A. Proses
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Proses pembelajaran di dalam kurikulum
2013 diatur dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013. Dalam Permendikbud tersebut
dimuat standar proses pembelajaran, yakni kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar
Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Nomor 32 Tahun 2013.
Sesuai
dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran
yang digunakan adalah:
1.
Dari
peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2.
Dari
guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis pada aneka
sumber belajar;
3.
Dari
pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah;
4.
Dari
pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5.
Dari
pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6.
Dari
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multi dimensi;
7.
Dari
pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8.
Peningkatan
dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skills) dan keterampilan
mental (soft skills);
9.
Pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
10. Pembelajaran yang menerapkan
nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun
kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah,
sekolah, dan masyarakat;
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip
bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah
kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.
Dalam bentuk tabel, rincian gradasi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai berikut:
SIKAP
|
PENGETAHUAN
|
KETERAMPILAN
|
Menerima
|
Mengingat
|
Mengamati
|
Menjalankan
|
Memahami
|
Menanyakan
|
Menghargai
|
Menerapkan
|
Mengumpulkan informasi/ mencoba
|
Menghayati
|
Menganalisis
|
Mengasosiasi/ menalar
|
Mengamalkan
|
Mengevaluasi
|
Menyajikan/ mengkomunikasikan
|
|
|
Menciptakan
|
1. Desain
Pembelajaran
a. Silabus
Silabus
merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata
pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
1.
Identitas
mata pelajaran (khusus SMP/ MTs dan SMA/ MA);
2.
Identitas
sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3.
Kompetensi
inti, merupakan gambaran secara kategorikal mengenai kompetensi dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
4.
Kompetensi
dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
5.
Tema
(khusus SD/ MI);
6.
Materi
pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
7.
Pembelajaran,
yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan;
8.
Penilaian,
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik;
9.
Alokasi
waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu
semester atau satu tahun; dan
10. Sumber belajar, dapat berupa buku,
media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
b. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
RPP disusun
berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Komponen RPP terdiri atas:
1.
Identitas sekolah yaitu nama satuan
pendidikan;
2.
Identitas
mata pelajaran atau tema/ sub tema;
3.
Kelas/
semester;
4.
Materi
pokok;
5.
Alokasi
waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar
dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD
yang harus dicapai;
6.
Tujuan
pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan;
7.
Kompetensi
dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
8.
Materi
pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
9.
Metode
pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
10. Media pembelajaran, berupa alat bantu
proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;
11. Sumber belajar, dapat berupa buku,
media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan;
12. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan
melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan
13. Penilaian hasil pembelajaran.
c. Prinsip
Penyusunan RPP
Dalam
menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1.
Perbedaan
individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,
bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/
atau lingkungan peserta didik;
2.
Partisipasi
aktif peserta didik;
3.
Berpusat
pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian;
4.
Pengembangan
budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk
tulisan;
5.
Pemberian
umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan
balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedy;
6.
Penekanan
pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar
dalam satu keutuhan pengalaman belajar;
7.
Mengakomodasi
pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya;
8.
Penerapan
teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
d. Pelaksanaan
Pembelajaran
1. Kegiatan
Pendahuluan
a.
menyiapkan
peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b.
memberi
motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi
ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan
lokal, nasional dan internasional;
c.
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang
akan dipelajari;
d.
menjelaskan
tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
e.
menyampaikan
cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan
Inti
a.
Sikap
b.
Pengetahuan
c.
Keterampilan
3. Kegiatan
Penutup
a.
seluruh
rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b.
memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c.
melakukan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual
maupun kelompok; dan
d.
menginformasikan
rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
B. Model-Model
Pembelajaran Kurikulum 2013
1. Discovery
Learning
Model
pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti,
dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43). Penemuan konsep terjadi bila data dari guru
tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dalam bentuk proses (never ending
process). Dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning siswa
didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan
mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruksi)
apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
a. Langkah
Pembelajaran:
1.
Menciptakan
stimulus/ rangsangan (Stimulation)
2.
Menyiapkan
pernyataan masalah (Problem Statement)
3.
Mengumpulkan
data (Data Collecting
4.
Mengolah
data (Data Processing)
5.
Memverifikasi
data (Verrification)
6.
Menarik
kesimpulan (Generalization)
b. Persyaratan
Pendukung:
1.
Secara
klasikal siswa perlu memiliki kecerdasan/ kecakapan awal yang baik selain
keterampilan berbicara dan menulis yang baik. Siswa yang kurang pandai akan
mengalami kesulitan untuk mengabstraksi, berpikir atau mengungkapkan hubungan
antar konsep-konsep. Dikhawatirkan hal ini akan menimbulkan frustasi dalam belajar.
2.
Jumlah
siswa tidak terlalu banyak (idealnya maksimal 32), karena untuk mengelola
jumlah siswa yang banyak membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3.
Pemilihan
materi harus dengan kompetensi dominan pada aspek pemahaman.
4.
Fasilitas
harus memadai, seperti, media, alat dan sumber belajar.
c. Manfaat
Model Discovery Learning:
1.
Membantu
siswa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan kognisi. Usaha penemuan
merupakan kunci dalam proses ini dimana keberhasilan tergantung pada bagaimana
cara belajarnya.
2.
Pengetahuan
yang diperoleh bersifat individual dan optimal karena menguatkan pengertian,
ingatan, dan transfer pengetahuan.
3.
Menumbuhkan
rasa senang pada siswa, karena berhasil melakukan penyelidikan.
4.
Memungkinkan
siswa berkembang dengan cepat sesuai kemampuannya.
5.
Menyebabkan
siswa mengarahkan kegiatan belajar dengan melibatkan akal dan motivasinya.
6.
Membantu
siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan diri melalui
kerjasama dengan siswa lain.
7.
Membantu
siswa menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran final yang dialami
dalam keterlibatannya.
8.
Mendorong
siswa berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis.
9.
Dapat
mengembangkan bakat, minat, motivasi, dan keingintahuan.
10. Memungkinkan siswa memanfaatkan
berbagai sumber belajar.
2. Project
Based Learning
Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL)) adalah model pembelajaran
yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pembelajaran
Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang
diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui
PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
a. Langkah
Pembelajaran:
1.
Menyiapkan
pertanyaan atau penugasan proyek
2.
Mendesain
perencanaan proyek
3.
Menyusun
jadwal
4.
Memonitor
kegiatan dan perkembangan proyek
5.
Menguji
hasil
6.
Mengevaluasi
kegiatan/ pengalaman
b. Persyaratan
pendukung
1.
Siswa
terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah, sehingga proyek tidak memakan
waktu terlalu lama.
2.
Dukungan
sarana dan prasarana yang memadai termasuk peralatan belajar.
3.
Pengaturan
waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol.
4.
Perlunya kejelasan tugas dan hasil yang
diharapkan dari kegiatan proyek.
c. Manfaat
model pembelajaran project based learning
1.
Meningkatkan
motivasi belajar, mendorong kemampuan siswa melakukan pekerjaan penting,
artinya mereka perlu dihargai.
2.
Mengembangkam
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis.
3.
Mengembangkan
keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan sumberdaya.
4.
Memberikan
pengalaman kepada siswa dalam pembelajaran, praktik, dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.
5.
Melibatkan siswa untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
6.
Membuat
suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun guru menikmati
proses pembelajaran.
3. Problem
Based Learning
Pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran
yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan seharihari peserta
didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Problem Based Learning (PBL) menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan
dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik
pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada
peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan
dengan masalah yang harus dipecahkan.
Langkah Pembelajaran
1.
Mengorientasi
peserta didik pada masalah
2.
Mengorganisasikan
kegiatan pembelajaran
3.
Membimbing
penyelidikan mandiri dan kelompok
4.
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
5.
Analisis
dan evaluasi proses pemecahan masalah
4. Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran
Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem
belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik. Filosofi ini berasumsi
bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam
materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam
tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Dalam
pendekatan kontekstual, ada delapan (8) komponen yang harus ditempuh, yaitu:
a.
membuat
keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
b.
melakukan
pekerjaan yang berarti,
c.
melakukan pembelajaran
yang diatur sendiri,
d.
bekerja
sama,
e.
berpikir
kritis dan kreatif,
f.
membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang,
g.
mencapai
standar yang tinggi, dan h. menggunakan
penilaian otentik.
Terdapat lima (5) karakteristik
penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL:
a.
Dalam
CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu
sama lain.
b.
Pembelajaran
yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu dapat diperoleh
dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
c.
Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan
untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.
d.
Mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan
dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan
nyata.
e.
Melakukan
refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal
ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan
strategi.
5. Pembelajaran
Inkuiri
Pembelajaran
inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
a. Ciri-ciri
Pembelajaran Inkuiri
Pertama, pembelajaran inkuiri menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya,
pada pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam
proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan
siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Dengan demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
satu-satunya sumber belajar, tetapi
lebih diposisikan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu
dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi
pelajaran.
b. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Inkuiri
1.
Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran
inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran
ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar.
2.
Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya
adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa
dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran
sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3.
Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan
dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya. Sebab,
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk bertanya
dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu, pada
pembelajaran ini juga perlu dikembangkan
sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena
yang sedang dipelajarinya.
4.
Prinsip
Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan
tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan
dan penggunaan otak secara maksimal.
5.
Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukannya.
c. Langkah-Langkah
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
1.
Merumuskan
masalah; kemampuan yang dituntut adalah:
a.
kesadaran
terhadap masalah;
b.
melihat
pentingnya masalah dan
c.
merumuskan
masalah.
2.
Mengembangkan
hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah:
a.
menguji
dan menggolongkan data yang dapat diperoleh;
b.
melihat
dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan
c.
merumuskan
hipotesis.
3.
Menguji
jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah:
a.
merakit
peristiwa, terdiri dari: mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan,
mengumpulkan data, dan mengevaluasi data;
b.
menyusun
data, terdiri dari: mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan
mengklasifikasikan data;
c.
analisis
data, terdiri dari: melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan
mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan.
4.
Menarik
kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah:
a.
mencari
pola dan makna hubungan; dan
b.
merumuskan
kesimpulan.
c.
Menerapkan
kesimpulan dan generalisasi.
d. Keunggulan
dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri
1.
Pembelajaran
ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model
ini dianggap jauh lebih bermakna.
2.
Pembelajaran
ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
3.
Pembelajaran
ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman.
4.
Keuntungan
lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
e. Kelemahan
Pembelajaran Inquiri
1.
Sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.
Sulit
dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
3.
Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4.
Selama kriteria keberhasilan belajar
ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi ini tampaknya
akan sulit diimplementasikan.
C.
Langkah Pemilihan Model Pembelajaran
Pemilihan model pembelajaran
(discovery learning, project based learning, atau problem based learning)
sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang
cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam
silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1.
Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan
menurut kategori faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pada
pengetahuan faktual dan konsepetual dapat dipilih discovery learning, sedangkan
pada pengetahuan prosedural dapat dipilih project based learning dan problem
based learning.
2.
Karakteristik
keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-4. Pada
keterampilan abstrak dapat dipilih discovery learning dan problem based
learning, sedangkan pada keterampilan konkret dapat dipilih project based
learning.
3.
Pemilihan
ketiga model tersebut mempertimbangkan sikap yang dikembangkan, baik sikap
religius (KI-1) maupun sikap sosial (KI-2)
Berikut contoh matrik pemilihan model
yang dapat digunakan sesuai dengan dimensi pengetahuan dan keterampilan:
Dimensi Pengetahuan
|
Dimensi Keterampilan
|
|
Abstrak
|
Konkret
|
|
Faktual
|
Discovery Learning
|
Discovery Learning
|
Konseptual
|
Discovery Learning
|
Discovery Learning
|
Prosedural
|
Discovery Learning
Problem Based Learning
|
Discovery Learning
Problem Based Learning
|
Metakognitif
|
Discovery Learning Projec Based
Lerning Problem Based Learning
|
Discovery Learning Projec Based
Lerning Problem Based Learning
|
Komentar
Posting Komentar