam pembagian kerja yang akhirnya menuntut profesionalisme dalam dunia kerja.
d.   Individualisasi, yang dicirikan dengan semakin renggangnya ikatan seseorang dengan masyarakatnya dan semakin besarnya peranan individu dalam tingkah laku seharihari.

Pada masyarakat teknologi, ada tendensi bahwa kemajuan adalah suatu proses dehumanisasi secara perlahan-lahan sampai akhirnya manusia takluk pada teknik. Teknik-teknik manusiawi yang dirasakan pada masyarakat teknologi, terlihat dari kondisi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia pada saat ini telah begitu jauh dipengaruhi oleh teknik. Gambaran kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Situasi tertekan: Manusia mengalami ketegangan akibat penyerapan mekanisme-mekanisme teknik. Manusia melebur dengan mekanisme teknik, sehingga waktu manusia dan pekerjaannya mengalami pergeseran. Peleburan manusia dengan mekanisme teknik, menuntut kualitas dari manusia, tetapi manusia sendiri tidak hadir di dalamnya. Contohnya : pada sistem industri, seorang buruh meskipun sakit atau lelah, ataupun ada berita duka bahwa anaknya sedang sekarat di Rumah Sakit, mungkin pekerjaan itu tidak dapat ditinggalkan sebab akan membuat macet garis produksi dan upah bagi temannya. Keadaan tertekan demikian, akan menghilangkan nilai-nilai sosial dan tidak manusiawi lagi.
b.   Perubahan ruang dan lingkungan manusia : Teknik telah mengubah lingkungan manusia dan hakikat manusia. Contoh yang sederhana manusia dalam hal makan atau tidur tidak ditentukan oleh lapar atau mengantuk tetapi diatur oleh jam. Lingkungan manusia menjadi terbatas, manusia sekarang hanya berhubungan dengan bangunan tinggi yang padat, sehingga sinar matahari pagi tidak sempat lagi menyentuh permukaan kulit tubuh manusia.
c.    Perubahan waktu dan gerak manusia: Akibat teknik, manusia terlepas dari hakikat kehidupan. Sebelumnya waktu diatur dan diukur sesuai dengan kebutuhan dan peristiwa-peristiwa dalam hidup manusia, sifatnya alamiah dan konkrit. Tetapi sekarang waktu menjadi abstrak dengan pembagian jam, menit dan detik. Waktu hanya mempunyai kuantitas belaka tidak ada nilai kualitas manusiawi atau sosial, sehingga irama kehidupan harus tunduk kepada waktu.
d.   Terbentuknya suatu masyarakat massa : Akibat teknik, manusia hanya membentuk masyarakat massa, artinya ada kesenjangan sebagai masyarakat kolektif. Sekarang struktur masyarakat hanya ditentukan oleh hukum ekonomi, politik, dan persaingan kelas. Proses ini telah menghilangkan nilai-nilai hubungan sosial suatu komunitas. Terjadinya neurosa obsesional atau gangguan syaraf menurut beberapa ahli merupakan akibat hilangnya nilai-nilai hubungan sosial. Kondisi sekarang ini manusia sering dipandang menjadi objek teknik dan harus selalu menyesuaikan diri dengan teknik yang ada.

Meskipun teknologi memberikan banyak manfaat bagi manusia, namun di sisi lain kemajuan teknologi akan berpengaruh negatif pada aspek sosial budaya:
1.   Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai ke-inginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani.
2.   Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin lemahnya kewibawaan tradisitradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan kekuatan sentripetal yang berperan pen-ting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan
3.   Pola interaksi antarmanusia yang berubah. Kehadiran netbook dan telepon genggam yang canggih pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan dengan hanya menatap telepon genggamnya dan berinterkasi dalam jaringan internet secara luas.

Upaya-upaya yang dapat kita lakukan sebagai solusi untuk menanggulangi dampak negatif dari kemajuan teknologi adalah dengan menanamkan kesadaran kepada setiap individu tentang pentingnya memahami dampak negatif kemajuan teknologi. Dengan analisa SWOT secara sederhana kita dapat menjadikan tantangan dan dampak negatif dari teknologi menjadi peluang untuk memajukan suatu masyarakat dan negara. Untuk itulah diperlukan peran serta aktif dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara dalam mencegah, mengurangi, dan menanggulangi dampak negatif dari kemajuan teknologi. Sebagai manusia modern sangat tidak bijaksana serta tidak mungkin jika kita mengatakan say no to technology, namun yang harus kita lakukan yaitu mempertimbangkan kebutuhan kita terhadap teknologi, mempertimbangkan baik-buruknya teknologi tersebut dan tetap menggunakan etika, serta tidak terlalu berlebihan agar kita tidak kecanduan dan menjadi budak teknologi
Kita harus menyadari bahwa teknologi bukan merupakan aspek kehidupan umat manusia yang tertinggi. Tidak juga merupakan puncak kebudayaan dan peradaban umat manusia di dalam evolusinya mencapai kesempurnaan hidup (perfection of existence). Namun teknologi merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk mempermudah dalam melakukan sesuatu dalam aktivitas kehidupannya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Tata Ibadah Singkat Ulang Tahun Marga

PARTORDING NI ACARA PESTA NO ACARA WAKTU PELAKSANA KET 1 IBADAH 09.00 -11.00 SEKSI IBADAH 2 HATA HUHUASI 1.KETUA PANITIA 2.KETUA TOGA SIPOHOLON 3.PENASEHAT 11.00 -11.30 PANITIA 3 MAMBUAT TUA NI GONDANG 11.30 -12.00 SUDE 4 4.1.LELANG 4.2.MARSIPANGANON 4.3.LELANG 4.4.PILO-PILO SIAN BORU, BERE,  IBEBERE NI TOGA SIPOHOLON 4.5.LELANG 4.6.PILO-PILO:SITUMEANG 4.7.LELANG 4.8.PILO-PILO:SIMANUNGKALIT 4.9.LELANG 4.10.PILO-PILO:            SIBAGARIANG/HUTAURUK 4.11.LELANG 12.00 -17.30 PANITIA 5 PENGUMUMAN JUARA LELANG GOTONG ROYONG SEKALIGUS PASAHATHON HADIAH 17.30-17.45 PANITIA 6 PENGUMUMAN HASIL...

Contoh Liturgi Natal Pelajar

I.                     PENDAHULUAN 1.        PROSESI 2.        PENYALAAN LILIN 2.1.              Pengkhotbah 2.2.              Liturgis 2.3.              Mewakili Guru 2.4.              Pengurus Yayasan Panti Asuhan 2.5.              Ketua Perayaan Natal 3.        KATA SAMBUTAN 3.1.              Ketua Perayaan Natal 3.2.              Mewakili Guru 3.3.    ...

TECHNOLOGICAL, PEDAGOGICAL AND CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) DALAM PEMBELAJARAN PAK

A.    Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) adalah sebuah konsep integrasi dari tiga unsur yang berbeda; teknologi, pedagogi, dan konten pengetahuan. Pengetahuan tentang ketiganya disatukan menjadi sebuah kemampuan pendidik yang komprehensif dalam dunia pendidikan bernama TPACK. Tiga unsur yang disatukan dalam perencanaan, proses dan evaluasi pendidikan itu menjadi trio yang hebat dalam pengembangan ekosistem pendidikan masa depan yang dikenal sebagai era teknologi digital. Pengetahuan pendidik tentang teknologi, pedagogi dan konten yang integratif dapat menjadi salah satu kemampuan dahsyat dalam implementasi pendidikan (kurikulum) masa kini (era digital). Ketika abai terhadap penggunaan teknologi, maka akan dipastikan pengembangan pendidikan akan stagnan dan tidak dapat menyesuaikan dengan pengembangan jaman. Jadi, TPACK adalah sebuah konsep yang tepat sebagi sebuah instrument implementasi kurik...

PEMBELAJARAN ABAD 21

A.    GLOBALISASI DAN KESADARAN GLOBAL Mungkin kita sudah sering mendengar istilah global ini, terutama saat ini kita memasuki era yang sering disebut dengan era globalisasi. Dari istilahnya saja kita sebenarnya dapat memahami bahwa globalisasi mengandung pengertian proses. Istilah globalisasi saat ini menjadi sangat populer karena berkaitan dengan gerak pembangunan Indonesia, terutama berkaitan dengan sistem ekonomi terbuka, dan perdagangan bebas. Era globalisasi ditandai dengan adanya persaingan yang semakin tajam, padatnya informasi, kuatnya komunikasi, dan keterbukaan. Tanpa memiliki kemampuan ini maka Indonesia akan tertinggal jauh dan terseret oleh arus globalisasi yang demikian dahsyat. Sejak kapankah globalisasi muncul? Tidak ada kepastian tentang hal ini, akan tetapi isu globalisasi menerpa di segala aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek kehidupan yang mendapat terpaan globalisasi yang paling kuat adalah aspek ekonomi ( Dollar, David 2007 ). Menjelang tahun ...

K-13 SILABUS PAK KELAS X SEMESTER GENAP

Silabus Mata Pelajaran           : Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti           Satuan Pendidikan       : SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Kelas / Semester          : X/Genap Tahun Pelajaran          : 201 8 /201 9 Alokasi waktu              : 3 jam x 19 minggu - semester 2 No Materi Jam Pelajaran 1. Bertumbuh menjadi dewasa 18 JP 2. Makna kesetiaan,    keadilan, dan kasih 18 JP 3. Peran Roh Kudus bagi orang percaya 18 JP 4. Karunia Allah dalam kepelbagaian; Persahabatan yang sejati; Pacaran yang sehat menurut iman Kristiani; Diriku bersama dengan orang lain 24 JP 5. Keberadaan Allah...

K-13 SILABUS PAK KELAS X SEMESTER GANJIL

Silabus Mata Pelajaran           : Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti           Satuan Pendidikan       : SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Kelas / Semester          : X/Ganjil Tahun Pelajaran          : 201 8 /201 9 Alokasi waktu              : 3 jam x 19 minggu - semester 1 No Materi Jam Pelajaran 1. Bertumbuh menjadi dewasa 18 JP 2. Makna kesetiaan,    keadilan, dan kasih 18 JP 3. Peran Roh Kudus bagi orang percaya 18 JP 4. Karunia Allah dalam kepelbagaian; Persahabatan yang sejati; Pacaran yang sehat menurut iman Kristiani; Diriku bersama dengan orang lain 24 JP 5. Keberadaan Allah...

BANK SOAL KELAS XII

I.PILIHAN GANDA 1.       Didalam ajaran Kristen, Gereja digambarkan sebagai   .... a.        Gedung yang megah b.       perkumpulan c.        Tempat Ibadah d.       Institusi sosial e.        Orang-orang yang dipanggil Tuhan 2.       Sifat Gereja yang memiliki arti bukan sekedar bangunan atau merek denominasi adalah.... a.        kudus b.       persekutuan orang percaya c.        oikumenis d.       satu e.        semua benar 3.       Hubungan Gereja dengan Pemerintah   digambarkan/diceritakan dalam kitab.... a.        Roma b.       Kisah Para ...

EVALUASI PEMBELAJARAN-1

KEGIATAN BELAJAR 1: KONSEP DAN PENERAPAN  PENGUKURAN, PENILAIAN, TES  DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah istilah yang sering kita dengar dalam dunia penidikan. Hanya dalam praktiknya seringkali terjadi kerancuan dalam penggunaannya. Kenyataan ini dapat dipahami karena istilah-istilah tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sebagai pendidik dipandang penting  mengetahui dengan baik dan benar dari istilah-istilah tersebut.  Ada tujuan, fungsi, prinsisp-prinsip evaluasi, tes, skala pengukuran, pendekatan penilaian dan acuan penilaian. Dan setelah mempelajari materi-materi tersebut diharapkan dapat memahami dengan baik dan benar tentang pengukuran, penilaian, tes dan evaluasi dengan segala unsur dan komponen-komponen tersebut. A. MEMBEDAKAN PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI 1. Pengukuran Pada hakekatnya mengukur adalah memberikan angka pada fakta yang diukur yang diwujudkan dalam bentuk simbol angka atau bila...

TUJUAN, MANFAAT DAN KELEBIHAN/KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN

Penerapan model-model Pembelajaran? Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Model Model Pembelajaran yang saya terapkan selama ini di SMA Negeri  4 Padangsidimpuan adalah: 1.     Discovery Learning 2.     Project Based Learning 3.     Problem Based Learning 4.     Pembelajaran Kontekstual 5.     Pembelajaran Inkuiri Apakah   Tujuan, manfaat, fungsi langkah-langkah peran dan  kelebihan dan kekurangannya. 1.     Discovery Learning Tujuan: Model pembelajaran Discovery Learning bertujuan mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Manfaat: 1.     Membantu siswa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan kognisi. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini dimana keberhasilan tergantung pada bagaimana cara belajarnya. 2.     Pengetahuan...

BAHAN PENELAAHAN ALKITAB

BAHAN PANDUAN P.A REMAJA(SISWA/I SMA) I.       BERTUMBUH DAN BERBUAH (YOHANES 15:1-8) SEPERTI  halnya manusia bertumbuh dari bayi menjadi dewasa, setiap orang percaya juga mengalami proses pertumbuhan secara rohani. Ia harus selalu mendapatkan makanan agar dapat bertumbuh. Pada PA kali ini kita kita akan belajar memahami pentingnya tinggal dalam Kristus, bertumbuh dan menghasilkan buah. 1.        Menurut anda, apa itu firman Tuhan? 2.        Baca Yohanes 15 : 1 – 8 3.        Siapakah pokok (batang utama) anggur yang benar dan siapa yg menjadi pengusahanya (ay.1)? 4.        Saat musim semi, setiap ranting pohon anggur akan dipotong ujungnya agar tunas yang baru menghasilan buah (Lih. Ay. 2). Apa saja buah yang dihasilkan oleh orang percaya? (band. Gal 5:22-25). 5.        Sebagai ranting dari ...